22 September, 2006

Tiga Ibadah Penting Dalam Bulan Ramadhan

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang
senantiasa memberikan banyak kenikmatan, sehingga tidak terhitung nilai
dan jumlahnya. Nikmat tersebut dicurahkan siang dan malam kepada kita.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita termasuk
hamba-hambaNya
yang senang bersyukur kepadaNya. Yaitu dengan meningkatkan taqwa dan
taqarrub kepadaNya.

Dengan dekatnya bulan Ramadhan, kami ingin mengingatkan diri kami
sendiri, dan juga kepada kaum Muslimin, bahwa pada bulan yang penuh
barakah ini mengandung tiga jenis ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa
dan tarawih.

Alhamdulillah, kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta'ala yang
senantiasa memberikan banyak kenikmatan, sehingga tidak terhitung nilai
dan jumlahnya. Nikmat tersebut dicurahkan siang dan malam kepada kita.
Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita termasuk
hamba-hambaNya
yang senang bersyukur kepadaNya. Yaitu dengan meningkatkan taqwa dan
taqarrub kepadaNya.

Dengan dekatnya bulan Ramadhan, kami ingin mengingatkan diri kami
sendiri, dan juga kepada kaum Muslimin, bahwa pada bulan yang penuh
barakah ini mengandung tiga jenis ibadah yang agung, yaitu zakat, puasa
dan tarawih.

1.ZAKAT

Tentang zakat, alhmadulillah banyak kaum Muslimin yang melaksanakannya
pada bulan ini. Syari'at zakat merupakan bagian dari ibadah. Juga
merupakan salah satu kewajiban dalam Islam. Dengan menunaikan zakat,
berarti kita telah bertaqarrub, mendekatkan diri kepada Allah, dan
telah
melaksanakan salah satu rukun Islam. Zakat yang dikeluarkan itu,
bukanlah beban yang akan menyebabkan kita miskin, sebagaimana
kekhawatiran yang dibisikkan setan kepada orang yang lemah imannya.
Tetapi, justru membayar zakat akan menambah harta seseorang. Allah
subhanahu wa ta'ala berfirman :

Syaitan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan
menyuruh
kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjadikan untukmu ampunan
daripada-Nya dan karunia[170]. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi
Maha Mengatahui.(Q.S. Al Baqarah : 268)

[170]. Balasan yang lebih baik dari apa yang dikerjakan sewaktu di
dunia.

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan
hartanya di jalan Allah[166] adalah serupa dengan sebutir benih yang
menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah
melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah
Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. .(Q.S. Al Baqarah : 261)

[166]. Pengertian menafkahkan harta di jalan Allah meliputi belanja
untuk kepentingan jihad, pembangunan perguruan, rumah sakit, usaha
penyelidikan ilmiah dan lain-lain.

Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari
keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun
yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka
kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat
apa yang kamu perbuat. (Q.S. Al Baqarah : 265)


Dalam membayarkan zakat, hendaklah kita tunaikan dengan penuh amanah.
Kita keluarkan zakat dari benda-benda yang wajib dizakati, sedikit atau
banyak. Kita hitung dengan teliti, sehingga barang yang sudah dizakati,
sedikitpun tidak terabaikan. Karena tujuan menunaikan zakat adalah
untuk
membebaskan diri dari tanggungan kewajiban, dan menyelamatkan diri dari
ancaman yang amat dahsyat. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah
berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu
baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka.
Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di
hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di
langit
dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Alli
Imran : 180)

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan
harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia)
dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan
tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada
mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih, pada hari
dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya
dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada
mereka:
"Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka
rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu." (Q.S. Ali
Imran : 34-35)

Tentang ayat yang pertama, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam
bersabda: "Orang yang dianugerahi harta oleh Allah subhanahu wa ta'ala,
kemudian dia tidak menunaikan zakatnya, maka pada hari Kiamat harta itu
dijelmakan ke wujud seekor ular yang sangat berbisa, memiliki dua
taring
lalu dia menerkam dengan dua rahangnya seraya berkata: 'Aku adalah
hartamu, aku adalah simpananmu' ".

Sedangkan tentang ayat yang kedua, telah dijelaskan oleh Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wassalam: "Tidak ada seorangpun pemilik emas dan
perak yang tidak menunaikan zakatnya, kecuali nanti pada hari kiamat
dia
akan dibuatkan lempengan-lempengan dari api, kemudian dipanaskan di
atas
api. Lempengan itu digunakan untuk menyeterika bagian samping tubuh,
kening dan punggungnya. Tatkala lempengan itu mulai mendingin, akan
dikembalikan (untuk dipanaskan lagi). (Kejadian ini) berlangsung selama
lima puluh ribu tahun, sampai semua hamba selesai diadili. Lalu dia
akan
melihat jalan, mungkin surga atau mungkin neraka"

Setelah menyimak nash-nash di atas, semestinya kita takut dengan
ancaman-ancaman tersebut. Tunaikanlah zakat dengan penuh amanah, dan
berikanlah kepada yang berhak menerimanya, tidak asal mengerjakan.
Harta
zakat jangan digunakan untuk kepentingan yang lalin. Kita berharap,
semoga zakat yang kita bayarkan diterima Allah subhanahu wa ta'ala.

