16 April, 2007

BERHENTILAH WAHAI SAUDARAKU

Saudaraku tercinta! Sesungguhnya alam semesta ini, yang besar maupun
yang kecil, semuanya menghadap kepada Allah subhanahu wata'ala, bertasbih
kepada-Nya, mengagungkan dan bersujud kepada-Nya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman yang artinya, "Dan tak ada satu pun melainkan bertasbih
dengan memuji-Nya". (QS. Al-Isra: 44).
Sesungguhnya seluruh makhluk yang Allah ciptakan menundukkan kepalanya,
merendahkan diri kepada-Nya dan mengakui keutamaan-Nya. Akan tetapi,
tinggal di alam semesta ini makhluk kecil yang rendah dan hina.
Diciptakan dari setetes air hina (mani) tiba-tiba saja ia menjadi penentang yang
nyata. Dia berada di suatu lembah dan seluruh alam semesta di lembah
yang lain. Ia meninggalkan ketaatan, tidak mau tunduk dan bertasbih
kepada-Nya, meskipun segala sesuatu yang ada di sekelilingnya tekun
berdzikir dan bertasbih kepada Allah subhanahu wata'ala. Makhluk kecil ini
ialah manusia yang bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala. Alangkah
dahsyatnya kebatilan ini! Alangkah besarnya kedunguan ini! Dan Alangkah
rendah dan hinanya ketika ia menjadi penyakit di alam yang teratur ini.

Berapa banyak ditawarkan kepada nya pertaubatan namun ia enggan untuk
bertaubat. Berapa kali ditawarkan kepadanya untuk kembali kepada Allah
subhanahu wata'ala, namun dia enggan untuk kembali, malah sebaliknya ia
berlari dari-Nya. Berapa banyak ditawarkan kepadanya perdamaian bersama
kekasihnya namun ia enggan berdamai dan mengangkat kepalanya
menyombongkan diri.

Saudaraku tercinta! Sebelum engkau bermaksiat kepada Allah subhanahu
wata'ala berpikirlah sejenak tentang dunia ini dan kehinaannya.
Berpikirlah tentang penghuni dan pencintanya. Dunia telah menyiksa mereka dengan
siksa yang beraneka ragam. Memberi minum dengan minuman yang paling
pahit. Membuat mereka sedikit tertawa dan banyak berlinang air mata.

Sebelum engkau bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala bepikirlah
tentang kehidupan akhirat dan kekekalannya. Ia adalah kehidupan yang
sebenarnya. Ia adalah tempat kembali. Ia adalah penghujung perjalanan.

Sebelum engkau bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala pikirkanlah
sejenak tentang api neraka, bahan bakarnya, gemuruhnya, kedalaman
jurangnya dan kedahsyatan panas apinya. Bayangkanlah betapa pedihnya siksa
yang dirasakan penghuninya. Mereka di dalam air yang sangat panas dalam
keadaan wajah yang tersungkur. Di dalam neraka mereka seperti kayu bakar
yang menyala-nyala.

Sebelum engkau bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala,wajib bagimu
untuk berpikir tentang surga dan apa yang telah dijanjikan oleh Allah
subhanahu wata'ala kepada orang-orang yang mentaati-Nya. Di dalam surga
terdapat sesuatu yang belum pernah terlihat oleh mata, telinga belum
pernah mendengarnya dan tidak pernah terlintas dalam hati dan benak
manusia, berupa puncak kenikmatan dengan kelezatan yang paling tinggi berupa
berbagai macam makanan, minuman, pakaian, peman dangan, dan
kesenangan-kesenangan yang tidak akan disia-siakan kecuali oleh orang-orang yang
diharamkan untuk memasukinya.

Saudaraku tercinta! Sebelum engkau bermaksiat kepada Allah subhanahu
wata'ala, ingatlah berapa lama engkau akan hidup di dunia ini? Enam puluh
tahun, delapan puluh tahun. Seratus tahun, seribu tahun? Kemudian apa
setelah itu? Kemudian kematian pasti akan datang. Apakah yang akan
engkau tempati? Surga-surga yang penuh dengan kenikmatan ataukah neraka
jahim?

Saudaraku tercinta! Yakinlah dengan keyakinan yang sebenar-benarnya,
bahwasanya Malaikat Maut yang telah mengunjungi orang lain, sesungguhnya
ia sedang menuju ke arahmu. Hanya dalam hitungan tahun, bulan, minggu,
hari, bahkan hitungan menit dan detik ia akan meghampirimu. Lalu engkau
hidup seorang diri di alam kubur. Tiada lagi harta, keluarga dan
sahabat-sahabat tercinta. Camkanlah dan renungkanlan gelapnya kubur dan
kesendirianmu di dalamnya, sempitnya ruangannya, sengatan binatang-bintang
berbisa, ketakutan yang mencekam dan kedahsyatan pukulan Malaikat Adzab.

Saudaraku tercinta! Ingatlah hari Kiamat. Hari di mana kehormatan di
tangan Allah subhanahu wata'ala. Ketika rasa takut mengisi hati. Ketika
engkau berlepas diri dari anakmu, ibumu, ayahmu, istrimu, dan juga
saudaramu. Ingatlah kondisi dan keadaan-keadaan saat itu. Ingatlah hari di
mana neraca diletakkan dan lembaran-lembaran amal manusia beterbangan.
Berapa banyak amal kebaikan di dalam bukumu? Berapa banyak celah-celah
kosong dalam amal-amalmu? Ingatlah tatkala engkau berdiri di hadapan
Al-Malikul Haqqul Mubin Dzat Yang engkau berlari dari-Nya. Dzat Yang
memanggilmu namun engkau berpaling dari-Nya. Engkau berdiri di hadapan-Nya
dan di tanganmu lembaran catatan amal yang tidak meninggalkan yang kecil
dan tidak pula yang besar, melainkan ia mencatat semuanya.

Maka lisan manakah yang engkau gunakan untuk menjawab pertanyaan Allah
subhanahu wata'ala,ketika Ia bertanya kepadamu tentang umurmu, masa
mudamu, perbuatanmu, dan juga hartamu. Maka kaki manakah yang engkau
gunakan untuk berdiri di hadapan Allah subhanahu wata'ala? Dengan mata yang
mana engkau memandang-Nya? Dan dengan lisan manakah engkau menjawab-Nya
ketika Ia berkata kepadamu, "Hamba-Ku, engkau menganggap remeh
pengawasan-Ku padamu, Engkau anggap sebagai orang yang paling hina dari
orang-orang yang memperhatikanmu. Bukankah Aku telah berbuat baik kepadamu?
Bukankah Aku telah memberi nikmat kepadamu? Lalu mengapa engkau
mendurhakai-Ku padahal aku telah memberi nikmat kepadamu."

Saudaraku tercinta! Tidakkah engkau bersabar menjalankan ketaatan
kepada subhanahu wata'ala di hari-hari yang pendek ini? Detik-detik ini
begitu cepat, setelah itu engkau akan meraih kemenangan yang sangat besar
yang engkau akan bersenang-senang di dalam kenikmatan yang abadi.

Saudaraku tercinta! Di sana terdapat segolongan manusia yang
berkeyakinan bahwasanya mereka diciptakan sia-sia belaka dan dibiarkan begitu
saja. Kehidupan mereka hanya diisi dengan senda gurau dan permainan
belaka. Penglihatan mereka tertutup, telinga mereka tuli untuk mendengar
petunjuk, hati mereka terbalik, mata mereka buta dan nurani mereka tak
berfungsi sama sekali. Engkau akan mendapati di majlis-majlis mereka segala
sesuatu kecuali Al-Qur'an dan untaian dzikir kepada Allah subhanahu
wata'ala.

Mereka meninggalkan Allah subhanahu wata'ala, padahal mereka adalah
hamba-hamba-Nya yang berada di hadapan dan genggaman-Nya. Allah subhanahu
wata'ala memanggil mereka namun mereka tidak memenuhi panggilan-Nya,
mereka lebih mendahulukan panggilan syetan, keinginan, dan hawa nafsu
mereka. Luar biasa keadaan mereka! Bagaimana mereka memenuhi ajakan syetan
dan meninggalkan seruan Allah subhanahu wata'ala. Ke manakah perginya
akal mereka?!

Allah subhanahu wata'ala telah berfirman, artinya, "Karena sesungguhnya
bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam
dada." (QS. Al-Hajj:46).

Apa yang dilakukan Allah subhanahu wata'ala terhadap mereka sehingga
mereka mendurhakai dan tidak menaati-Nya?! Bukankah Allah subhanahu
wata'ala telah menciptakan mereka? Bukankah Dia telah memberi rizki kepada
mereka? Bukankah Dia telah mencukupi harta mereka dan menyehatkan tubuh
mereka? Apakah Allah subhanahu wata'ala Yang Maha Lembut dan Maha Mulia
telah menipu mereka?

Apakah mereka tidak takut jikalau kematian mendatangi mereka di saat
sedang bermaksiat kepada Allah subhanahu wata'ala? Sebagaimana
firman-Nya, artinya, "Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak
terduga-duga)? Tiadalah yang merasa aman dari azab Allah kecuali
orang-orang merugi." (QS. Al-A'raf: 99).

Hindarilah dirimu untuk menjadi bagian dari mereka dan jauhkanlah
dirimu dari mereka. Beramallah untuk sesuatu yang karenanya engkau
diciptakan (beribadah kepada Allah subhanahu wata'ala). Sesungguhnya -demi
Allah- engkau diciptakan untuk sebuah masalah yang sangat agung. Allah
subhanahu wata'ala berfirman yang artinya, "Tidaklah Aku (Allah) menciptakan
jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku".
(QS.Adz-Dzariyat:56).

Saudaraku tercinta! Wahai engkau yang sedang bermaksiat kepada Allah!!
Kembalilah kepada Tuhanmu dan takutlah akan api neraka. Sesungguhnya di
hadapanmu terbentang berbagai kesulitan. Sesungguhnya di hadapanmu
terbentang dua pilihan, kehidupan penuh nikmat atau lingkungan hidup penuh
siksa. Sesungguhnya di hadapanmu terhampar kalajengking-kalajengking,
ular-ular dan masalah-masalah sukar dan pelik. Demi Allah yang tidak ada
tuhan yang berhak untuk diibadahi kecuali Dia, tawa tidak dapat memberi
manfaat kepadamu. Nyanyian-nyanyian, film-film, dan perkara-perkara
hina tidak bisa memberi manfaat kepadamu. Aneka surat kabar dan
majalah-majalah tidak bisa memberi manfaat kepadamu. Isteri, anak-anak, teman dan
sahabat tidak dapat memberi manfaaat kepadamu. Harta yang melimpah
tidak bisa memberi manfaat kepadamu. Tidak ada yang bisa memberi manfaat
kepadamu kecuali kebaikan-kebaikan dan amal-amal shalih yang engkau
kerjakan selama hidupmu di dunia.

Saudaraku tercinta! Demi Allah tidaklah aku menulis perkataan ini
melainkan karena kekhawatiranku kepadamu. Aku khawatir wajah putihmu ini
berubah menjadi hitam pada hari Kiamat. Aku khawatir wajah bercahayamu ini
akan berubah menjadi gelap. Aku khawatir tubuh yang sehat ini akan
dilalap oleh api neraka. Maka bersegeralah -semoga Allah subhanahu wata'ala
memberi taufik kepadamu- untuk membebaskan dirimu dari api neraka.
Umumkanlah ia sebagai bentuk taubat yang sebenarnya dari sekarang. Yakinlah
bahwasanya selamanya engkau tidak akan menyesal melakukan itu. Bahkan
sebalikya -dengan izin Allah subhanahu wata'ala- engkau akan merasakan
kebahagiaan. Hindarilah keraguan atau mengakhirkan semua itu.
Sesungguhnya aku -demi Allah- menjadi penasihat bagimu.
(Zainal Abidin)
Disarikan dari, "Akhil Habib Qif", Ibrahim Al-Ghamidy

sumber :

http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=423