2.PUASA

Adapun jenis ibadah kedua yang ada pada bulan ini, yaitu puasa
Ramadhan. Ibadah ini juga merupakan salah satu rukun Islam. Manfaat puasa telah
dijelaskan oleh Allah subhanahu wa ta'ala dalam Al Qur'an surat Al
Baqarah:183, yaitu agar ktia menjadi orang yang bertaqwa.

Itulah hakikah tujuan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang
bertaqwa lepada Allah subhanahu wata'la. Yakni dengan menjalankan
perintah-perintahNya dan menjauhi laranganNya. Maka seorang muslim semestinya
melaksanakan yang telah menjadi kewajibannya. Dalam menjalankan puasa,
seorang muslim juga dituntut untuk menjauhi hal-hal yang diharamkan, seperti
berkata dusta, ghibah(menggunjing) dan lanilla. Rasulullah shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan
percatan dan perbuatan dusta, maka Allah tidak butuh pada puasanya" (HR
Bukhari - Muslim)

Hadits ini menunjukkan, orang yang berpuasa, sangat ditekankan untuk
meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan ini. Mengana? Karena
sangat berpengaruh terhadap puasa yang sedang dijalankan.

Namun amat disesalkan, banyak kaum Muslimin ketika menjalankan ibadah
puasa pada bulan ini, keadaannya tidak berbeda antara saat berpuasa dan
tidak puasa. Ada di antaranya yang tetap saja menganggap remeh
kewajiban-kewajiban, atau tetap saja melakukan perbuatan-perbuatan yang
diharamkan. Sungguh sangat disesalkan. Seorang mukmin yang berakal, ia tidak
akan menjadikan hari-hari puasanya sama dengan hari-hari yang lain. Pada
saat berpuasa, ia akan lebih bertaqwa kepada Allah, dan lebih
bersemangat menjalankan perintahNya.

Semoga Allah subhanahu wa ta'ala menjadikan kita termasuk orang-orang
yang menjalankan ibadah puasa dengan benar, dan semoga puasa yang kita
lakukan diterima Allah subhanahu wa ta'ala.

3.SHALAT TARAWIH

Jenis ibadah yang ketiga dalam bulan Ramadhan, yaitu ibadah shalat
tarawih. Rasulullah shallallaahu 'alaihi wassalam sangat menganjurkan
ibadah ini. Beliau shallallaahu 'alaihi wassalam menyampaikan dalam
sabdanya: " Orang yang melaksanakan qiyam ramadhan (shalat tarawih) karena iman
dan ingin mendapatkan balasan, maka dia akan diampuni dari dosanya "
(HR Bukhari - Muslim)

Qiyam Ramadhan ini juga mencakup shalat-shalat sunat pada malam-malam
Ramadhan dan shalat tarawih. Oleh karena itu, seharusnya kita
memperhatikan dan senantiasa menjaganya. Kita laksanakan dengan penuh antusias
bersama imam (masjid), dan tidak meninggalkan imam. Demikian ini karena
Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasslam telah bersabda:

" Barangsiapa shalat bersama imam sampai imam itu selesai, maka
dituliskan baginya shalat satu malam "

Adapun kepada para imam yang menjadi imam dalam shalat tarawih,
hendaknya bertakwa kepada Allah subhanahu wa ta'ala dalam menjalankannya.
Seorang imam hendaklah tetap menjaga thuma'ninah dan dengan tenang,
sehingga para makmum memiliki kesempatan untuk menjalankan hal-hal yang
diwajibkan atau disunnahkan, sesuai dengan kemampuannya.

Sungguh pada masa sekarang ini, kita melihat fenomena yang amat
menyedihkan. Ada di antara para imam yang melaksanakan shalat tarawih secara
cepat, sehingga meninggalkan thuma'ninah. Padahal thuma'ninah merupakan
salah satu rukun shalat. Pelaksanaan ibadah shalat yang tidak
memperhatikan thuma'ninah adalah haram. Hal ini disebabkan: Pertama, karena ia
meninggalkan thuma'ninah. Kedua, meskipun tidak sampai meninggalkan
thuma'ninah, akan tetapi perbuatan imam tersebut telah menyebabkan
orang-orang yang makmum kepadanya merasa kelelahan, dan tidak bisa melaksanakan
yang seharusnya mereka lakukan. Dan perlu diketahui,orang yang menjadi
imam dalam shalat, tidaklah sama dengan shalat sendirian. Seorang imam
wajib memperhatikan para makmumnya, menunaikan amanah yang ada di
pundaknya, serta melaksanakan shalat sebagaimana mestinya.

Para ulama menyebutkan, seorang imam dimakruhkan untuk mempercepat
shalat, sehingga menyebabkan makmum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang
disunatkan. Lalu bagaimana kalau sang imam mempercepat shalatnya,
sehingga para makmum tidak bisa melaksanakan hal-hal yang diwajibkan?

Terakhir, kami nasehatkan kepada diri kami sendiri, juga kepada kaum
muslimin, hendaklah kita bertaubat dan kembali ke jalan Allah subhanahu
wa ta'ala, melaksanakan ketaatan-ketaatan kepada Allah subhanahu wa
ta'ala sesuai dengan kemampuan, baik pada bulan Ramadhan maupun di luar
Ramadhan.



Dikutip dari Majalah As-Sunnah Edisi 06/TahunX/1427H/2006M

0 comments: