tag:blogger.com,1999:blog-324398752024-03-08T07:55:13.754+07:00::wataubatan nasyuha::Blog Nuansa IslamiSyahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.comBlogger112125tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-157018031926245132010-09-25T17:54:00.002+07:002010-09-25T19:17:21.809+07:00Konsultasi SyariahBagi anda yang ingin berkonsultasi tentang Syariah, silahkan anda berkunjung ke web berikut :<br /><br /><a href="http://www.ustsarwat.com/web/home">Ustadz Ahmad Sarwat, Lc</a><br /><br /><a href="http://ustadzkholid.com/">Ustadz Kholid</a><br /><br /><a href="http://konsultasi.wordpress.com/tim-konsultan/">Ustadz Muhammad Shiddiq al-Jawi</a><br /><br /><a href="http://www.zainalabidin.org/?page_id=99">Abu Ahmad Zaenal Abidin, Lc.</a><br /><br /><a href="http://www.ujecentre.com/index.php?com=berita&id=4372">Ustadz. H. Jefri Al Bukhori</a><br /><br /><a href="http://alquranseluler.com/index.php/news/48/71/d,konsulDetail.html">Alquran Seluler</a><br /><br /><a href="http://serambimadinah.com/index.php?option=com_contact&view=contact&id=11%3Austadz-dr-muhammad-nur-ihsan&catid=60%3Aasatidzah&Itemid=58">Ustadz DR. Muhammad Nur Ihsan</a><br /><br /><a href="http://konsultasisyariah.com/">Konsultasi Syariah</a>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-90011045930167846792010-09-25T17:09:00.004+07:002010-09-25T17:51:37.999+07:00Download E-book<table><tbody><tr><td><br /></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://quran.kawanda.net/" target="_blank">alquran digital translation online</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://is.aswatalislam.net/DisplayFilesP.aspx?TitleID=15&TitleName=Quran_-_Abdul_Aziz_AlAhmed" target="_blank">download MP3 Alquran</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://syariahpublications.com/?page_id=11" target="_blank">dwnload syariah</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://esnips.com/web/buku-islam" target="_blank">download E-book islami 1</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://geocities.com/fsms_sunnah/" target="_blank">download E-book islami 2</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,2160.0.html" target="_blank">download kumpulan e-book </a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,3289.0.html" target="_blank">download Freeware Islamic </a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,1122.0.html" target="_blank">download freeware 1</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://review.chip.co.id/forum/showthread.php?t=55390&page=1" target="_blank">download freeware 2</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://www.oke.or.id/" target="_blank">download pendidikan umum</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,920.0.html" target="_blank">nulis arab di Komputer</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://kamus.javakedaton.com/" target="_blank">Translite arab</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://toggletext.com/kataku_trial.php" target="_blank">translete ing-ind ind-ing</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://www.inbahasa.com/main/" target="_blank">Translite bahasa</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://photobucket.com/" target="_blank">Up load gambar gratis !!</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://www.eggdisk.com/" target="_blank">up load file gratis !!</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,3514.0.html" target="_blank">download game</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://www.ansav.com/index.php/download/" target="_blank">Ansav 32 ::anti Virus ></a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://asahanku.datadiri.com/" target="_blank">bisnis masa depan</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://asahannews.wordpress.com/" target="_blank">berita kab.Asahan</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://www.karir.com/" target="_blank">cari kerja(karirr.com)</a></li></td></tr><tr><td class="judul"><li><a href="http://myquran.org/forum/index.php/topic,4229.15.html" target="_blank">ikuti info lowongan pekerjaan</a></li></td></tr></tbody></table>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-54602376707347712952010-09-24T11:41:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.675+07:00simak : Makna Idul FitriIdul Fitri adalah hari raya yang datang berulangkali setiap tanggal 1 Syawal, yang menandai puasa telah selesai dan kembali diperbolehkan makan minum di siang hari. Artinya kata fitri di sini diartikan “berbuka” atau “berhenti puasa” yang identik dengan makan minum. Maka tidak salah apabila Idul Fitri disambut dengan makan-makan dan minum-minum yang tak jarang terkesan diada-adakan oleh sebagian keluarga.<br /><span class="fullpost">Terminologi yang Salah<br /><br />Terminologi Idul Fitri seperti ini harus dijauhi dan dibenahi, sebab selain kurang mengekspresikan makna idul fitri sendiri juga terdapat makna yang lebih mendalam lagi. Idul Fitri seharusnya dimaknai sebagai ‘Kepulangan seseorang kepada fitrah asalnya yang suci‘ sebagaimana ia baru saja dilahirkan dari rahim ibu. Secara metafor, kelahiran kembali ini berarti seorang muslim selama sebulan melewati Ramadhan dengan puasa, qiyam, dan segala ragam ibadahnya harus mampu kembali berislam, tanpa benci, iri, dengki, serta bersih dari segala dosa dan kemaksiatan.<br />Makna Idul Fitri yang Asli<br /><br />Idul Fitri berarti kembali kepada naluri kemanusiaan yang murni, kembali kepada keberagamaan yang lurus, dan kembali dari segala kepentingan duniawi yang tidak Islami, Inilah makna Idul Fitri yang asli.<br />Kesalahan Besar<br /><br />Adalah kesalahan besar apabila Idul Firi dimaknai dengan ‘Perayaan kembalinya kebebasan makan dan minum‘ sehingga tadinya dilarang makan di siang hari, setelah hadirnya Idul Fitri akan balas dendam, atau dimaknai sebagai kembalinya kebebasan berbuat maksiat yang tadinya dilarang dan ditinggalkan kemudian. Karena Ramadhan sudah usai maka keniaksiatan kembali ramai-ramai digalakkan.<br /><br />Ringkasnya kesalahan itu pada akhirnya menimbulkan sebuah fenomena umat yang shaleh mustman, bukan umat yang berupaya mempertahankan kefitrahan dan nilai ketaqwaan.<br /><br />Ketika merayakan Idul Fitri setidaknya ada tiga sikap yang harus kitapunyai, yaitu:<br /><br /> 1. Rasa penuh harap kepada AllahSWT (Raja’). Harap akan diampuni dosa-dosa yang berlalu. Janji Allah SWT akan ampunan itu sebagai buah dari “kerja keras” sebulan lamanya menahan hawa nafsu dengan berpuasa.<br /> 2. Melakukan evaluasi diri pada ibadah puasa yang telah dikerjakan. Apakah puasayang kita lakukan telah sarat dengan makna, atau hanya puasa menahan lapar dan dahaga saja Di siang bulan Ramadhan kitaberpuasa, tetapi hati kita, lidah kita tidak bisa ditahan dari perbuatan atau perkataari yang menyakitkan orang lain. Kita harus terhindar dari sabda Nabi SAW yang mengatakan banyakorangyang hanya sekedar berpuasa saja: “Banyak sekali orang yang berpuasa, yang hanya puasanya sekedar menahan lapar dan dahaga“.<br /> 3. Mempertahankan nilai kesucian yang baru saja diraih. Tidak kehilangan semangat dalam ibadah karena lewatnya bulan Ramadhan, karena predikat taqwa sehantsnya berkelanjutan hingga akhir hayat. Firman Allah SWT: “Hai orang yang beriman, bertagwalah kepada Allah sebenar-benar taqwa kepada-Nya dan janganlah sekali-kati kamu mati melainkan dalam keadaan ber-agama Islam ” (QS. Ali Imran: 102).<br /><br />Sumber : Lembar Risalah An-Natijah No. 39/Thn. XIII - 26 September 2008</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/10821073283107366100noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-83978184510641606942009-08-25T16:58:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.675+07:00Puasa dan KejujuranDi era materialisme dewasa ini, kejujuran telah banyak dicampakkan dari<br />tata pergaulan sosial-ekonomi-politik dan disingkirkan dari bingkai<br />kehidupan manusia. Fenomena ketidak jujuran benar-benar telah menjadi<br />realitas sosial yang menggelisahkan. Drama ketidakjujuran saat ini telah<br />berlangsung sedemikian transparan dan telah menjadi semacam rahasia umum<br />yang merasuk ke berbagai wilayah kehidupan manusia.<br /><br />Sosok manusia jujur telah menjadi makhluk langka di bumi ini. Kita lebih<br />mudah mencari orang-orang pintar daripada orang-orang jujur. Keserakahan<br />dan ketamakan kepada materi kebendaan, mengakibatkan manusia semakin jauh<br />dari nilai-nilai kejujuran dan terhempas dalam kubangan materialisme dan<br />hedonisme yang cendrung menghalalkan segala cara.<br /><span class="fullpost">Pada masa sekarang, banyak manusia tidak mempedulikan jalan-jalan yang<br />halal dan haram dalam mencari uang dan jabatan . Sehingga kita sering<br />mendengar ungkapan-ungkapan kaum materialis, “Mencari yang haram<br />saja sulit, apalagi yang halal”. Bahkan selalu diucapkan<br />orang,”kalau jujur akan terbujur”,”kalau lurus akan<br />kurus”,kalau ihklas akan tergilas”.<br /><br />Ungkapan-ungkapan itu menunjukkan bahwa manusia zaman kini telah dilanda<br />penyakit mental yang luar biasa, yaitu penyakit korup dan ketidak jujuran.<br /><br />Nabi muhammad Saw pernah memprediksi, bahwa suatu saat nanti, diakhir<br />zaman,manusia dalam mencari harta,tidak mempedulikan lagi mana yang halal<br />dan mana yang haram. (HR Muslim).<br /><br />Ramalan Nabi pada masa kini telah menjadi realitas sosial yang mengerikan,<br />bahkan implikasinya telah menjadi patologi sosial yang parah, seperti<br />menjamurnya korupsi, pungli, suap, sogok,uang pelicin dsb. Banyak kita<br />temukan pencuri-pencuri berdasi melakukan penyimpangan-penyimpangan dalam<br />mengelola proyek. Manusia berlomba-lomba mengejar kekayaan dan kemewahan<br />dunia secara massif, tanpa mempedulikan garisan-garisan syariah dan<br />moralitas.<br /><br />Era reformasi yang telah berlangsung lebih lebih sepuluh tahun, praktek<br />kolusi,korupsi dan suap menyuap masih saja menjadi kebiasaan masyarakat<br />kita . Untuk mengatasi dan mengurangi segala destruktip tersebut, puasa<br />merupakan ibadah yang paling ampuh dan efektif, asalkan pelaksanaan puasa<br />tersebut dilakukan dengan dasar iman yang mantap kepada Allah, dan ihtisab<br />(mawas diri), serta penghayatan yang mendalam tentang hikmat yang<br />terkandung di dalam puasa Ramadhan.<br /><br />Puasa melatih kejujuran<br />Berbeda dengan sifat ibadah yang ada, puasa adalah ibadah sirriyah<br />(rahasia). Dikatakan sirriyah, karena yang mengetahui seseorang itu<br />berpuasa atau tidak, hanyalah orang yang berpuasa itu sendiri dan Allah<br />SWT.<br /> Dalam ibadah puasa, kita dilatih dan dituntut untuk berlaku jujur.<br />Kita dapat saja makan dan minum seenaknya di tempat sunyi yang tidak<br />terlihat seorangpun. Namun kita tidak akan mau makan atau minum,<br />karena kita sedang berpuasa. Padahal, tidak ada orang lain yang tahu<br />apakah kita puasa atau tidak. Namun kita yakin, perbuatan kita itu<br />dilihat Allah swt..<br /> Orang yang sedang berpuasa juga dapat dengan leluasa berkumur sambil<br />menahan setetes air segar ke dalam kerongkongan, tanpa sedikitpun<br />diketahui orang lain. Perbuatan orang itu hanya diketahui oleh orang<br />yang bersangkutan. Hanya Allah dan diri si shaim itu saja yang<br />benar-benar mengetahui kejujuran atau kecurangan dalam menjalankan<br />ibadah puasa. Tetapi dengan ibadah puasa, kita tidak berani berbuat<br />seperti itu, takut puasa batal.<br />Orang yang berpuasa dilatih untuk menyadari kehadiran Tuhan. Ia dilatih<br />untuk menyadari bahwa segala aktifitasnya pasti diketahui dan diawasi oleh<br />Allah SWT.Apabila kesadaran ketuhanan ini telah menjelma dalam diri<br />seseorang melalui training dan didikan puasa, maka Insya Allah akan<br />terbangun sifat kejujuran.<br />Jika manusia jujur telah lahir, dan menempati setiap sektor dan instansi,<br />lembaga bisnis atau lembaga apa saja, maka tidak adalagi korupsi, pungli,<br />suap-menyuap dan penyimpangan-penyimpangan moral lainnya.<br />Kejujuran merupakan mozaik yang sangat mahal harganya. Bila pada diri<br />seorang manusia telah melekat sifat kejujuran, maka semua pekerjaan dan<br />kepercayaan yang diamanahkan kepadanya dapat di selesaikan dengan baik dan<br />terhindar dari penyelewengan-penyelewengan. Kejujuran juga menjamin<br />tegaknya keadilan dan kebenaran.<br />Secara psikologis, kejujuran mendatangkan ketentraman jiwa. Sebaliknya,<br />seorang yang tidak jujur akan tega menutup-nutupi kebenaran dan tega<br />melakukan kezaliman terhadap hak orang lain.Ketidakjujuran selalu<br />meresahkan masyarakat, yang pada gilirannnya mengancam stabilitas sosial.<br />Ketidak jujuran selalu berimplikasi kepada ketidakadilan. Sebab orang yang<br />tidak jujur akan tega menginjak-injak keadilan demi keuntungan material<br />pribadi atau golongannya.<br /> Berlaku jujur, sungguh menjadi bermakna pada masa sekarang,, masa yang<br />penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Pentingnya kejujuran telah banyak<br />disapaikan Rasulullah SAW. Diriwayatkat bahwa, Rasulullah pernah<br />didatangi oleh seorang pezina yang ingin taubat dengan sebenarnya.<br />Rasulullah menerimanya dengan satu syarat, yaitu,agar orang tersebut<br />berlaku jujur dan tidak bohong<br />Syarat yang kelihatan sangat ringan untuk sebuah pertaubatan besar, tetapi<br />penerapannya dalam segala aspek kehidupan sangat berat.Dan ternyata syarat<br />jujur tersebut sangat ampuh untuk menghentikan perbuatan zina. Jika ia<br />tetap berzina secara sembunyi-sembunyi, lalu bagaimana ia harus menjawab<br />jika Rasulullah menanyainya tentang apakah ia masih berzina atau<br />tidak.Untuk menghindari berbohong kepada Nabi, maka si pezina mengakhiri<br />prilakunya yang dusta itu dan kemudian benar-benar bertaubat dengan penuh<br />penghayatan.<br />Dari riwayat itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa kejujuran sangat<br />signifikan dalam membersihkan prilaku menyimpang, seperti korupsi, kolusi,<br />penipuan, manipulasi, suap-menyuap dan sebagainya.<br />Dewasa ini kesadaran untuk menumbuhkan sifat kejujuran sebagai buah dari<br />ibadah puasa, kiranya perlu mendapat perhatian serius. Pendidikan<br />kejujuran yang melekat pada ibadah puasa, perlu dikembangkan sebagai<br />bagian dari kehidupan riel dalam masyarakat. Sebab apabila kejujuran telah<br />disingkirkan, maka kondisi masyarakat akan runyam. Korupsi dan kolusi<br />terjadi di mana-mana, pungli merajalela, kemungkaran sengaja dibeking oleh<br />oknum-oknum tertentu demi mendapatkan setoran uang.<br />Fenomena kebohongan dan tersingkirnya sifat kejujuran, mengantarkan<br />masyarakat dan bangsa kita pada beberapa musibah nasional yang berlangsung<br />secara beruntun dan silih berganti tiada henti. Terjadinya malapetaka<br />berupa krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia adalah cermin paling<br />jelas dari makin hilangnya sukma. kejujuran dan semakin mekarnya kepalsuan<br />dalam kehidupan bangsa kita.<br />Dalam menghadapi kasus-kasus yang gawat seperti itu, pesan-pesan profetik<br />keagamaan seperti pesan luhur ibadah puasa dapat ditransformasikan untuk<br />membongkar sangkar kepalsuan dan mem bangun kejujuran.<br />Ada yang secara pesimis berpendapat, bahwa membangun kejujuran pada era<br />materialisme adalah suatu utopia (angan-angan) mengingat mengakarnya sifat<br />ketidak jujuran dalam masyarakat dan bangsa kita. Sebagai orang beriman<br />yang menyandang peringkat khairah ummah, sikap pesimis di atas harus<br />dibuang jauh-jauh.Sebab gerakan amarma’ruf nahi mungkar yang<br />dilandasi iman, harus tetap dilancarkan, agar konstelasi dunia ini tidak<br />semakin parah.<br /><br />Realitas menunjukkan, bahwa kesemarakan ramadhan dari tahun ke tahun<br />semakin meningkat, namun ironisnya, bersamaan dengan itu penyimpangan dan<br />ketidakjujuran masih berjalan terus. Padahal, suatu bulan kita dilatih dan<br />didik untuk berlaku jujur, menjadi orang yang dapat dipercaya. Bila selama<br />satu bulan itu, orang-orang yang berpuasa benar-benar berlatih secara<br />serius dengan penuh penghayatan terhadap hikmah puasa, maka pancaran<br />kejujuran akan terpantul dari dalam jiwa mereka. Kalau puasa Ramadhan<br />yang dilakukan tidak melahirkan manusia-manusia jujur, berarti kualitas<br />puasa orang tersebut masih sebatas lapar dan dahaga. Karena puasa yang<br />dilakukan tidak memantulkan refleksi kejujuran. Kalau orang yang<br />berpuasa, masih mau menerima suap dari orang-orang yang mencari pekerjaan,<br />berarti kualitas ibadah orang tersebut masih sangat rendah. Kalau orang<br />yang berpuasa, masih mau melakukan mark up dalam proyek, korupsi dan<br />kolusi, berarti puasa yang dilakukan masih jauh dari tujuan puasa.<br />Kalau pasca puasa Ramadhan, kejujuran semakin tipis atau<br />sirna,pungli,korupsi dan kolusi tetap menjadi kebiasaan, barang kali puasa<br />yang dilakukan tidak didasari iman, tetapi mungkin ia melakukan puasa<br />hanya karena mengikuti tradisi. Untuk mewujudkan manusia jujur, perlu<br />peningkatan iman dan penghayatan kesadaran kehadiran Tuhan. Tanpa upaya<br />ini, kejujuran tak kan lahir dari orang yang berpuasa Cara awalnya ialah<br />dengan mengikuti Training ESQ atau Pesantren Qalbu. Hasilnya sudah<br />terbukti secara sifnifikan di mana-mana. Banyak BUMN omzetnya meningkat<br />secara signifikan setelah para direktur dan managernya ikut training ESQ<br />(Emosional Spitual Quentiont). yang dilaksanakan oleh Ary Ginanjar<br /><br />sumber : pesantren virtual<br />Oleh : Ustadz Agustianto, MA<br /><br />Agustian.</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-64720765476045636352009-08-10T21:50:00.002+07:002010-09-25T17:44:06.676+07:00Puasa Demi Menggapai Ridho IlahiSaudaraku, semoga Allah merahmatimu, syariat Islam yang mulia ini telah memberikan kelapangan dan kemudahan bagi ummat manusia. Tidaklah Allah membebankan suatu kewajiban kepada seseorang melainkan dengan memperhatikan kemampuannya. Allah Ta’ala berfirman, “Tidaklah Allah membebankan kepada seseorang kecuali menurut kemampuannya.” (Qs. Al Baqoroh: 286).<br />Demikian pula ibadah puasa yang disyari’atkan kepada kita. Apabila seseorang justru dikhawatirkan tertimpa bahaya dengan melakukan puasa maka dia diperbolehkan bahkan lebih utama untuk tidak berpuasa ketika itu, seperti orang yang sedang sakit dan bepergian jauh. Allah Ta’ala berfirman, “Barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu dia berbuka) maka (wajib baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkannya itu pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” (Qs. Al Baqoroh: 185)<br /><br />Saudaraku, silakan simak 5 artikel bersambung dengan tajuk “Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi” pada link di bawah ini:<br /><br /><span class="fullpost"><ol><li><a title="Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Ilahi" href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-1.html" target="_blank">Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (bag. 1)</a></li><li><a title="Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Ilahi" href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-2.html" target="_blank">Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (bag. 2)</a></li><li><a title="Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Ilahi" href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-3.html" target="_blank">Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (bag. 3)</a></li><li><a title="Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Ilahi" href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-4.html" target="_blank">Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (bag. 4)</a></li><li><a title="Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Ilahi" href="http://muslim.or.id/fiqh-dan-muamalah/puasa-menahan-diri-demi-menggapai-ridho-illahi-5.html" target="_blank">Puasa Menahan Diri Demi Menggapai Ridho Illahi (bag. 5)</a></li></ol><br /><br />sumber : <a href="http://muslim.or.id/ramadhan/puasa-demi-menggapai-ridho-ilahi.html">muslim.or.id</a><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-23728978069540011312009-08-02T10:10:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.676+07:00Perjalanan Menuju AkhiratHari akhirat, hari setelah kematian yang wajib diyakini kebenarannya oleh setiap orang yang beriman kepada Allah ta’ala dan kebenaran agama-Nya. Hari itulah hari pembalasan semua amal perbuatan manusia, hari perhitungan yang sempurna, hari ditampakkannya semua perbuatan yang tersembunyi sewaktu di dunia, hari yang pada waktu itu orang-orang yang melampaui batas akan berkata dengan penuh penyesalan.<br /><span class="fullpost">يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي<br /><br />“Duhai, alangkah baiknya kiranya aku dahulu mengerjakan (amal saleh) untuk hidupku ini.” (Qs. Al Fajr: 24)<br /><br />Maka seharusnya setiap muslim yang mementingkan keselamatan dirinya benar-benar memberikan perhatian besar dalam mempersiapkan diri dan mengumpulkan bekal untuk menghadapi hari yang kekal abadi ini. Karena pada hakikatnya, hari inilah masa depan dan hari esok manusia yang sesungguhnya, yang kedatangan hari tersebut sangat cepat seiring dengan cepat berlalunya usia manusia. Allah ta’ala berfirman:<br /><br />يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ<br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Qs. Al Hasyr: 18)<br /><br />Dalam menafsirkan ayat di atas Imam Qotadah berkata: “Senantiasa tuhanmu (Allah) mendekatkan (waktu terjadinya) hari kiamat, sampai-sampai Dia menjadikannya seperti besok.” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfan (hal. 152 – Mawaaridul Amaan). Beliau (Abu Qatadah) adalah Qotadah bin Di’aamah As Saduusi Al Bashri (wafat setelah tahun 110 H), imam besar dari kalangan tabi’in yang sangat terpercaya dan kuat dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 409)<br /><br />Semoga Allah ta’ala meridhai sahabat yang mulia Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu yang mengingatkan hal ini dalam ucapannya yang terkenal: “Hisab-lah (introspeksilah) dirimu (saat ini) sebelum kamu di-hisab (diperiksa/dihitung amal perbuatanmu pada hari kiamat), dan timbanglah dirimu (saat ini) sebelum (amal perbuatan)mu ditimbang (pada hari kiamat), karena sesungguhnya akan mudah bagimu (menghadapi) hisab besok (hari kiamat) jika kamu (selalu) mengintrospeksi dirimu saat ini, dan hiasilah dirimu (dengan amal shaleh) untuk menghadapi (hari) yang besar (ketika manusia) dihadapkan (kepada Allah ta’ala):<br /><br />يَوْمَئِذٍ تُعْرَضُونَ لا تَخْفَى مِنْكُمْ خَافِيَةٌ<br /><br />“Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Allah), tiada sesuatupun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi-Nya).” (Qs. Al Haaqqah: 18). (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab beliau Az Zuhd (hal. 120), dengan sanad yang hasan)<br /><br />Senada dengan ucapan di atas sahabat yang mulia Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu berkata: “Sesungguhnya dunia telah pergi meninggalkan (kita) sedangkan akhirat telah datang di hadapan (kita), dan masing-masing dari keduanya (dunia dan akhirat) memiliki pengagum, maka jadilah kamu orang yang mengagumi/mencintai akhirat dan janganlah kamu menjadi orang yang mengagumi dunia, karena sesungguhnya saat ini (waktunya) beramal dan tidak ada perhitungan, adapun besok (di akhirat) adalah (saat) perhitungan dan tidak ada (waktu lagi untuk) beramal.” (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Az Zuhd (hal. 130) dan dinukil oleh Imam Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitab beliau Jaami’ul ‘uluumi wal hikam (hal. 461)).<br /><br />Jadilah kamu di dunia seperti orang asing…<br /><br />Dunia tempat persinggahan sementara dan sebagai ladang akhirat tempat kita mengumpulkan bekal untuk menempuh perjalanan menuju negeri yang kekal abadi itu. Barangsiapa yang mengumpulkan bekal yang cukup maka dengan izin Allah dia akan sampai ke tujuan dengan selamat, dan barang siapa yang bekalnya kurang maka dikhawatirkan dia tidak akan sampai ke tujuan.<br /><br />Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada kita sikap yang benar dalam kehidupan di dunia dalam sabda beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang melakukan perjalanan.” (HR. Al Bukhari no. 6053)<br /><br />Hadits ini merupakan bimbingan bagi orang yang beriman tentang bagaimana seharusnya dia menempatkan dirinya dalam kehidupan di dunia. Karena orang asing (perantau) atau orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang yang hanya tinggal sementara dan tidak terikat hatinya kepada tempat persinggahannya, serta terus merindukan untuk kembali ke kampung halamannya. Demikianlah keadaan seorang mukmin di dunia yang hatinya selalu terikat dan rindu untu kembali ke kampung halamannya yang sebenarnya, yaitu surga tempat tinggal pertama kedua orang tua kita, Adam ‘alaihis salam dan istrinya Hawa, sebelum mereka berdua diturunkan ke dunia.<br /><br />Dalam sebuah nasehat tertulis yang disampaikan Imam Hasan Al Bashri kepada Imam Umar bin Abdul Azizi, beliau berkata: “…Sesungguhnya dunia adalah negeri perantauan dan bukan tempat tinggal (yang sebenarnya), dan hanyalah Adam ‘alaihis salam diturunkan ke dunia ini untuk menerima hukuman (akibat perbuatan dosanya)…” (Dinukil oleh Ibnul Qayyim dalam kitab beliau Ighaatsatul Lahfaan (hal. 84 – Mawaaridul Amaan))<br /><br />Dalam mengungkapkan makna ini Ibnul Qayyim berkata dalam bait syairnya:<br /><br />Marilah (kita menuju) surga ‘adn (tempat menetap) karena sesungguhnya itulah<br /><br />Tempat tinggal kita yang pertama, yang di dalamnya terdapat kemah (yang indah)<br /><br />Akan tetapi kita (sekarang dalam) tawanan musuh (setan), maka apakah kamu melihat<br /><br />Kita akan (bisa) kembali ke kampung halaman kita dengan selamat?<br /><br />(Miftaahu Daaris Sa’aadah (1/9-10), juga dinukil oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 462))<br /><br />Sikap hidup ini menjadikan seorang mukmin tidak panjang angan-angan dan terlalu muluk dalam menjalani kehidupan dunia, karena “barangsiapa yang hidup di dunia seperti orang asing, maka dia tidak punya keinginan kecuali mempersiapkan bekal yang bermanfaat baginya ketika kembali ke kampung halamannya (akhirat), sehingga dia tidak berambisi dan berlomba bersama orang-orang yang mengejar dunia dalam kemewahan (dunia yang mereka cari), karena keadaanya seperti seorang perantau, sebagaimana dia tidak merasa risau dengan kemiskinan dan rendahnya kedudukannya di kalangan mereka.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 461), dengan sedikit penyesuaian)<br /><br />Makna inilah yang diisyaratkan oleh sahabat yang meriwayatkan hadits di atas, Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu ketika beliau berkata: “Jika kamu (berada) di waktu sore maka janganlah tunggu datangnya waktu pagi, dan jika kamu (berada) di waktu pagi maka janganlah tunggu datangnya waktu sore, serta gunakanlah masa sehatmu (dengan memperbanyak amal shaleh sebelum datang) masa sakitmu, dan masa hidupmu (sebelum) kematian (menjemputmu).” (Diriwayatkan oleh imam Al Bukhari dalam kitab Shahihul Bukhari, no. 6053).<br /><br />Bahkan inilah makna zuhud di dunia yang sesungguhnya, sebagaimana ucapan Imam Ahmad bin Hambal ketika beliau ditanya: Apakah makna zuhud di dunia (yang sebenarnya)? Beliau berkata: “(Maknanya adalah) tidak panjang angan-angan, (yaitu) seorang yang ketika dia (berada) di waktu pagi dia berkata: Aku (khawatir) tidak akan (bisa mencapai) waktu sore lagi.” (Dinukil oleh oleh Ibnu Rajab dalam kitab beliau Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 465))<br /><br />وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوى<br /><br />Berbekallah, dan sungguh sebaik-baik bekal adalah takwa<br /><br />Sebaik-baik bekal untuk perjalanan ke akhirat adalah takwa, yang berarti “menjadikan pelindung antara diri seorang hamba dengan siksaan dan kemurkaan Allah yang dikhawatirkan akan menimpanya, yaitu (dengan) melakukan ketaatan dan menjauhi perbuatan maksiat kepada-Nya.” (Ucapan Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam (hal. 196))<br /><br />Maka sesuai dengan keadaan seorang hamba di dunia dalam melakukan ketaatan kepada Allah dan meninggalkan perbuatan maksiat, begitu pula keadaannya di akhirat kelak. Semakin banyak dia berbuat baik di dunia semakin banyak pula kebaikan yang akan di raihnya di akhirat nanti, yang berarti semakin besar pula peluangnya untuk meraih keselamatan dalam perjalanannya menuju surga.<br /><br />Inilah diantara makna yang diisyaratkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau: “Setiap orang akan dibangkitkan (pada hari kiamat) sesuai dengan (keadaannya) sewaktu dia meninggal dunia.” (HR. Muslim, no. 2878). Artinya: Dia akan mendapatkan balasan pada hari kebangkitan kelak sesuai dengan amal baik atau buruk yang dilakukannya sewaktu di dunia. (Lihat penjelasan Al Munaawi dalam kitab beliau Faidhul Qadiir (6/457))<br /><br />Landasan utama takwa adalah dua kalimat syahadat: Laa ilaaha illallah dan Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Oleh karena itu, sebaik-baik bekal yang perlu dipersiapkan untuk selamat dalam perjalanan besar ini adalah memurnikan tauhid (mengesakan Allah ta’ala dalam beribadah dan menjauhi perbuatan syirik) yang merupakan inti makna syahadat Laa ilaaha illallah dan menyempurnakan al ittibaa’ (mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjauhi perbuatan bid’ah) yang merupakan inti makna syahadat Muhammadur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Maka dari itu, semua peristiwa besar yang akan dialami manusia pada hari kiamat nanti, Allah akan mudahkan bagi mereka dalam menghadapinya sesuai dengan pemahaman dan pengamalan mereka terhadap dua landasan utama Islam ini sewaktu di dunia.<br /><br />Fitnah (ujian keimanan) dalam kubur yang merupakan peristiwa besar pertama yang akan dialami manusia setelah kematiannya, mereka akan ditanya oleh dua malaikat: Munkar dan Nakir (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits riwayat At Tirmidzi (no. 1083) dan dinyatakan shahih oleh Syaikh Al Albani dalam Ash Shahiihah, no. 1391) dengan tiga pertanyaan: Siapa Tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu? (Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits shahih riwayat Ahmad (4/287-288), Abu Dawud, no. 4753 dan Al Hakim (1/37-39), dinyatakan shahih oleh Al Hakim dan disepakati oleh Adz Dzahabi.). Allah hanya menjanjikan kemudahan dan keteguhan iman ketika mengahadapi ujian besar ini bagi orang-orang yang memahami dan mengamalkan dua landasan Islam ini dengan benar, sehingga mereka akan menjawab: Tuhanku adalah Allah, agamaku adalah Islam dan Nabiku adalah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br /><br />Allah ta’ala berfirman:<br /><br />يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ<br /><br />“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (Qs. Ibrahim: 27)<br /><br />Makna ‘ucapan yang teguh’ dalam ayat di atas ditafsirkan sendiri oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shahih yang diriwayatkan oleh sahabat yang mulia Al Bara’ bin ‘Aazib radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Seorang muslim ketika ditanya di dalam kubur (oleh Malaikat Munkar dan Nakir) maka dia akan bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah (Laa Ilaaha Illallah) dan bahwa Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah utusan Allah (Muhammadur Rasulullah), itulah (makna) firman-Nya: Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ‘ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (HR.Al Bukhari (no. 4422), hadits yang semakna juga diriwayatkan oleh Imam Muslim (no. 2871))<br /><br />Termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, mendatangi telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang penuh kemuliaan, warna airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan baunya lebih harum daripada minyak wangi misk (kesturi), barangsiapa yang meminum darinya sekali saja maka dia tidak akan kehausan selamanya (Semua ini disebutkan dalam hadits yang shahih riwayat imam Al Bukhari (no. 6208) dan Muslim (no. 2292). Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang dimudahkan minum darinya). Dalam hadits yang shahih (Riwayat Imam Al Bukhari (no. 6211) dan Muslim (no. 2304) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu) juga disebutkan bahwa ada orang-orang yang dihalangi dan diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ini. Karena mereka sewaktu di dunia berpaling dari petunjuk dan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada pemahaman dan perbuatan bid’ah, sehingga di akhirat mereka dihalangi dari kemuliaan meminum air telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, sebagai balasan yang sesuai dengan perbuatan mereka.<br /><br />Imam Ibnu Abdil Barr berkata: “Semua orang yang melakukan perbuatan bid’ah yang tidak diridhai Allah dalam agama ini akan diusir dari telaga Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam (pada hari kiamat nanti), dan yang paling parah di antara mereka adalah orang-orang (ahlul bid’ah) yang menyelisihi (pemahaman) jama’ah kaum muslimin, seperti orang-orang khawarij, Syi’ah Rafidhah dan para pengikut hawa nafsu, demikian pula orang-orang yang berbuat zhalim yang melampaui batas dalam kezhaliman dan menentang kebenaran, serta orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar secara terang-terangan, semua mereka ini dikhawatirkan termasuk orang-orang yang disebutkan dalam hadits ini (yang diusir dari telaga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam). (Kitab Syarh Az Zarqaani ‘Ala Muwaththa-il Imaami Maalik, 1/65)<br /><br />Beliau (Ibnu Abdil Barr) adalah Yusuf bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Barr An Namari Al Andalusi (wafat 463 H), syaikhul Islam dan imam besar ahlus Sunnah dari wilayah Magrib, penulis banyak kitab hadits dan fikih yang sangat bermanfaat. Biografi beliau dalam kitab Tadzkiratul Huffaazh (3/1128).<br /><br />Demikian pula termasuk peristiwa besar pada hari kiamat, melintasi ash shiraath (jembatan) yang dibentangkan di atas permukaan neraka Jahannam, di antara surga dan neraka. Dalam hadits yang shahih (Riwayat imam Al Bukhari (no. 7001) dan Muslim (no. 183) dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu) disebutkan bahwa keadaan orang yang melintasi jembatan tersebut bermacam-macam sesuai dengan amal perbuatan mereka sewaktu di dunia. “Ada yang melintasinya secepat kerdipan mata, ada yang secepat kilat, ada yang secepat angin, ada yang secepat kuda pacuan yang kencang, ada yang secepat menunggang onta, ada yang berlari, ada yang berjalan, ada yang merangkak, dan ada yang disambar dengan pengait besi kemudian dilemparkan ke dalam neraka Jahannam” – na’uudzu billahi min daalik – (Ucapan syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam kitab beliau Al Aqiidah al Waasithiyyah, hal. 20) .<br /><br />Syaikh Muhammad bin Shaleh Al ‘Utsaimin ketika menjelaskan sebab perbedaan keadaan orang-orang yang melintasi jembatan tersebut, beliau berkata: “Ini semua (tentu saja) bukan dengan pilihan masing-masing orang, karena kalau dengan pilihan (sendiri) tentu semua orang ingin melintasinya dengan cepat, akan tetapi (keadaan manusia sewaktu) melintasi (jembatan tersebut) adalah sesuai dengan cepat (atau lambatnya mereka) dalam menerima (dan mengamalkan) syariat Islam di dunia ini; barangsiapa yang bersegera dalam menerima (petunjuk dan sunnah) yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka diapun akan cepat melintasi jembatan tersebut, dan (sebaliknya) barangsiapa yang lambat dalam hal ini, maka diapun akan lambat melintasinya; sebagai balasan yang setimpal, dan balasan (perbuatan manusia) adalah sesuai dengan jenis perbuatannya.” (Kitab Syarhul Aqiidatil Waasithiyyah, 2/162)<br /><br />وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ<br /><br />Balasan akhir yang baik (yaitu Surga) bagi orang-orang yang bertakwa<br /><br />Akhirnya, perjalanan manusia akan sampai pada tahapan akhir; surga yang penuh kenikmatan, atau neraka yang penuh dengan siksaan yang pedih. Di sinilah Allah ta’ala akan memberikan balasan yang sempurna bagi manusia sesuai dengan amal perbuatan mereka di dunia. Allah ta’ala berfirman:<br /><br />فَأَمَّا مَنْ طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى<br /><br />“Adapun orang-orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya)” (Qs. An Naazi’aat: 37-41).<br /><br />Maka balasan akhir yang baik hanyalah Allah peruntukkan bagi orang-orang yang bertakwa dan membekali dirinya dengan ketaatan kepada-Nya, serta menjauhi perbuatan yang menyimpang dari agama-Nya. Allah ta’ala berfirman:<br /><br />تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوّاً فِي الْأَرْضِ وَلا فَسَاداً وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ<br /><br />“Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, dan kesudahan (yang baik) itu (surga) adalah bagi orang-orang yang bertakwa.” (Qs. Al Qashash: 83)<br /><br />Syaikh Abdurrahman As Sa’di berkata: “…Jika mereka (orang-orang yang disebutkan dalam ayat ini) tidak mempunyai keinginan untuk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan (maksiat) di (muka) bumi, maka konsekwensinya (berarti) keinginan mereka (hanya) tertuju kepada Allah, tujuan mereka (hanya mempersiapkan bekal untuk) negeri akhirat, dan keadan mereka (sewaktu di dunia): selalu merendahkan diri kepada hamba-hamba Allah, serta selalu berpegang kepada kebenaran dan mengerjakan amal shaleh, mereka itulah orang-orang bertakwa yang akan mendapatkan balasan akhir yang baik (surga dari Allah ta’ala).” (Taisiirul Kariimir Rahmaan fi Tafsiiri Kalaamil Mannaan, hal. 453)<br /><br />Penutup<br /><br />Setelah kita merenungi tahapan-tahapan perjalanan besar ini, marilah kita bertanya kepada diri kita sendiri: sudahkah kita mempersiapkan bekal yang cukup supaya selamat dalam perjalanan tersebut? Kalau jawabannya: belum, maka jangan putus asa, masih ada waktu untuk berbenah diri dan memperbaiki segala kekurangan kita -dengan izin Allah ta’ala- . Caranya, bersegeralah untuk kembali dan bertobat kepada Allah, serta memperbanyak amal shaleh pada sisa umur kita yang masih ada. Dan semua itu akan mudah bagi orang yang Allah berikan taufik dan kemudahan baginya.<br /><br />Imam Fudhail bin ‘Iyaadh pernah menasehati seseorang lelaki, beliau berkata: “Berapa tahun usiamu (sekarang)”? Lelaki itu menjawab: Enam puluh tahun. Fudhail berkata: “(Berarti) sejak enam puluh tahun (yang lalu) kamu menempuh perjalanan menuju Allah dan (mungkin saja) kamu hampir sampai”. Lelaki itu menjawab: Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Maka Fudhail berkata: “Apakah kamu paham arti ucapanmu? Kamu berkata: Aku (hamba) milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, barangsiapa yang menyadari bahwa dia adalah hamba milik Allah dan akan kembali kepada-Nya, maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya pada hari kiamat nanti), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan berdiri (di hadapan-Nya) maka hendaknya dia mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya selama di dunia), dan barangsiapa yang mengetahui bahwa dia akan dimintai pertanggungjawaban (atas perbuatannya) maka hendaknya dia mempersiapkan jawabannya.” Maka lelaki itu bertanya: (Kalau demikian) bagaimana caranya (untuk menyelamatkan diri ketika itu)? Fudhail menjawab: “(Caranya) mudah.” Leleki itu bertanya lagi: Apa itu? Fudhail berkata: “Engkau memperbaiki (diri) pada sisa umurmu (yang masih ada), maka Allah akan mengampuni (perbuatan dosamu) di masa lalu, karena jika kamu (tetap) berbuat buruk pada sisa umurmu (yang masih ada), kamu akan di siksa (pada hari kiamat) karena (perbuatan dosamu) di masa lalu dan pada sisa umurmu.” (Dinukil oleh Imam Ibnu Rajab dalam kitab Jaami’ul ‘Uluumi Wal Hikam, hal. 464)<br /><br />Beliau (Fudhail bin ‘Iyaadh) adalah Fudhail bin ‘Iyaadh bin Mas’uud At Tamimi (wafat 187 H), seorang imam besar dari dari kalangan atba’ut tabi’in yang sangat terpercaya dalam meriwayatkan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan seorang ahli ibadah (lihat kitab Taqriibut Tahdziib, hal. 403)<br /><br />Akhirnya, kami menutup tulisan ini dengan doa dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam (dalam HR. Muslim, no. 2720) dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) untuk kebaikan agama, dunia dan akhirat kita:<br /><br />Ya Allah, perbaikilah agamaku yang merupakan penentu (kebaikan) semua urusanku, dan perbaikilah (urusan) duniaku yang merupakan tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang merupakan tempat kembaliku (selamanya), jadikanlah (masa) hidupku sebagai penambah kebaikan bagiku, dan (jadikanlah) kematianku sebagai penghalang bagiku dari semua keburukan.<br /><br />وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ، وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ<br /><br />Kota Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, 20 Shafar 1430 H<br />sumber : muslim.or.id</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-60326029932301872232009-08-02T09:04:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.676+07:00BUAH ITU BERNAMA CINTA MUHAMMADOleh:<br /><br />Abu Syauqi<br /><br />Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Rumah Zakat Indonesia<br /><br />Sebelumnya kita membahas tentang begitu selarasnya ajaran nabi kita Muhammad SAW dengan ilmu-ilmu modern. Kita juga belajar tentang kekuatan keyakinan. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah menyampaikan strategic vision-nya kepada para sahabat, visi itu adalah “Kita akan menaklukkan Parsi dan Romawi”.. Ternyata kabar itu bocor dan tersebar sampai terdengar masyarakat kafir Quraisy…mereka pun mengejek Nabi sampai suatu ketika Rasulullah Muhammad bertemu mereka di depan Ka’bah. Apa yang disampaikan Nabi menjawab ejekan mereka, “Al Yauma awil Ghod”. Tunggu saja kalian akan melihat kemenangan itu, hari ini atau besok hari! Begitu yakinnya Rasul mendeklarasikan keyakinannya padahal kaum muslimin saat itu baru berjumlah empat puluh orang.<br /><span class="fullpost">Bulan Februari lalu syukur Alhamdulillah Allah memberi kesempatan saya melanjutkan usia, yang keempat puluh satu tepatnya. Saya juga berterima kasih atas doa sobat zakat semua, semoga tidak ada yang bertambah pada diri saya selain keshalehan dan rezeki yang berkah dan melimpah. Sejak kecil saya selalu suka membaca kisah atau profil tokoh-tokoh besar peradaban, dan rasanya setiap kesuksesan mereka yang tergores indah dalam catatan sejarah setiap kemuliaannya selalu ada dalam pribadi Rasulullah Muhammad SAW. Dengan kata lain jika kita mau mempelajari dan mampu berlatih untuk meneladani kepribadian Nabi pada dasarnya telah merangkum seluruh keluarbiasaan sifat, sikap, dan seluruh hal baik dari semua tokoh besar di dunia. Lalu apa hubungannya dengan usia saya?<br /><br />Sebuah ayat memonumenkan kemuliaan Rasulullah SAW, \\\"Wa innaka la\\\'ala khuluqin \\\'azhim” (QS. Al-Qalam : 4), banyak penerjemah yang mengartikan ayat ini sebagai , \\\"Dan engkau itu wahai Muhammad, benar-benar memiliki budi pekerti yang agung. Padahal sebenarnya kandungannya sungguh lebih dahsyat dari ini, menjadi \\\"Dan engkau itu wahai Muhammad, sungguh berada di atas seluruh akhlak/budi pekerti yang agung”. Maknanya apa? Jadi seluruh dan segala macam akhlak mulia lagi agung semua ‘tunduk’ pada kemuliaan Rasul Muhammad SAW. Semua akhlak mulia tak hanya terkumpul dalam pribadinya namun bahkan jika ‘dipersonifikasi’ menjadi makhluk, akhlak-akhlak tadi hormat karena begitu agungnya beliau. Posisi Nabi berada di atas semua sifat kebaikan.<br /><br />Lalu apa manfaatnya jika kita meneladani Rasulullah SAW?<br /><br />Untuk mempelajari dan meneladani Rasul sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, kita bisa temukan begitu banyak yang menulis sejarah Muhammad adalah non muslim. Dan tidak dipungkiri mereka yang mempelajari dan meneladani akan juga mendapat buah kemuliaan dari pribadinya. Menjadi sukses dalam berbisnis misalnya, sukses menjadi pemimpin negara, sukses mengelola emosi dan relasi dan buah manfaat lainnya. Dalam konteks ini mereka mendapatkan “Fadhilah” atau buah manfaat dari berilmu pengetahuan. Dan sungguh kita berharap mereka yang sudah begitu mencintai Muhammad tak sekedar berhenti sebagai Mohammedian tapi secara kaaffah menggenapkannya sebagai muslim. Disinilah peran penting iman sebagai penyempurna peneladanan (ittiba’) kita kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana memang salah satu rukun iman adalah iman kepada para Rasul.<br /><br />Kembali ke pertanyaan di atas, apa saja manfaat kita meneladani Rasulullah? Yang jelas kita akan mendapatkan 2 manfaat kebaikan; kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.<br /><br />Edisi kali ini mari kita cermati apa saja yang akan kita raih di dunia.<br /><br />1. Kecintaan Allah SWT<br /><br />Karena pada dasarnya Allah akan mencintai orang yang mencintai siapa saja yang dicintai-Nya mulai para Rasul, para Anbiyya, para ulama, hamba-hamba Allah yang jujur, para syuhada dan hamba-hamba Allah yang shaleh.<br /><br />Sama halnya ketika kita berbisnis, saat kita mencintai karyawan kita, memberikan penghargaan terbaik pada mereka tentu keluarganyapun akan juga memberikan kecintaannya dan penghormatannya kepada kita.<br /><br />2. Rahmat Allah SWT<br /><br />Anda bisa menerjemahkan dengan banyak makna tapi yang pasti mendapat rahmat pasti sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Jika ditanya, apa sih hadiah terbesar yang paling Anda inginkan? Rumah tipe 21 (dua hektar satu rumah)? Mercy S-Class, saham terbesar di Burj Al Dubai….atau Surga? Jika yang terakhir..mungkin inilah definisi rahmat terbesar.. “Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta\\\\\\\'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar).” (HR. Muslim)<br /><br />3. Hidayah Allah SWT<br /><br />Hidayah atau petunjuk datang berjenjang. Ada yang merasa sedih jika sudah azan masih ‘terjebak’ pada rapat atau jadwal pejabat tapi ada yang biasa saja…Ada yang menyesal kecapekan sehingga tak mampu bangun sholat malam, ada yang bisa bangun sholat shubuh tepat waktu saja sudah bahagia. Karenanya mari kita minta hidayah agar terus ditambahkan kepada kita. Tidak hanya hidayah untuk ‘benar’ secara spiritual namun juga hidayah dalam makna petunjuk untuk dapat sukses di dunia, dalam berkarier, berbisnis, membangun keluarga, timwork dan sebagainya. Dengan mencintai Rasulullah SAW sebenarnya kita sedang membaca petunjuk atau kiat sukses menuju target cita-cita yang kita inginkan.<br /><br />4. Harga Diri (Izzah)<br /><br />Mari kita pelajari kepribadian Nabi, apakah pernah merasa pesimis, berkompromi pada kepengecutan dan hal-hal lain yang merendahkan harga diri? Tentu tidak! Seperti riwayat di awal tadi dalam jumlah sedikit saja beliau berani lantang menaklukkan Parsi dan Romawi, dua imperium terbesar saat itu. Buah itulah yang akan kita dapatkan dengan meneladani akhlak Rasul. Apa puncak harga diri yang bisa kita contohkan saat ini : Menolak agresi Israel di sidang PBB, istiqomah menolak korupsi, disiplin tepat waktu, bangga dengan produk Indonesia……silakan Anda isi sendiri.<br /><br />5. Kemenangan<br /><br />Untuk menang pasti ada pertarungan, ada perlombaan. Saat ini apakah kita sedang ‘bersantai’ untuk perlombaan kelas teri atau sedang berjibaku dalam perjuangan panjang, keras dan saling mengalahkan? Kiasan ini untuk mengingatkan apakah kita sadar bahwa sejatinya kita sedang berperang? Melawan kondisi umat Islam tak kunjung ‘cerdas’, melawan agresi pikiran negatif yang mengajak pada hura-hura atau sebaliknya menikmati kemelaratan? Melawan ideologi yang menjauhkan kita pada Dien Islam kita…Karenanya untuk meraih kemenangan sejati kita harus terus bersemangat melakukan produktivitas..Jika kondisi saat ini kita merasa biasa saja, aman-aman saja..wah sepertinya semangat menjadi pemenang itu tidak ada. Kalau begitu tutup buku saja..dan yang pasti Rasulullah SAW tidak akan tersenyum puas kepada kita!<br /><br />Mari semakin kita cintai Rasul! Semua teknik, taktik dan strategi kemenangan dan kemuliaan ada semua pada pribadinya. Maka sering-seringlah kita bergaul dengan orang-orang yang selalu mencintainya! : sumber : rumahzakat.org</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-69516019508751753222009-07-24T16:40:00.002+07:002010-09-25T17:44:06.676+07:00Laa Takhof wa Laa Tahzan, Jangan Sedih dan Janganlah BimbangKami berfirman: “Turunlah kamu semua dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati”. [QS. Al-Baqarah: 38]<br /><br />Allah telah mengirim Nabi Adam ke bumi untuk menjadi khalifah-Nya. Namun Allah berjanji akan memberi petunjuk melalui malikat-Nya agar Adam dan keturunannya dapat menjalankan tugas mereka sebagai hamba dan khalifah Allah dengan sukses dan meraih kemenangan.<br />Sesungguhnya orang-orang yang beriman, mengerjakan amal saleh, mendirikan sembahyang dan menunaikan zakat, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Al-Baqarah: 277] <br /><span class="fullpost">Kebahagiaan<br />Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Ali Imran: 170]<br /><span class="fullpost"><br /><br />Mario Teguh, seorang motivator terkenal, merumuskan kebahagiaan sebagai tidak adanya ketidak-bahagiaan. Apa yang beliau maksud dengan ketidak-bahagiaan? Ketidak-bahagiaan yang beliau maksud adalah keadaan di mana hadir rasa khawatir dan atau rasa takut.<br /><br />Al-Khauf, ketakutan dan kekhawatiran, merupakan penghalang bagi seseorang dari mengambil tindakan. Ketakutan yang berlebihan akan mengalahkan keyaqinan seseorang untuk sukses. Bahkan al-khauf yang tidak pada tempatnya dapat membuat seseorang lupa kepada janji-janji Allah. Bahkan boleh dikatakan meragukan janji-janji Allah.<br /><br />Misalnya seseorang enggan berbagi dengan sesama karena takut menjadi miskin. Maka Allah berfirman dalam hal ini:<br /><br />Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat kejahatan (kikir); sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan daripada-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. [QS. Al-Baqarah: 268]<br /><br />Setan sering membisikkan ke dalam hati orang-orang yang ingin bersedekah dengan berkata, “Janganlah kau sedekahkan hartamu, nanti kau akan menjadi miskin!” Tetapi Allah menguatkan kita dan berfirman, “Sedekahkanlah, maka Aku mengampunimu dan memberimu karunia yang luas.”<br /><br />Begitulah sikap orang-orang beriman. Mereka selalu melihat segala hal dari sisi positif. Mereka menjadikan bantahan terhadap mereka sebagai penguat pendirian mereka. Semakin mereka dibantah, semakin kuat pendirian mereka.<br /><br />(Yaitu) orang-orang (yang menta`ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Al-Wakil.” [QS. Ali Imran: 173]<br /><br />Orang beriman yang penuh keyaqinan kepada Allah tidak akan takut atau pun gentar menghadapi perang-kejiwaan yang dilontarkan kepada mereka. Justeru mereka bertambah yaqin kepada Allah dan semakin menyerahkan diri mereka untuk diatur oleh Allah, Rasul-Nya dan pemimpin mereka yang sah.<br /><br />Menggapai Kebahagiaan<br /><br />Setiap hari kita mendengarkan adzan setidaknya sebanyak lima kali. Dalam adzan ada lafazh “Hayya ‘alal falah”. Al-Falah dapat berarti kemenangan, kesuksesan, kebahagiaan, kejayaan, keberhasilan, dsb. Bagaimana menggapainya?<br /><br />Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. [QS. Al-'Ashr]<br /><br />Merugilah manusia yang telah diberikan waktu dan kehidupan, namun tidak memanfaatkannya di jalan kebaikan dan kebenaran. Hanya orang-orang yang mengisi kehidupannya dalam optimisme, beramal shalih, bekerja dan berusaha dengan baik dan benar, kemudian saling menguatkan, saling memotivasi kepada jalan kebenaran serta memotivasi untuk tetap sabar dan setia pada kebaikan, itulah yang menggapai kebahagiaan haqiqi. Kebahagiaan yang lebih besar dari sekedar materi dunia dan seisinya. Karena orang yang tetap sabar dalam kebaikan akan memperoleh tidak hanya materi atau pun dunia dan segala isinya, tetapi juga nilai-nilai, hal-hal immateril, segala apa yang terkandung dalam jiwa yang luhur, serta menjadi dekat dengan Allah. Orang yang setia kepada kebaikan haqiqi akan menjadi kekasih Allah SubhanaHu wa Ta’ala. Inilah kebahagian seajti yang abadi.<br /><br />Tauladan<br /><br />(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan ni`mat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. [QS. Al-Fatihah: 7]<br /><br />Di dunia ini begitu banyak manusia dengan segala macam sifat dan keadaannya. Di antara mereka ada yang sukses dan disukai banyak orang, namun juga ada yang rusak, menjadi sampah masyarakat, dan dibenci banyak orang. Lihatlah kedua type itu!<br /><br />Jika Anda bertemu dengan orang sukses, katakanlah, “Dia orang sukses, dan saya akan menjadi seperti dia jika saya mengikuti langkah-langkah yang ditempuhnya.”<br /><br />Jika Anda bertemu dengan orang gagal, katakanlah pada diri Anda, “Dia orang yang gagal, dan saya akan menjadi seperti dia jika saya mengikuti langkah-langkah yang ditempuhnya.”<br /><br />Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Yunus: 62]<br /><br />Dan barangsiapa yang menta`ati Allah dan Rasul (Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi ni`mat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. [QS. An-Nisa`: 69]<br /><br />Petunjuk Itu<br /><br />Alif Laam Miim. Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung. [QS. Al-Baqarah: 1-5]<br /><br />Al-Qur’an adalah kitab yang lebih hebat dari Science of Getting Rich, Seven Habits, dan buku-buku yang sejenis. Al-Qur’an tidak hanya mengajarkan kesuksesan dunia, tetapi kesuksesan dunia dan akhirat. Tinggal Anda mau mengikutinya atau tidak.<br /><br />Ikuti Petunjuk Itu!<br /><br />Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Al-An'am: 48]<br /><br />Hai anak-anak Adam, jika datang kepadamu rasul-rasul daripada kamu yang menceritakan kepadamu ayat-ayat-Ku, maka barangsiapa yang bertakwa dan mengadakan perbaikan, tidaklah ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Al-A'raf: 35]<br /><br />Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. [QS. Ali Imran: 31]<br /><br />Semakin kita mengikuti langkah-langkah mereka, semakin kebiasaan mereka juga menjadi kebiasaan kita, maka semakin kita menjadi dekat dengan Allah. Juga semakin keputusan dan perbuatan kita menjadi tepat sesuai yang disukai serta diridhoi Allah. Pada saat itu, apa yang kita fikirkan, kita ucapkan, dan kita perbuat akan semakin memancarkan citra Ilahi.<br /><br />Dari Abu Hurairah ra katanya: Rasulullah SAW telah bersabda yang maksudnya: “Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : “Barangsiapa yang memusuhi wali-wali-Ku, sesungguhnya Aku menyatakan perang ke atasnya. Dan tidaklah seorang hamba itu mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih Ku cintai melainkan dengan apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Berterusanlah hamba-Ku mendekatkan dirinya kepada-Ku dengan mengerjakan (amalan-amalan) nawafil (sunnah) hinggalah Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku akan menjadi pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Aku adalah penglihatannya yang dengannya ia melihat dan tangannya yang dengannya ia memegang dan kakinya yang dengannya ia berjalan. Dan jika ia meminta kepada-Ku, Aku akan mengurniakannya dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku, Aku akan melindunginya.” (HQR. Imam Al-Bukhari)<br /><br />Wakilkan Kepada Allah<br /><br />Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (Mereka berdo`a): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri ma`aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. [QS. Al-Baqarah: 286]<br /><br />(Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. [QS. Al-Baqarah: 112]<br /><br />Jika Anda khawatir tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan kepada Anda, atau Anda khawatir akan gagal dalam suatu hal, maka hilangkan kekhawatiran itu. Kerjakan saja apa yang mampu Anda kerjakan, lalu serahkan apa yang tidak mampu Anda kerjakan kepada Allah. Berusaha itu urusan kita, sedangkan hasil itu urusan Allah. Kerjakan urusan kita, dan biarkan Allah mengurus urusan-Nya. Jika kita berusaha dan menyerahkan diri kepada Allah, maka tidak ada kekhawatiran dalam diri kita dan tidak pula kesedihan. Karena kita yaqin bahwa kita telah berusaha sebaik mungkin yang kita mampu. Dan kita akan siap menerima segala ketentuan dari Allah Yang Mahakuasa. Dan Allah akan memberi kita balasan atas usaha baik kita, apakah di dunia ini maupun di akhirat kelak.<br /><br />Kelak kamu akan ingat kepada apa yang kukatakan kepada kamu. Dan aku menyerahkan urusanku kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya”. [QS. Al-Mu`min: 44]<br /><br />Istiqomah<br /><br />Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. [QS. Al-Ahqaf: 3]<br /><br />Sesungguhnya Al-Qur`an itu mengajarkan banyak kebaikan dan memastikan pengikutnya yang istiqomah untuk sukses dunia dan akhirat. Mario Teguh sering menggunakan istilah ’setia kepada kebaikan’ sebagai ganti istilah ‘istiqomah’. Karena istiqomah dalam Islam tentu saja bukan teguh di dalam kesesatan, tetapi teguh dalam mengikuti kebaikan-kebaikan yang diajarkan Al-Qur`an. Teguh dalam mengikuti langkah-langkah para Nabi, para wali, para shiddiqiin (orang-orang benar), shalihin (orang-orang shalih), dan syuhada (orang-orang yang mati dalam membela dan mempertahankan ajaran kebaikan, yaitu Islam).<br /><br />Mari Pelajari dan Amalkan!<br /><br />Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, [QS. Fathir: 29]<br /><br />Marilah kita mengkaji Al-Qur`an dan Al-Hadits! Yaqinlah bahwa Al-Islam adalah ajaran yang sempurna! Selamatlah manusia yang mengamalkannya dengan keimanan kepada Allah; selamat di dunia, juga di akhirat. Tidak ada alasan yang masuk aqal untuk meninggalkan ajaran ini.<br /><br />Marilah kita berpegang teguh kepada Al-Qur`an dan Sunnah Rasul! Sungguh, Rasulullah telah menyuruh kita untuk memegang Al-Qur`an dengan erat melalui perkataannya, “Gigitlah Al-Qur`an dengan gigi gerahammu.” Dan bersabarlah dalam berjalan menuju Allah. Barangsiapa bersungguh-sungguh dalam menuju Allah, maka Allah tunjukkan jalan-Nya yang lurus. Maka janganlah kita berputus asa.<br /><br />(Ya’qub berkata: ) “Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir”. [QS. Yusuf: 87]<br /></span><br />sumber : swaramuslim.net</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-67902286151693224112009-07-24T16:32:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.676+07:00Etika Yang diajarkan dalam IslamAssalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh<br /><br /><br />Bissmillahirrohmaan irrohiim’<br /><br /><br />“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”. QS. Al-Imran (3) ayat 110<br /><br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu”. QS.An-Nisa (4) ayat 29.<br /><br /><br /><br /><span class="fullpost">"Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan seru sekalian alam."QS.Al-Maidah ( 5) ayat 28.<br /><br /><br />“Dan barang siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya ialah Jahanam, kekal ia di dalamnya dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan azab yang besar baginya”. QS. An-Nisaa (4) ayat 93.<br /><br /><br />“Dan orang-orang yang tidak menyembah Tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa (nya)”, QS.Al-Furqon (25) ayat 68.<br /><br /><br />Saudaraku, ketika saya menerima pesan singkat yang isinya pada intinya menghalalkan terjadinya peledakan Hotel Marriott dan Ritz Carlton, sungguh saya sangat sedih, dan bertanya tanya, betulkah yang mengirim pesan singkat pada saya adalah seorang muslim.<br /><br /><br />Setahu saya (maaf Ilmu Agama saya masih sangat minim, karena saya belajar Islam setelah saya berumah tangga dan sudah memiliki dua orang anak) dan tidak satupun agama yang mengajarkan pada pemeluknya untuk mengajarkan perbuatan tercela, terlebih ajaran Islam, justru ajaran Islamlah yang paling menentang perbuatan tercela tersebut, seperti membunuh, merusak dan bahkan bunuh diri, tidak satupun ayat dalam Al-Qur’an yang membenarkan kita melakukan perbuatan tercela yang mencelakakan orang lain, atau mencelakan diri sendiri, bahkan Islam mengajarkan kita agar berakhlaq mulia, sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW, sebagaimana tertuang dalam QS dan Ayat ayat tersebut diatas, bahkan kita seluruh kaum muslimin diajarkan :<br /><br /> <br /><br />Agar umat Islam memiliki sifat Kritis dan teliti.<br /><br />QS. Al-Hujurat (49) ayat 6. yang artinya “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”.<br /><br />“Suatu hari Rasullah berkata kepada Asyaj Abdul Qais:”Sesungguhnya ada dua perkara di dalam dirimu yang disukai Allah, yaitu kritis dan ketelitian”<br />(HR. Muslim).<br /><br /> <br /><br />Agar umat Islam bersikap Lembut dan Pemaaf.<br /><br /><br />QS. Al-Imran (3) ayat 159. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”.<br /><br /><br /> “Rasulullah bersabda:”Barangsiapa meninggalkan sikap lembut, maka ia telah meninggalkan kebaikan semuanya”. (HR. Muslim).<br /><br /> <br /><br /><br />Agar umat Islam berlaku Jujur<br /><br /><br />“Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang, (yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi”. QS.Al-Muthafifin (83) ayat 1-3<br /><br /><br />”sesunggunya kejujuran membawa kepada kebaikan, kebaikan mengantarkan kepasa surga, dan seorang akan berbuat jujur sehingga ia dijuluki orang jujur”. (HR. Bukhari Muslim).<br /><br /><br /><br />Agar umat Islam bersikap Sabar.<br /><br /><br />“Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”. QS. Al-Baqarah (2) ayat 153.<br /><br /> <br /><br />“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”, QS. Al-Baqarah (2) ayat 155<br /><br /><br />“Barangsiapa bersabar maka Allah akan bersabar untuknya, tidak ada pemberian Allah yang lebih kepada hambaNya kecuali kesabaran” (HR. Bukhari Muslim).<br /><br /><br /><br />Agar Umat Islam Tawadlu’ atau rendah hati<br /><br /><br />QS.Lukman (31) ayat 18. “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.<br /><br /><br />”Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar aku bertawadlu’,<br />sehingga tidak ada orang merasa sombong dan lebih tinggi dari lainnya dan tidak ada orang menghianati lainnya” (HR. Muslim).<br /><br /><br />“Tidak ada orang yang bertawadlu kepada Allah, kecuali Allah akan<br />mengangkatnya” (HR. Muslim).<br /><br /><br /> <br /><br />Agar umat Islam Amanah<br /><br /><br />QS.Al-Anfal (8) ayat 27. “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui”.<br /><br /><br />”Tanda-tanda orang munafik ada tiga, ketika bicara bohong, ketika<br />janji mengingkari dan ketika dipercayai menghianati”. (HR. Bukhari<br />Muslim).<br /><br /><br />Agar Umat Islam Memiliki rasa Malu yang tinggi<br /><br /><br />”Rasa malu itu selalu mendatangkan kebaikan” (HR. Bukhari Muslim)<br /><br />“Malu itu bagian dari iman” (HR. Bukhari Muslim).<br /><br /><br /><br />Agar umat Islam berkata manis dan muka yang ramah<br /><br /><br />”Takutkan kalian dari neraka walaupun dengan sebutir kurma, kalau<br />tidak bisa maka bisa dengan perkataan yang manis” (HR. Bukhari<br />Muslim).<br /><br /><br />”Kalimat yang baik merupakan sedekah” (HR. Bukhari Muslim).<br /><br /><br />Agar umat Islam Berbakti kepada kedua orang tua dan handai taulan<br /><br /><br />QS.An-Nisa (4) ayat 36. "Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan- Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri",<br /><br /><br />Ibnu Mas’ud bertanya kepada Rasulullah s.a.w.;” Apa perbuatan yang paling disukai Allah?<br /><br /><br />Jawab Rasulullah:”Sholat di waktunya”,<br /><br /><br />Ibnu Mas’ud:”Lalu apa?”<br /><br />Jawab Rasulullah:”Berbuat baik kepada kedua orang tua” (HR. Bukhari Muslim).<br /><br /><br />Agar Umat Islam Memperbanyak hubungan Silaturrahim atau berhubungan dengan halayak luas<br /><br /><br />“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu”. QS. An-Nisa (4) ayat 1.<br /><br /><br />“Barangsiapa ingin diluaskan rizqinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia bersilaturrahmi”. (HR. Bukhari).<br /><br /><br />Dasar baik ayat Al-Qur’an dan Al-Hadits diatas jelaslah bahwa agama Islam, agama yang Rahmatan Lil’alamiin, serta masih banyak lagi ajaran ajaran Agama Islam yang mangarahkan serta membuat pemeluk agama Islam yang mengajarkan umatnya agar berbudi luhur, bukan mengajarkan untuk berprilaku yang menyimpang serta pengrusakan baik Akhlak, mental serta prilaku penyimpangan lainya.<br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Wallahualam Bisawab , Hanya Allah yang Tahu<br /><br /> <br /><br /> <br /><br /> <br /><br />Waassalam</span><br />penulis : Mujiarto Karuk ( kotasantri.com )Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-3727204830582058232009-07-24T16:26:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.677+07:00Tidak Diperkenankan Haji Bagi Lansia dan Anak-anak Tahun Ini<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="http://www.alsofwah.or.id/images/bdi-1-240709.jpg"><img style="float:left; margin:0 10px 10px 0;cursor:pointer; cursor:hand;width: 141px; height: 106px;" src="http://www.alsofwah.or.id/images/bdi-1-240709.jpg" border="0" alt="" /></a><br />Para Menteri Kesehatan Bangsa Arab: “Tidak Diperkenankan Haji Bagi Lansia dan Anak-anak Tahun Ini”<br />Jumat, 24 Juli 09<br /><br />Kairo- Para Menteri kesehatan Arab sepakat atas pelarangan orang tua “Lansia” dan anak-anak yang berusia kurang dari 12 tahun serta para pasien yang menderita penyakit menahun (kronis) untuk menunaikan ibadah haji tahun ini dengan alasan kekhawatiran dengan keberadaan Virus Flu “H1 N1” yang populer dengan sebutan “Flu Babi”.<br /><br />Menteri Kesehatan Saudi Abdullah ar-Rabi’ah setelah usai dari konferensi Menteri-menteri kesehatan Arab dan para aktivis WHO di Kairo pada hari Rabu 22/7/2009 menyatakan, “Bahwasanya Kerajaan Saudi tidak membatasi Jumlah Maksimal bagi para peserta Haji dan Umroh tahun ini, hanya saja kerajaan menenetapkan ketentuan-ketentuan (UU) baru”.<br /><br />Dr. Ar-Rabi’ah menambahkan, “Kita tidak akan merubah prosentase (jumlah peserta haji) setiap Negara, hanya saja kita merubah beberapa syarat tertentu, yang sudah pasti akan berkurangnya jumlah peserta haji tahun ini disebabkan ketentuan-ketentuan/ kebijakan-kebijakan ini”.<br /><br />Juru Bicara WHO Ibrahim al-Kardani mengatakan kepada Reuterz, “Beberapa golongan akan dihindarkan untuk tidak menunaikan haji, khususnya orang-orang yang berusia di atas 65 tahun dan anak-anak yang berumur kurang dari 12 tahun, serta orang-orang yang menderita penyakit yang menahun (kronis). <br /><span class="fullpost">Adapun sakit-sakit yang tergolong menahun (kronis) meliputi: Depresi, diabetes, jantung, hati, ginjal, obesitas (kegemukan) yang berpotensi penyebab penyakit-penyakit lainnya.<br /><br />Beliau menambahkan, bahwa keputusan tersebut harus disetujui oleh Pemerintah-pemerintah dan menteri-menteri kesehatan, termasuk pemerintah Saudi, namun Direktur Regional WHO Husein al-Jaza’iry berkata, "Bahwasanya yang lebih utama adalah adanya kesepakatan atas keputusan tersebut terlebih dahulu”.<br /><br />Al-Jaza’iry menerangkan bahwa pemerintah Arab Saudi memiliki Peralatan yang memadai untuk menangani penyakit menular di antara para peserta haji yang begitu banyaknya setiap tahun”, dan berkata, "Pemerintah Arab Saudi sekarang ini memiliki sangat banyak pengalaman. Karena Arab Saudi terbiasa menghadapi setiap tahun antara 25 dan 30 kasus kolera dan al-Hamdulillah tidak pernah terjadi wabah apa pun”.<br /><br />Dan Arab Saudi pada bulan juni lalu telah menghimbau para orang tua “Lansia”, pasien penderita penyakit kronis, dan kaum muslimin lainnya yang tidak memiliki kondisi yang fit dan sehat untuk menangguhkan pemberangkatan haji pada tahun ini.<br /><br />Dan sekitar lebih dari 3000 juta kaum Muslimin dari 160 negara mendatangi Mekkah al-Mukarromah guna menunaikan syiar-syiar suci setiap tahunnya. (IOL/A.NBL) </span><br />sumber : syiar-alsofwahSyahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-68259133579019445072009-05-21T18:09:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.677+07:00BERSIKAP ADILAdil atau keadilan adalah sebuah kata yang tidak asing lagi bagi kita semua.<br />Imam al-Mawardi (salah seorang ulama pengikut madzhab Imam asy-Syafi'i) berkata, dalam kitab beliau yang berjudul Adab ad-Dunya wa ad-Diin, "Sesungguhnya di antara perkara yang dapat membuat baik keadaan dunia ini adalah keadilan yang menyeluruh dan mencakup semua sisi kehidupan. Keadilan akan mengajak manusia untuk berbuat baik terhadap sesama, membangkitkan semangat untuk melakukan ketaatan kepada Allah Ta'ala. Dengan keadilan, dunia akan dipenuhi dengan kemakmuran, harta benda akan berkembang dan bertambah banyak, penguasa akan merasa aman dan pemerintahannya akan berumur panjang. Tidak ada sesuatu yang lebih cepat menghancurkan dunia dan merusak serta mengotori hati-hati manusia daripada kezhaliman yang merupakan lawan dari keadilan."<br /><br /><br /><span class="fullpost">Adil adalah memutuskan perkara sesuai dengan ketentuan Allah Ta'ala dalam al-Quran dan ketentuan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam as-Sunnah, bukan hanya sekedar bergantung kepada akal manusia semata. Dengan pengertian ini dapat kita katakan bahwa hukum Allah memberikan kepada anak laki-laki sebanyak dua bagian anak perempuan dalam masalah pembagian harta warisan adalah hukum yang adil. Begitu pula hukum Allah membolehkan poligami dan mengharamkan poliandri dalam masalah pernikahan adalah hukum yang adil.<br /><br /><br />Adil juga didefinisikan sebagai sikap pertengahan antara meremehkan dan berlebih-lebihan dalam suatu perkara.<br /><br /><br />Adil merupakan salah satu sifat dari sifat Allah Ta'ala, sebagaimana adil juga merupakan salah satu sifat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Maka siapakah yang dapat berbuat adil jika Allah dan rasulNya (dianggap) tidak berbuat adil?" (HR. Al-Bukhari dan Muslim)<br /><br /><br />Seorang muslim memandang keadilan secara umum adalah termasuk kewajiban yang paling utama dan pasti, sebab Allah Ta'ala memerintahkan setiap muslim untuk berlaku adil di dalam firmanNya, "Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat." (QS. an-Nahl: 90)<br /><br /><br />Allah Ta'ala mengabarkan bahwa Dia mencintai orang-orang yang senantiasa berbuat adil dalam firmanNya, "Dan berlaku adillah; Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil." (QS. al-Hujurat: 9)<br /><br /><br />Allah Ta'ala memerintahkan kita untuk berbuat adil di dalam perkataan dan di dalam menetapkan hukum. Allah Ta'ala berfirman, "Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia adalah kerabat(mu)" (QS. al-An'am: 152)<br /><br /><br />"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil." (QS.an-Nisa': 58)<br /><br /><br />Oleh karena itu, seorang muslim yang baik akan selalu berusaha untuk dapat berbuat adil dalam perkataan maupun dalam perkara hukum. Ia akan senantiasa berbuat adil dalam segala urusannya sampai keadilan menjadi akhlak yang tidak terpisahkan darinya. Ia akan menjauhi segala macam bentuk ketidakadilan, kesewenang-wenangan, kezhaliman dan penyelewengan. Ia menjadi orang yang adil yang tidak condong kepada hawa nafsu, syahwat dan fitnah dunia.<br /><br /><br />Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan ridha dan kecintaan Allah Ta'ala serta kemuliaan dan kenikmatan dariNya. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Sesungguhnya orang-orang yang adil di sisi Allah disediakan bagi mereka mimbar-mimbar dari cahaya di sisi kanan (Allah) Yang Maha Pemurah, Maha Agung lagi Maha Tinggi -dan kedua tanganNya adalah kanan-. Mereka adalah orang yang adil dalam menetapkan hukum, adil terhadap keluarga dan adil dalam kekuasaan." (HR. Muslim [1827])<br /><br /><br />Dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda, "Tujuh golongan yang akan dinaungi oleh Allah dalam naunganNya pada (hari kiamat), hari yang tidak ada naungan kecuali naunganNya: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ketaatan kepada Allah, ." (HR. al-Al-Bukhari [660])<br /><br /><br />Keadilan memiliki banyak aspek yang dapat ditunjukkan, antara lain:<br /><br /><br /><br /> a.. Adil terhadap Allah Ta'ala, yaitu dengan tidak berbuat syirik dalam beribadah kepadaNya, mengimani nama-namaNya dan sifat-sifat-Nya, menaatiNya dan tidak bermaksiat kepadaNya, senantiasa berdzikir dan tidak melupakanNya serta mensyukuri nikmat-nikmatNya dan tidak mengingkarinya.<br /><br /><br /> b.. Adil terhadap sesama manusia, yaitu dengan memberikan hak-hak mereka dengan sempurna tanpa menzhaliminya, sesuai dengan apa yang menjadi haknya.<br /><br /><br /> c.. Adil terhadap keluarga (anak dan istri), yaitu dengan tidak melebihkan dan mengutamakan salah seorang di antara mereka atas yang lainnya atau kepada sebagian atas sebagian yang lainnya.<br /><br /><br /> d.. Adil dalam perkataan, yaitu dengan berkata baik dan jujur tidak berdusta, berkata kasar, bersumpah palsu, mengghibah saudara seiman dan lain-lain.<br /><br /><br /> e.. Adil dalam berkeyakinan, yaitu dengan meyakini perkara-perkara yang disebutkan dalam al-Qur'an dan as-Sunnah yang shahih dengan keyakinan yang pasti tanpa keraguan sedikitpun dan tidak meyakini hal-hal yang tidak benar yang menyelisihi keduanya.<br /><br /><br /> f.. Adil dalam menetapkan hukum dan memutuskan perselisihan yang terjadi antara sesama manusia, yaitu dengan menjadikan al-Qur'an dan as-Sunnah sebagai sumber hukum dan pemutus perkara tersebut.<br /><br /><br />Di antara Buah Keadilan :<br /><br /><br /><br /> a.. Orang yang adil akan mendapatkan keamanan di dunia dan akhirat.<br /><br /><br /> b.. Apabila orang yang adil berkuasa, maka keadilannya akan memelihara kekuasaannya.<br /><br /><br /> c.. Keridhaan dari Allah Ta'ala terhadap orang yang adil.<br /><br /><br /> d.. Orang yang adil tidak akan mengganggu dan menyakiti orang lain ataupun makhluk lainnya.<br /><br /><br /> e.. Pemilik sifat adil berhak untuk mendapatkan kekuasaan, kemuliaan dan kedudukan yang tinggi di dunia dan akhirat.<br /><br /><br /> f.. Keadilan akan membawa pemiliknya untuk berpegang teguh dengan kebenaran dan meninggalkan kebatilan tanpa ada basa-basi.<br /><br /><br /> g.. Keadilan dalam Islam mencakup segala sisi kehidupan.<br /><br /><br /> h.. Keadilan merupakan jalan menuju surga.<br /><br /><br />Abu Hurairah radhiallahu 'anhu meriwayatkan sebuah hadits dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, bahwa beliau pernah bersabda, "Pernah ada seorang lelaki yang membeli sebidang tanah dari seseorang. Kemudian sang pembeli menemukan dalam tanah tersebut sebuah bejana berisi emas. Ia pun berkata kepada sang penjual tanah, "Ambillah emasmu ini dariku karena sesungguhnya aku hanya membeli tanah darimu dan tidak membeli emas ini!" Sang penjual berkata, "Sesungguhnya yang aku jual kepadamu adalah tanah dan apa yang ada di dalamnya." Kedua orang itu pun pergi menemui seorang hakim untuk memutuskan perselisihann yang terjadi di antara mereka. Sang hakim bertanya kepada keduanya, "Apakah kalian berdua memiliki anak?" Salah seorang dari keduanya menjawab, "Saya memiliki seorang anak laki-laki." Adapun yang lainnya menjawab, "Saya memiliki seorang anak perempuan." Sang hakim pun berkata, "Kalau begitu, nikahkanlah anak-anak kalian! Kemudian manfaatkanlah emas ini untuk memenuhi kebutuhan kalian berdua dan bersedekahlah darinya!" (HR. al-Bukhari dan Muslim)<br /><br /><br /></span><br />Oleh : Herman Abul Hasan<br />Sumber: 1. Minhajul Muslim. 2. Mausu'ah Nadhratin Na'imSyahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-79465695924942437822008-11-02T10:07:00.002+07:002010-09-25T17:44:06.677+07:00Kafir tersembunyiJika seorang manusia tidak waspada akan Mata Allah yang selalu<br />mengawasinya dimanapun - di setiap waktu , maka dia bukanlah seorang<br />mukmin. Kalian harus membayangkan dalam hati, bahwa Mata Allah selalu<br />bersama kalian. Jika kalian melupakan "Mata Tuhan" maka kalian<br />sedang dalam genggaman ego.<br /><br />Jika seorang manusia melakukan perbuatan yang tidak disenangi Allah,<br />Nabi dan Awliya, maka dia di golongkan sebagai seorang "kafir<br />tersembunyi" . Kita diperintahkan untuk membersihkan diri kita baik<br />berupa kufr yang nampak dan yang tidak tampak. Untuk itu kalian harus<br />waspada akan perbuatan yang terlihat mata dan juga perbuatan yang<br />tersembunyi. Perhatikan setiap tingkah laku dan yang akan kalian<br />kerjakan, sehingga semuanya membuat Allah, Nabi dan Awliya bahagia.<br />Jika perbuatan itu membuat "Mereka " bahagia, maka boleh kalian<br />kerjakan, jika tidak, kalian harus meninggalkannya. <br />Jika seorang manusia menimbang segala perbuatannya didunia ini, maka<br />tidak akan ada yang perlu ditimbang lagi saat Hari Pengadilan nanti.<br />Nabi bersabda : " Adalah lebih membahagiakan bagi Allah jika<br />seseorang duduk sejam untuk berpikir dan menimbang segala<br />perbuatannya daripada dia beribadah selama 70 tahun." Mengapa ?<br />karena kalian bisa menghapus 70 tahun ibadah dengan sebuah perbuatan<br />yang Allah tidak meridhainya; namun jika kalian menimbangnya dulu<br />dengan merenungkannya, maka kalian mampu meninggalkan perbuatan itu<br />dan menghindari petakanya.<br /><span class="fullpost"><br />Death Experiences<br />by Susan Fine<br /><br />Saya akan bercerita tentang sebuah rahasia. Kadang-kadang hati dan<br />nafas saya berhenti untuk sekian menit, ya saya meninggal... dan saya<br />pergi menuju neraka.<br />Banyak orang mengira diri mereka baik, melupakan atau tidak peduli<br />dengan keburukan yang mereka lakukan. Jika mereka percaya akan<br />neraka, mereka mengira seseorang dimasukkan kesana sebagai hukuman,<br />tinggal selamanya di sana. Guru-guru sufi kami mengajarkan bahwa<br />kitalah yang menghukum diri sendiri dan mengirim ke neraka atau<br />kesurga. Neraka bukan sebagai tempat hukuman, tapi untuk<br />pembersihan. Inilah hal yang paling susah, paling berat untuk<br />membersihkan diri, sedangkan kita tidak tahu tentang hal itu.<br /><br />Orang-orang suci membersihkan pengikutnya sebelum mereka meninggal.<br />Cintailah para nabi, guru-guru, awliya – semoga rahmat tercurah pada<br />mereka. Dan ajaran pada kitab suci menyiapkan kita untuk surga.<br /><br />Tiap saya " meninggal ", saya temukan tempat berbeda-beda di neraka.<br />Ada satu tempat dimana saya melihat segala hal buruk yang telah saya<br />lakukan dengan anggota badan ini. Segala hal yang tidak kita ingat,<br />perbuatan buruk yang sama sekali tidak kita sadari, tubuh ini begitu<br />menderita saat kita memukul orang , membanting pintu, memukul<br />dinding atau berjalan bagai bulldozer diatas bumi tanpa menghormati<br />Tuhan dan ciptaan-Nya. Semua orang yang berada di tempat itu amat<br />menderita, terus menerus menangis. Saya berada disana saat berusia<br />12 tahun. Sungguh tempat yang mengerikan. Sayapun menangis, " Ini<br />tidak adil ! saya hanya seorang anak kecil! saya tak tahu tempat apa<br />ini dan apa yang membuat saya datang ke sini. "<br />Lalu ada sebuah suara : "Itulah yang dikatakan semua orang yang<br />berada disini," saya mendengar ribuan orang menangis, mengatakan<br />hal yang sama. Sebagian dari mereka sudah sangat tua, mereka<br />meraung –raung, " Saya masih kecil waktu itu, saya tidak tahu apa-<br />apa."<br /><br />Ada lagi tempat yang lebih mengerikan, dimana kalian mendengar<br />segala hal buruk yang pernah terucap oleh lidah , kata-kata yang<br />dulu pernah kalian tujukan pada orang-orang, bahkan kata-kata yang<br />kalian tidak sadar bahwa itu menyakitkan bagi mereka; bercanda yang<br />mengakibatkan sakit hati ; kata-kata fitnah ; setiap ucapan yang<br />pernah diteriakkan atau dibisikkan secara rahasia ; setiap teguran<br />keras ; tuduhan yang salah; hinaan ; semuanya kembali berteriak pada<br />kalian di tempat ini dan tubuh terasa amat pedih terbakar oleh api<br />namun sama sekali tidak hancur. Saat itu saya berusia 18 tahun<br />karena kasus pneumonia. Sebuah tempat dimana hanya ada api, suara-<br />suara, rasa malu dan kepedihan.<br /><br />Kemudian ada tempat yang lebih parah lagi, dimana segala pikiran<br />buruk timbul ; saat-saat dimana kita meragukan Tuhan, marah dan<br />jijik akan ciptaan-Nya, menyesali diri sendiri atau merasa superior<br />dibanding yang lain. Semua dosa ini terjadi dalam pikiran, semua<br />diperlihatkan pada kalian dan pikiran-pikiran itu seperti menggigit<br />dan mendorong kalian. Kalian tahu bahwa pikiran itu tidak terbatas<br />dan dipenuhi dengan penderitaan yang tidak terbatas pula, sungguh<br />sangat menyiksa. Sangat susah untuk pergi dari tempat itu, pikiran<br />kita tak mampu kabur dari sana. Bahkan untuk menghafal satu doa<br />saja, pikiran kita susah melakukannya. Tidak ada memori, pikiran<br />buruk masa lalu terus menerus muncul, berulang-ulang. Jika satu do'a<br />muncul spontan di kepala, satu kali saja, menyebut salah satu nama<br />Allah yang terlintas dipikiran - maka semuanya menjadi diam,<br />kepedihan hilang, dan kita dapat pergi meninggalkan tempat itu -<br />namun kegaduhan itu membuat kita susah untuk mencari ketenangan.<br /><br />Orang-orang yang pernah meninggal, pergi ke tempat-tempat seperti<br />itu. Lalu kembali ke raganya saat dokter menekan alat-alat pada<br />tenggorokan, memompa jantungnya agar bisa berdenyut kembali. Mereka<br />lalu berkata ," Oh, jika saya hafal satu doa, maka di dalam neraka<br />sana, doa itu tidak akan pernah terlupakan. Dan jika tujuan saya<br />hanya Tuhan saja maka saya akan selamat. " Namun untuk selanjutnya<br />mereka akan berpikir, " Pasti saya sudah berpikiran yang bukan-bukan<br />waktu tidak sadarkan diri."<br /><br />Yang paling tidak enak adalah setelah kalian pergi ke neraka, nafas<br />kalian berhenti, jantung berhenti berdetak, lalu Tuhan membuat<br />semuanya "hidup" lagi. Kalian kembali pada kehidupan dengan<br />kenyataan bahwa sekarang kalian bukanlah tubuh yang berkeliaran di<br />dunia ini, bukan pula lidah dan suara-suara yang bisa bernyanyi<br />ataupun mengumpat seenaknya, bukan pula pikiran yang berkelana dan<br />dipenuhi gambaran-gambaran menyenangkan. Kalian telah sadar bahwa<br />kehidupan ini bukan untuk selamanya, kematian bukanlah final, tidak<br />satupun yang pasti, siapapun kalian, jutaan orang di bumi atau di<br />neraka tidak lebih baik atau lebih buruk dari kalian sendiri,<br />kalianpun merasa sendirian.<br /><br />"Kesadaran" mampu meninggalkan suatu tempat, menuju kemanapun<br />didunia ini atau bahkan ke tempat-tempat di neraka dan di surga.<br />Selubung diangkat saat terjadi kematian, tali telah dipotong saat<br />kembali pada kehidupan ini, dan segala hal yang dikira baik atau<br />penting sebelum hal ini terjadi, sekarang menjadi tidak berarti sama<br />sekali.<br /><br />Memahami Spiritualitas Dengan Hati<br />Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani<br /><br /><br />Khidir a : " Kapan Adam diciptakan ?"<br />Jibril as : "Adam yang mana yang kamu bicarakan ?"<br />Khidir as : " Bukankah Adam-mu sama dengan Adam-ku ?"<br />Jibril as : " Itu Adam yang terakhir. Ada 124.000 Adam-<br />Adam yang telah datang dan pergi. Setiap dari mereka mempunyai<br />Hari Kiamat, dan sekarang kita sedang berada di masa Adam yang<br />terakhir."<br />Khidir as : " Jadi kapan sebenarnya Allah menciptakan<br />dunia ini ?"<br />Jibril as : " Aku akan memberitahumu apa yang aku tahu<br />saja."<br />Khidir as : " Aku sedang mendengarkan. Ceritakanlah! "<br /><br />Jibrilpun mulai bercerita, " Suatu ketika, aku bertanya pada Allah<br />agar menunjukkan Ciptaan-Nya padaku. Allah berkata padaku, `Ya<br />Jibril, pergilah ke tempat itu dimana kamu akan mendapat<br />pengetahuan. ' "<br /><br />Ketika turun membawa wahyu untuk Nabi, Jibril hanya menggunakan 2<br />sayap dari 600 sayap-sayap yang beliau punyai. Hanya dengan kedua<br />sayapnya, cukup untuk menutupi tempat antara tempat asalnya sampai<br />ke bumi. Beliau tidak membuka seluruh sayapnya, karena terlalu kecil<br />jaraknya. Namun ketika Allah memintanya untuk pergi ke suatu tempat,<br />Jibril mengatakan :<br /><br />"Aku buka seluruh sayapku untuk pergi ke tempat itu, dengan kecepatan<br />yang Allah berikan padaku yang tidak seorangpun mengetahuinya. Aku<br />terus terbang dan terbang dalam Waktu Allah. Ketika aku merasa lelah,<br />akupun berhenti. Ketika aku berhenti, aku melihat semua waktu dan<br />jarak yang telah kutempuh seperti lautan pasir kristal. Kristal-<br />kristal itu amat kecil dan bercahaya. Lalu aku bertanya pada<br />Allah :'Tempat apakah ini ?' Tuhan-pun menjawab : `Ini hanyalah sudut<br />yang sangat kecil dari tempat yang Aku maksud. Ini belum sampai di<br />pertengahan `tempat' itu.'<br /><br />"Aku kembali membuka sayap-sayapku dan terbang menjelajah `Waktu'<br />lainnya, dua kali besarnya dari waktu yang pertama. Namun masih saja<br />aku belum sampai di tengah `tempat' yang aku tuju, dimana-mana hanya<br />terlihat kristal-kristal kecil dan mengkilap. Pada akhirnya, Allah<br />berkata kepadaku, ` Ya Jibril, sekarang mintalah untuk terbang dengan<br />Kekuatan-KU. " Lalu dengan Kekuatan Allah, aku bergerak dengan<br />kecepatan yang tidak akan pernah terbayangkan oleh manusia. Sampailah<br />aku di pertengahan `tempat ` itu. Aku melihat sebuah pohon berwarna<br />hijau dan seekor burung yang juga berwarna hijau bertengger disana.<br />Setiap detik burung itu terbang turun, kemudian mengambil sebutir<br />kristal, memakannya dan terbang kembali ke atas pohon. Akupun<br />bertanya,<br />'Ya Allah, apakah itu ? `<br />`Burung itu adalah kekasih-Ku Muhammad saw.'<br />`Dan apakah kristal-kristal itu ?'<br />`Setiap butir kristal itu adalah sebuah jagad raya yang berbeda-beda.<br />Muhammad adalah Nabi bagi seluruh jagad raya itu. Apa yang sedang<br />kamu lihat adalah Ciptaan-Ku yang tiada batas akhirnya. Dan Muhammad<br />saw adalah Nabi-Nabi mereka, Awliyanya adalah 124.000 awliya. Begitu<br />Nabi memakan butiran jagad raya itu, Akupun menciptakan yang baru,<br />dan hal itu tidak akan pernah berakhir.'<br /><br />Itulah kebesaran Nabi kita, jangan pernah meremehkan kekuatan<br />beliau. Kadang ketika saya mengatakan apa yang saya dengar dari<br />Syaikh, saya menggunakan ` kata-kata yang menyilaukan' sehingga<br />membuat hati bahagia, namun dibalik itu ada ribuan dan ribuan<br />rahasia serta hikmah yang tiada batas dari Samudra Pengetahuan yang<br />tidak akan pernah berakhir. Kami tidak akan berhenti berbicara dan<br />pengetahuan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Sebagaimana Ciptaan<br />Allah tidak pernah berakhir, pengetahuanpun tidak akan pernah<br />berakhir ; karena ilmu pengetahuan adalah Ciptaan Allah juga.<br /><br />Pikiran kita adalah pikiran yang diciptakan. Dengan pikiran yang<br />terbatas, kalian tidak akan mampu memahami apa yang tidak terbatas.<br />Pikiran hanya terbatas pada pengetahuan yang dimilikinya. Kalian<br />tidak akan mampu memahami Tuhan dengan pikiran itu. Pikiran tidak<br />mungkin memahami Yang menciptakannya. Sesuatu yang diciptakan tidak<br />akan mampu memahami Penciptanya. Namun hati mampu.<br /><br />Wa quli-r-ruhu min amri Rabbik. Firman Allah dalam Qur'an : "Ya Nabi,<br />katakan pada umatmu bahwa ruh dan jiwa berasal dari-Ku." Karena<br />itulah, kita mampu memahaminya. Pikiran dan tubuh berasal dari bumi<br />sedang ruh berasal dari Allah. Wa nafakhtu fihi min ruhi " Telah Aku<br />tiupkan Ruhku pada Adam." Itulah mengapa Tuhan memerintahkan iblis<br />untuk bersujud, bukan bagi tubuh Adam, namun bagi ruhnya, karena ruh<br />itu berasal dari Allah.<br /><br />Jadi, dengan memusatkan diri melalui roh. kita bisa memahami<br />kearifan dan pengetahuan yang tersembunyi. Apakah penghalang antara<br />kita dalam menggunakan roh? yaitu ego kita. Saya menghadapi masalah<br />di Amerika ini, mereka selalu mengatakan,<br />" Kami telah diajari untuk bangga pada diri sendiri sejak kami kecil.<br />Untuk meninggikan ego kami." Saya katakan bahwa itu adalah senjata<br />setan yang paling merusak untuk menyerang kalian. Hal itu dibenarkan<br />bila kalian bangga karena melakukan sesuatu yang baik. Namun ego-pun<br />akan mengecoh kalian dengan senjata itu – kesombongan – agar kalian<br />jauh dari spiritualitas.<br /><br />Seperti menatap sebuah cermin. Pecahkan cermin itu dalam hati kalian<br />dan jangan pernah lagi memandang diri sendiri pada cermin itu. Yang<br />nyata bukanlah gambaran yang ada di cermin, tapi yang diluar cermin.<br />Tanpa ego, kalian akan mencapai kenyataan hakiki.<br /><br />Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha<br /><br />Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Qubrusi al-Haqqani</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-21898950764755456432008-08-29T16:54:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.677+07:00Keistimewaan Bulan Ramadhan dan Doa-doa PilihanBulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang<br />dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Oleh karena<br />itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan<br />kemaksiatan. Diantara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, disebutkan<br />dalam beberapa riwayat:<br /><br />1. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka<br />ditutup dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang<br />nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ<br />الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ<br /><br />Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk<br />berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,<br />para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik<br />dari seribu bulan. (HR. Ahmad)<br /><br /><span class="fullpost">2. Allah SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah<br />SAW bersabda:<br /><br />إذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا<br />بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ<br />وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ <br />Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka<br />ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan<br />tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang<br />yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah<br />dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka.<br />(HR Tirmidzi)<br /><br />3. Puasa bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan<br />berikutya. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ<br /><br />Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa<br />Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-dosa yang ada diantaranya,<br />apabila tidak melakukan dosa besar. (HR Muslim)<br /><br />4. Puasa Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya<br />ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ<br /><br />Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka<br />akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)<br /><br />5. Barangsiapa memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang<br />puasa tersebut.<br /><br />مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ<br /><br />Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka<br />dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi<br />sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR Ahmad)<br /><br />6. Sedekah yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.<br /><br />أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ<br /><br />Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu<br />sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)<br /><br />7. Orang yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-dosanya<br />diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ<br /><br />Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala,<br />maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)<br /><br />8. Doa orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ<br /><br />Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa<br />orang yang teraniaya. (HR Baihaqi)<br /><br />9. Puasa dan ِAl-Qur’an yang dibaca pada malam Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang<br />yang mengerjakannya kelak dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />اَلصُّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ<br />فَشَفِّعْنِى فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ<br /><br />Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa<br />berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’ an juga<br />berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.”<br />Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.” (HR Ahmad)<br /><br />10. Orang yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti<br />melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:<br /><br />فَإِنَّ عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ<br /><br />Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji. (HR Bukhari)<br /><br />Doa-Doa Bulan Ramadhan<br /><br />Bulan Ramadhan adalah bulan mulia, penuh berkah dan mustajab, maka kita sangat<br />dianjurkan banyak berdoa. Diantara doa-doa penting dibaca pada bulan Ramadhan adalah:<br /><br />1. Doa Bulan Rajab dan Sya'ban Menyambut Ramadhan:<br /><br />اَللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْناَ رَمَضَانَ<br /><br />"Ya Allah, berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya'ban dan pertemukan kami dengan bulan<br />Ramadhan." (HR Ahmad)<br /><br />2. Doa Lailatul Qadr:<br /><br />اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا<br /><br />Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada<br />ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah. (HR Tirmidzi)<br /><br />3. Doa Shalat Witir:<br /><br />سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّْوْسِ<br /><br />Maha Suci Engkau penguasa yang memiliki kesucian. (HR Nasai)<br /><br />سُبُّوْحٌ قُدُّْوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلائِكَةِ وَالرُّوْحِ<br /><br />Maha Suci Engkau Dzat yang memiliki kesucian, Tuhannya para Malaikat dan Ruh. (HR<br />Daruquthni)<br /><br />4. Menjelang Berbuka Sebaiknya Membaca doa:<br /><br />أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ اللهُ أسْتَغْفِرُ اللهُ أسْألُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ<br /><br />Saya bersaksi tidak ada Tuhan Selain Allah, Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon<br />Ridha-Mu, SurgaMu dan selamatkanlah saya dari neraka." Mu dan selamatkanlah saya dari<br />neraka.<br /><br />5. Doa Buka Puasa<br /><br />اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاءُ وَابْتَلَّتْ العُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأجْرُ إنْ شَاءَ اللهُ<br /><br />Ya Allah, Aku berpuasa hanya untuk-Mu dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Hilanglah rasa<br />haus, tenggorakan menjadz basah, semoga pahala ditetapkan, insya Allah." (HR Abu Dawud)<br /><br />6. Jika Berbuka di Tempat Saudara dianjurkan mengucapkan:<br /><br />أفْطَرَ عِنْدَكُمْ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمْ اْلأبْرَارَ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ الْمَلاَئْكَةُ<br /><br />Telah berbuka di tempatmu orang-orang yang puasa. Orang-orang baik memakan makanan<br />kalian, dan para malaikat mendoakan kalian." (HR Abu Dawud)<br />.................................................................<br />KH A Nuril Huda<br />Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-18223776347597327262008-07-19T23:09:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.677+07:0074 WASIAT UNTUK PARA PEMUDA<div align="justify">Segala puji bagi Allah yang berfirman:“Dan sungguh Kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa’: 131)<br /><br />Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya<br />Muhammad yang bersabda: </div><div align="justify"><br />“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah , serta agar kalian mendengar dan patuh.”Dan takwa kepada Allah adalah mentaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.<br /><br />Wa ba’du:<br />Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan hal ini bermanfaat bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya. Dan agar memberikan pahala yang besar bagi penyusunnya, penulisnya, yang menyebarkannya ataupun yang mengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung. </div><div align="justify"><br /><span class="fullpost">1. Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya’ baik dalam perkataan ataupun<br />perbuatan. </span></div><span class="fullpost"><div align="justify"><br />2. Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlak. </div><div align="justify"><br />3. Bertaqwalah kepada Allah dan ber’azamlah untuk melaksanakan semua perintah dan<br />menjauhi segala larangan-Nya. </div><div align="justify"><br />4. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha dan perbanyaklah istighfar. </div><div align="justify"><br />5. Ingatlah bahwa Allah senatiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah<br />melihatmu, mendengarmu dan mengetahui apa yang terbersit di hatimu. </div><div align="justify"><br />6. Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir<br />serta qadar yang baik ataupun yang buruk. </div><div align="justify"><br />7. Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan<br />memilah mana yang baik dan yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah/syari’at<br />dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak punya pendirian. </div><div align="justify"><br />8. Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan<br />mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti/mencontohmu dalam<br />mengamalkannya. </div><div align="justify"><br />9. Peganglah kitab Riyadlush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu,<br />demikian juga kitab Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim. </div><div align="justify"><br />10. Jagalah selalu wudlu’mu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam<br />keadaan suci dari hadats dan najis. </div><div align="justify"><br />11. Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid terlebih lagi sahalat ‘Isya<br />dan Fajr (shubuh). </div><div align="justify"><br />12. Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak seperti bawang<br />putih dan bawang merah. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan<br />kaum muslimin. </div><div align="justify"><br />13. Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang<br />ada pada shalat berjamaah tersebut.</div><div align="justify"><br />14. Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orangorang<br />yang berhak menerimanya. </div><div align="justify"><br />15. Bersegeralah berangkat untuk shalat Jumat dan janganlah berlambat-lambat sampai<br />setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa. </div><div align="justify"><br />16. Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah<br />agar Allah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang.<br />17. Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i sebab<br />engkau akan berdosa karenanya. </div><div align="justify"><br />18. Tegakkanlah shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan terlebih-lebih pada malam<br />lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau<br />mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu. </div><div align="justify"><br />19. Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang<br />yang mampu dan janganlah menunda-nunda. </div><div align="justify"><br />20. Bacalah Al-Qur’an dengan mentadaburi maknanya. Laksanakanlah perintahnya dan jauhi<br />larangannya agar Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagimu di sisi rabmu dan menjadi penolongmu<br />di hari qiyamat. </div><div align="justify"><br />21. Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah baik perlahan-lahan ataupun<br />dikeraskan, apakah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan hati-hatilah<br />engkau dari kelalaian. </div><div align="justify"><br />22. Hadirilah majelis-majelis dzikir karena majelis dzikir termasuk taman surga. </div><div align="justify"><br />23. Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan dan hati-hatilah<br />engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun<br />dari anak panah Iblis. </div><div align="justify"><br />24. Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki dan janganlah engkau<br />berjalan dengan kesombongan/keangkuhan. </div><div align="justify"><br />25. Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas karena keduanya diharamkan bagi<br />laki-laki. </div><div align="justify"><br />26. Janganlah engkau menyeruapai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanitamu<br />menyerupai laki-laki. </div><div align="justify"><br />27. Biarkanlah janggutmu karena Rasulullah: “Cukurlah kumis dan panjangkanlah janggut.”<br />(HR. Bukhari Dan Muslim) </div><div align="justify"><br />28. Janganlah engkau makan kecuali yang halal dan janganlah engkau minum kecuali yang<br />halal agar doamu diijabah. </div><div align="justify"><br />29. Ucapkanlah "bismillah" ketika engkau hendak makan dan minum dan ucapkanlah<br />"alhamdulillah" apabila engkau telah selesai. </div><div align="justify"><br />30. Makanlah dengan tangan kanan, minumlah dengan tangan kanan, ambillah dengan<br />tangan kanan dan berilah dengan tangan kanan.<br />31. Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapan di hari<br />kiamat. </div><div align="justify"><br />32. Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah dia memakan<br />makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridla dan memilihkan makanan<br />yang halal untuknya).</div><div align="justify"><br />33. Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suap ataupun<br />perantaranya, karena pelakunya terlaknat. </div><div align="justify"><br />34. Janganlah engkau mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah karena Allah akan<br />murka kepadamu. </div><div align="justify"><br />35. Ta’atilah pemerintah dalam semua perintah yang sesuai dengan syari’at dan doakanlah<br />kebaikan untuk mereka. </div><div align="justify"><br />36. Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian.<br />“Barangsiapa yang menyembunyikan persaksiannya maka hatinya berdosa. Dan Allah maha<br />mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 283) </div><div align="justify"><br />37. “Dan ber amar ma’ruf nahi munkarlah serta shabarlah dengan apa yang menimpamu.”<br />(Luqman: 17) Ma’ruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya , dan munkar adalah apa apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya. </div><div align="justify"><br />38. Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan baik yang kecil ataupun yang besar dan<br />janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dan janganlah membantu seorangpun dalam<br />bermaksiat kepada-Nya. </div><div align="justify"><br />39. Janganlah engkau dekati zina. Allah berfirman: “Janganlah kalian mendekati zina.<br />Sesungguhnya zina itu adalah kekejian dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra’:32) </div><div align="justify"><br />40. Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya. </div><div align="justify"><br />41. Wajib bagimua untuk silaturahim dan hati-hatilah dari memutuskan hubungan<br />silaturahim. </div><div align="justify"><br />42. Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila dia<br />menyakitimu maka bersabarlah. </div><div align="justify"><br />43. Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah. </div><div align="justify"><br />44. Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah karena hal itu merupakan tali<br />keimanan yang paling kuat. </div><div align="justify"><br />45. Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah dari<br />bermajelis dengan orang-orang yang jelek. </div><div align="justify"><br />46. Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlah mereka<br />bahagia. </div><div align="justify"><br />47. Berhiaslah dengan kelemahlembutan, sabar dan teliti. Hatilah-hatilah dari sifat keras,<br />kasar dan tergesa-gesa. </div><div align="justify"><br />48. Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengar yang baik. </div><div align="justify"><br />49. Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal. </div><div align="justify"><br />50. Ucapkanlah salam yang disunahkan yaitu "assalamualaikum" dan tidak cukup hanya<br />dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.</div><div align="justify"><br />51. Janganlah mencela seorangpun dan mensifatinya dengan kejelekan. </div><div align="justify"><br />52. Janganlah melaknat seorangpun termasuk hewan dan benda mati. </div><div align="justify"><br />53. Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan oarng lain karena hal itu termasuk<br />dosa yang paling besar. </div><div align="justify"><br />54. Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan di antara<br />manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka. </div><div align="justify"><br />55. Hati-hatilah dari ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang<br />dia benci jika mengetahuinya.</div><div align="justify"><br />56. Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim. </div><div align="justify"><br />57. Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia karena hal itu<br />merupakan amalan yang paling utama. </div><div align="justify"><br />58. Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah. </div><div align="justify"><br />59. Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta karena dusta akan<br />mengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarakan kepada neraka. </div><div align="justify"><br />60. Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok dengan satu wajah dan<br />kepada kelompok lain dengan wajah yang lain. </div><div align="justify"><br />61. Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpah meskipun<br />engkau benar. </div><div align="justify"><br />62. Janganlah menghina orang lain karena tidak ada keutamaan atas seorangpun kecuali<br />dengan taqwa. </div><div align="justify"><br />63. Janganlah mendatang dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan jangan membenarkan<br />(perkataan) mereka. </div><div align="justify"><br />64. Janganlah menggambar gambar manuasia dan binatang. Sesungguhnya manusia yang<br />paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah tukang gambar. </div><div align="justify"><br />65. Janganlah menyimpan gambar makhluk yang bernyawa di rumahmu karena akan<br />menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu. </div><div align="justify"><br />66. Tasymitkanlah orang yang bersin dengan membaca: "yarhamukallah" apabila dia<br />mengucapkan: "alhamdulillah" </div><div align="justify"><br />67. Jauhilah bersiul dan tepuk tangan. </div><div align="justify"><br />68. Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan<br />karena kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan hati-hatilah dari menunda-nunda.</div><div align="justify"><br />69. Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada<br />Allah . </div><div align="justify"><br />70. Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya. </div><div align="justify"><br />71. Bersabarlah dari segala mushibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala<br />kenikamatan yang ada. </div><div align="justify"><br />72. Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau<br />telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarakan ilmu. </div><div align="justify"><br />73. Mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah dari nereka. </div><div align="justify"><br />74. Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah. </div><div align="justify"><br />Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya sampai hari kiamat juga kepada<br />keluarganya dan seluruh shahabatnya. </div><div align="justify"><br />(Diterjemahkan dari buletin berjudul 75 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim<br />Riyadl-KSA oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)</span></div>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-4839311646562807822008-07-16T23:22:00.002+07:002010-09-25T17:44:06.678+07:00Makna TauhidSesungguhnya kaidah Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar; satu-satunya yang diterima dan diridloi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa untuk hamba-hamba Nya, yang merupakan satu-satunya jalan menuju kepada Nya, kunci kebahagiaan dan jalan hidayah, tanda kesuksesan dan pemelihara dari berbagai perselisihan, sumber semua kebaikan dan nikmat, kewajiban pertama bagi seluruh hamba, serta kabar gembira yang dibawa oleh para rasul dan para nabi adalah IBADAH HANYA KEPADA ALLAH Subhaanahu Wa Ta'aalaa SEMATA TIDAK MENYEKUTUKANNYA, bertauhid dalam semua keinginannya terhadap Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, bertauhid dalam urusan penciptaan, perintah-Nya dan seluruh asma (nama-nama) dan sifat-sifat Nya. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:<br /><br />وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ<br />Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An Nahl: 36) <br /><br />baca selanjutnya<br /><span class="fullpost"><br /><br />وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون<br />Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS Al Anbiyaa’ : 25) <br /><br />وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ<br />“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At Taubah: 31) <br /><br />فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ(2)أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ<br />“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS Az Zumar: 2-3) <br /><br />وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ<br />“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”(QS Al Bayyinah: 5) <br /><br /> Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya.” (Majmu’ Fatawa 15/25) <br /><br /> Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil. <br /><br /> Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid’ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayyaan, hal 4) <br /><br /> Setiap dakwah Islam yang baru muncul tidak dibangun di atas tauhid yang murni kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan tidak menempuh jalan yang telah dilalui oleh para salaful ummah yang shalih, maka akan tersesat hina dan gagal, meski dikira berhasil, tidak sabar ketika berhadapan dengan musuh, tidak kokoh dalam al haqq dan tidak kuat berhadapan (dengan berbagai rintangan). <br /><br /> Kita saksikan banyak contoh-contoh dakwah yang dicatat dalam sejarah berbicara kenyataan yang menyedihkan ini dan akhir yang buruk. Dakwah-dakwah yang berlangsung bertahun-tahun, yang telah mengorbankan nyawa dan harta kemudian berakhir dengan kebinasaan. <br /><br /> Namun seorang mu’min yang yakin dengan janji Allah yang pasti benar, tidak akan putus asa dan menjadi kendor, tidak akan gentar menghadapi berbagai cobaan dan tidak akan menerima jika sekian banyak percobaan-percobaan itu berlangsung silih berganti tanpa ada manfaat yang diambil atau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. (Sebagaimana hadits dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (no 6133) dan Imam Muslim (no 2998) serta Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/379) <br /><br /> Sudah ada teladan dan contoh yang paling bagus pada diri Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: <br /><br />لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم<br />Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat. (QS Al Ahzaab: 21) <br /><br /> Inilah manhaj pertama dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah kepada tauhid, memulai dengan tauhid dan mendahulukan tauhid dan semua urusan yang dianggap penting. (Diringkas dari Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayyaan, hal 2-6) <br /><br />فضل التوحيد<br />(KEUTAMAAN TAUHID) <br /><br /> Berbicara tentang keutamaan tauhid sebenarnya terkandung unsur kewajiban untuk bertauhid. Sebab “tidak berarti bahwa adanya keutamaan pada sesuatu berarti bahwa sesuatu itu tidak wajib, karena keutamaan merupakan hasil atau buah yang ditimbulkan. Seperti sholat jama’ah yang telah jelas keutamaannya dalam hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam: <br /><br />صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة <br />“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendiri, dua puluh tujuh derajat.” (HR Imam Bukhari [Kitab Adzan, bab Keutamaan Shalat Jama’ah] dan Imam Muslim (Kitab Al Masajid [masjid-masjid], Bab Keutamaan Shalat Jam’ah) Keutamaan yang ada pada shalat jama’ah ini tidak berarti bahwa shalat jama’ah ini tidak wajib. <br /><br /> Jadi tidak selalu berarti bahwa ketika kita berbicara tentang keutamaan tauhid berarti tauhid itu tidak wajib, sebab tauhid adalah kewajiban yang paling pertama. Tidak mungkin suatu amal akan diterima tanpa tauhid. Tidak mungkin seorang hamba bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tanpa tauhid. Sekaligus bahwa tauhid juga memiliki keutamaan. <br /><br /> Faidah tauhid sangat banyak, diantaranya: <br /><br />1. Tauhid adalah penopang utama yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa; sebab orang yang bertauhid akan beramal untuk dan karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik ketika ia sendiri maupun ketika bersama orang banyak. Sedangkan orang yang tidak bertauhid, misalnya seperti orang yang riya`, ia hanya akan bersedekah, shalat dan berdzikir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa kalau ada orang yang melihatnya. Oleh karena itu sebagian ulama salaf mengatakan: Sesungguhnya saya sangat ingin bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan melakukan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. <br /><br />2. Orang-orang yang bertauhid akan mendapatkan ketenangan dan petunjuk, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa: <br /><br />الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون<br />Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82) <br /><br />Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Nya semata yang tidak ada sekutu bagi Nya, dan mereka tidak menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sedikitpun dalam berbagai hal. Mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan pada hari Qiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.” <br /><br />Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –hafizhalullah- mengatakan: Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (Wahum Muhtaduun; dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah) maksudnya di dunia, (mendapatkan hidayah) menuju syari’at Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan ilmu dan amal. Mendapat hidayah dengan ilmu adalah hidayah irsyaad, sedangkan mendapat hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq. Mereka juga mendapatkan hidayah di akhirat menuju surga. Hidayah di akhirat ini, untuk orang-orang yang zhalim (mereka mendapatkan hidayah) jalan menuju neraka jahim, sebaliknya untuk orang-orang yang tidak zhalim mendapat hidayah jalan menuju surga (yang penuh kenikmatan). Banyak diantara ulama tafsir yang mengatakan tentang firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ) mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rasa aman: Rasa aman itu di akhirat sedangkan hidayah itu di dunia. Pendapat yang lebih tepat bahwa rasa aman dan hidayah itu bersifat umum, baik di dunia maupun di akhirat.” <br /><br />Ketika ayat ini turun dirasakan berat oleh para sahabat -radliyallaahu 'anhum-. Mereka mengatakan: “Siapakah diantara kita yang tidak menzholimi dirinya sendiri ?” Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskan: “Maksud ayat tersebut bukan seperti yang kalian kira, yang dimaksud zholim dalam ayat tersebut adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan lelaki yang sholeh, Luqman: <br /><br />إن الشرك لظلم عظيم <br />“Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS Luqman: 13) <br /><br />Ada beberapa jenis zholim: <br /><br />1) Zholim yang paling besar yaitu syirik dalam hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. <br /><br />2) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, dengan tidak memberikan haknya, seperti orang yang berpuasa dan tidak berbuka, orang yang shalat malam terus dan tidak tidur. <br /><br />3) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, misalnya memukul, membunuh, mengambil harta dan lain-lain. <br /><br />Jika tidak ada kezholiman maka akan terwujud keamanan. Namun apakah keamanan yang smepurna ? <br /><br />Jawabannya: jika imannya sempurna dan tidak dicampuri ma’shiyat maka akan terwujud rasa aman yang mutlak (sempurna), jika iamnnya tidak sempurna maka yang akan terwujud adalah rasa aman yang kurang juga. <br /><br />Contohnya: Orang yang melakukan dosa besar. Ia akan aman dari ancaman tinggal kekal di neraka, tetapi tidak aman dari adzab yang akan menimpa dirinya, tergantung kehendak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (apakah diampuni atau di adzab?). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: <br /><br />إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء <br /><br />Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS An Nisaa` ayat 116) <br /><br />Ayat ini (QS Luqman ayat 13) Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa nyatakan sebagai pemutus antara Nabi Ibrahim 'alaihis salaam dengan kaumnya ketika beliau mengatakan kepada mereka: <br /><br />وكيف أخاف ما أشركتم ولا تخافون أنكم أشركتم بالله ما لم ينزل به عليكم سلطانا فأي الفريقين أحق بالأمن إن كنتم تعلمون <br /><br />Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (QS Al An’am: 81) <br /><br />Kemudian Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: <br /><br />الَّذِينَ ءامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ <br />Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82) <br /><br />الشرك<br />SYIRIK <br /> Pembatal ke-Islaman seseorang yang paling besar adalah syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Oleh karena itu kita temukan dalam al Qur`an Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa mengingatkan kita (agar menjauhkan) syirik, orang-orang yang melakukan syirik dan akibat yang akan mereka rasakan, dalam banyak ayat. Lafadz syirik dan bentukannya disebutkan berulang-ulang dalam al Qur`an lebih dari 160 kali. Demikian juga dalam sunnah, kita temukan sangat banyak hadits-hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan bahayanya. <br /><br /> <br /><br />PENGERTIAN SYIRIK <br /><br />Menurut bahasa: Syirik adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi antara dua orang atau lebih. <br /><br />Menurut istilah syar’i: Syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa maksudnya menjadikan sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik dalam rububiyahnya ataupun uluhiyahnya, tetapi istilah syirik lebih sering digunakan untuk syirik dalam uluhiyahnya. <br /><br />Atau: menyamakan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam hal-hal yang menjadi hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. <br /><br /> <br /><br />HUKUM SYIRIK <br /><br /> Syirik adalah larangan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang paling besar. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat An Nisaa` ayat 36: <br /><br />وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا<br />“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” <br /><br />Syirik juga merupakan perbuatan haram yang pertama (harus ditinggalkan). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Al An’aam ayat 151: <br /><br />قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ<br /><br />“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).” <br /><br /> <br /><br />PENGGUNAKAN KATA SYIRIK <br /><br /> Jika anda mendapat istilah syirik dalam buku aqidah maka maksudnya bisa berarti syirik akbar atau syirik ashghar. Maka anda jangan menghina orang-orang yang mendakwahkan tauhid bahwa mereka selalu menghukumi segala sesuatu dengan syirik. Fahamilah setiap ungkapan pada tempatnya yang tepat. <br /><br /> Oleh karena itu anda perlu mengetahui bahwa syirik dalam pengertian syar’I digunakan untuk tiga makna: <br /><br />1. Meyakini ada sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam kekuasaan, rububiyah, mencipta, memberi rizqi dan mengatur alam. Siapa yang meyakini bahwa ada orang yang mengatur alam ini dan mengatur seluruh urusannya, maka ia telah menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam rububiyah dan telah kafir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Dalil-dalil (argumen-argumen) yang menunjukkan bathilnya keyakinan akan adanya dzat lain selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang memiliki hak rububiyah sangat banyak dan begitu jelas, baik dalil yang bisa kita saksikan dari alam ini maupun dalil sam’i (al Qur`an dan as Sunnah). Diantaranya firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam surat Saba` ayat 22: <br /><br />قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي الأَْرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ<br /><br />Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”. <br /><br />Syirik jenis ini tidak terjadi pada semua orang kafir di zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebagian mereka meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa adalah pencipta dan pengatur alam. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman: <br /><br />وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَْرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ<br />Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS Al Ankabut: 61) <br /><br />وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأَْرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ<br /><br />“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).” (QS Al Ankabut: 63) <br /><br />2. Meyakini adanya dzat selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang bisa memberikan manfaat atau madlarat, dzat ini merupakan perantara antara Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan makhluq, maka sebagian jenis ibadah ditujukan padanya. Inilah yang dinamakan syirik dalam uluhiyyah. Syirik inilah yang banyak dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Mereka mengatakan tentang sembahan mereka <br /><br />مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى<br />(mereka berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS Az Zumar: 3) <br /><br />Inilah keyakinan yang tersebar di kalangan mereka, sebagaimana friman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam surat Ghafir ayat 12: <br /><br />ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ<br />“Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan, maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” <br /><br />Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menceritakan keadaan mereka dalam surat Shaad: 4-5 <br /><br />وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ () أَجَعَلَ الآْلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ<br /><br />Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. <br /><br />Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menceritakan bahwa tauhid kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan meninggalkan syirik adalah sebab diutusnya para rasul. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Ar Ra`d ayat 36: <br /><br />قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ<br />“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”. <br /><br />Syirik akan merusak dan menghapus semua amal dan hal ini berlaku pada seluruh umat. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Az Zumar ayat 65: <br /><br />وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ <br />“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” <br /><br />Oleh karena itu Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa memerintahkan (hamba-hamba Nya) untuk beribadah kepada Nya dan melarang menyekutukan (syirik kepada) Nya dalam banyak ayat: <br /><br />وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا<br />“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS An Nisaa` ayat 36) <br /><br />وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ<br />Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, (QS An Nahl ayat 36) <br /><br />أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي ءَادَمَ أَنْ لاَ تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ () وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ <br /><br />“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (QS Yasiin ayat 60-61) <br /><br />3. Mempertimbangkan (dapat perhatian, pujian dan lain-lain) dari selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun mempertimbangkan perhatian atau pujian dalam perbuatan seperti riya yang dilakukan oleh orang yang rajin ibadah, misalnya ketika shalat, ia panjangkan berdiri, ruku’ dan sujudnya kemudian ia tampakkan kekhusyu’annya di hadapan orang banyak, ketika ia puasa, ia tampakkan bahwa dirinya sedang puasa, misalnya dengan mengatakan: “Apa anda tidak tahu bahwa hari ini Senin (atau Kamis) ?” “Apa anda tidak puasa ?” Atau ia katakan: “Hari ini saya undang anda untuk berbuka puasa bersama ?” Demikian pula haji dan jihad. Ia pergi haji dan jihad tetapi tujuannya riya`. <br /><br />Riyanya orang-orang yang cinta dunia seperti orang yang angkuh dan sombong ketika berjalan, memalingkan mukanya atau menggerakkan kendaraannya dengan gerakan khusus.<br /><br />Riya` dengan teman atau orang yang berkunjung ke rumahnya, seperti orang yang memaksakan diri meminta seorang ‘alim atau seorang yang dikenal ahli ibadah untuk datang ke rumahnya agar dikatakan bahwa fulan telah mengunjungi rumahnya, atau sebaliknya ia kunjungi mereka (orang-orang ‘alim dan ahli ibadah) agar dikatakan bahwa kami telah mengunjungi fulan atau kami telah bertemu dengan ‘alim fulan dan yang lainnya. <br /><br />Sedang riya dengan perkata yang dilakukan oleh orang-orang ahli agama seperti orang yang memberikan nasehat di majlis-majlis, kemudian ia menghafal hadits-hadits dan atsar-atsar khusus untuk acara-acara tertentu agar bisa berbicara dan debat dengan orang-orang, sehingga tampak di hadapan mereka bahwa ia memiliki pengetahuan tentang hal-hal tersebut, tampak di hadapan mereka bahwa ia memiliki ilmu yang kuat dan perhatian yang besar terhadap keadaan ulama-ulama salaf, tetapi ketika kita lihat di rumahnya bersama keluarganya, ia adalah orang jauh dari keadaan tersebut. Contoh lain adalah menggerak-gerakkan kedua bibir untuk berdzikir di hadapan orang banyak dan menampakkan kemarahan terhadap kemunkaran di hadapan orang, tetapi ketika ia berada di rumah ia tidak mengingkari atau lalai melakukan hal tersebut. <br /><br />Semua perbuatan ini mengurangi kesempurnaan tauhid dan ikhlas. <br /><br />Sangat banyak dalil-dalil yang menunjukkan tercelanya perbuatan ini, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa’id al Khudri, ia berkata: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: <br /><br />ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال ؟ قال: قلنا: بلى, قال: الشرك الخفي أن يقوم الرجل يصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل.<br /><br />“Maukah kalian saya beritahu tentang perbuatan yang bagi saya itu lebih saya takuti daripada Al Masih Ad Dajjal? Kami katakan: Ya,” Ia berkata: “Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Syirik khafiyy (yang tersembunyi) yaitu seseorang mengerjakan shalat kemudian ia perbaiki shalatnya karena ia mengetahui ada orang yang melihatnya.” (Menurut Syaikh Al Albani rahimahullah hadits ini hasan. Shahih Sunan Ibni Majah 2/310 hadits no 3389). <br /><br />Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda: <br /><br />من سمع سمع الله به ومن راءى راءى الله به<br /> “Siapa yang memperdengarkan amalnya maka Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa akan memperdengarkan (aibnya) dan siapa yang riya` maka Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa akan akan menampakkan (aibnya pada hari Qiamat.” <br /><br /> <br /><br />MACAM-MACAM SYIRIK <br /><br />Para ulama berbeda pendapat dalam mengungkapkan pembagian syirik meski intinya tidak terlepas dari tiga penggunaan kata syirik yang telah dibahas di atas. Namun pembagian yang merangkum semuanya bisa kita katakan bahwa syirik terbagi menjadi dua: <br /><br />1. Syirik Akbar. <br /><br />Syirik ini terbagi menjadi dua: <br /><br />1) Syirik yang berkaitan dengan dzat Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa atau syirik dalam rububiyah Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Syirik ini terbagi lagi menjadi dua: <br /><br />(1) Syirik dalam ta’thil, seperti syirik yang dilakukan oleh Fir’aun dan orang-orang atheis.<br /><br />(2) Syirik yang dilakukan oleh orang yang menjadikan sembahan lain selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tetapi tidak menafikan asma (nama-nama), sifat-sifat dan rububiyah Nya, seperti syirik yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani yang menjadikan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai salah satu dari tiga Tuhan (trinitas). <br /><br />2) Syirik yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa atau syirik dalam uluhiyyah. Syirik ini ada empat jenis: <br /><br />(1) Syirik dalam berdo’a; yaitu berdo’a kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.<br /><br />(2) Syirik dalam niat, keinginan dan kehendak. Beramal karena ditujukan kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menyebabkan pahalanya hilang. <br /><br />(3) Syirik dalam keta’atan; yaitu seorang hamba taat kepada makhluk dalam perbuatan ma’shiyat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. <br /><br />(4) Syirik dalam mahabbah; yaitu seorang hamba mencintai makhluk seperti cintanya kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. <br /><br />2. Syirik Ashghar. <br /><br />Syirik Ashghar terbagi menjadi dua: <br /><br />1) Yang Zhahir (tampak); <br /><br />- mengerjakan amal dengan riya`. Melakukan perbuatan untuk selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang zhahir (tampak)nya untuk Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, tetapi dalam hatinya tidak ikhlas karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.<br /><br />- dengan ucapan, seperti bersumpah dengan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, perkataan: Ma Syaa Allah wa Syi`ta. <br /><br />2) Yang Khafiyy (samar); <br /><br />Yaitu sesuatu yang kadang-kadang, terjadi dalam perkataan atau perbuatan manusia tanpa ia sadari bahwa itu adalah syirik. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas -radliyallaahu 'anhuma- bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:<br /><br />الشرك فى أمتي أخفى من دبيب النمل على الصفا<br />“Syirik bagi umatku lebih halus (samar) dari pada barjalannya semut di atas batu yang licin (hitam).” (Hadits ini dishahihkan oleh Syekh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, hadits no 3730 dan 3731) <br /><br />Karena begitu halusnya syirik ini sehingga para sahabat bertanya pada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bagaimana caranya terhindar dari syirik ini? Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah (Bacalah) oleh kalian semua <br /><br />اللهم إنا نعوذبك من أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه<br /><br />“Ya Allah, kami berlindung kepada Mu dari perbuatan (kami) menyekutukan Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.” (HR Imam Ahmad 4/403 dan Ath Thabrani dalam Mu’jam Kabir dan Ausathnya sebagaimana dikatakan oleh Al Haitsami 10/223-224. Al Haitsami mengatakan: Rawi-rawinya Imam Ahmad adalah rawi-rawi shahih selain Abu Ali dan ia dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban). <br /><br />(Disarikan dari buku Syarh Nawaqidhit tauhiid, tulisan Syekh Abu Usamah Hasan bin Ali Al ‘Awaji, Maktabatul Liinah, cet pertama, 1993-1413) <br /><br />penulis :Ridwan Hamidi, Lc<br /></span><br />sumber : http://www.van.9f.com/tauhid.htmSyahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-50647156372476563672008-04-28T21:35:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.678+07:007 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari akhiratAbu Hurairah ra telah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda:<br />” Terdapat 7 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari yang tiada lindungan melainkan lindungan daripadaNya. Pemimpin yand adil; pemuda yang masanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah SWT; seseorang yang hatinya terpaut pada masjid; 2 lelaki yang berkasih sayang dan bertemu dan berpisah kerana Allah SWT; lelaki yang digoda oleh perempuan cantik dan berpengaruh untuk melakukan maksiat tetapi dia menolak dengan mengatakan Aku Takutkan Allah; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehinggakan tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingati Allah ketika bersendirian sehinggakan mengalir air matanya kerana Allah SWT.” Riwayat Muslim<br /><br /><br /><span class="fullpost">1. Pemimpin (imam) yang adil. <br />Setiap yang dipertanggungjawabkan akan dipersoalkan kembali kelak. Maka bergembiralah kepada mana-mana peminpin yang dapaat berlaku adil. Pemimpin di sini termasuklah seorang suami yang memimpin isteri dan anak-anak. Seorang isteri yang memimpin anak-anaknya dan sebagainya.<br /><br />2. Pemuda yang membesar dalam ibadah kepada Allah. <br /><br />Naungan Ilahi ini juga dijanjikan kepada lelaki dan perempuan yang sentiasa hidup dalam ibadah kepada Allah. Sentiasa menyedari bahawa Allah melihat segala perbuatannya. Di mana segalanya di bawah kawalan dan naungan Ilahi.<br /><br />3. Lelaki yang hatinya sentiasa rindukan (teringat-ingatkan) rumah Allah. <br /><br />Begitu jua bagi lelaki yang hatinya sentiasa rindukan rumah Allah. Tertunggu-tunggu setiap masa untuk beribadah di dalamnya. Baik untuk sembahyang wajib<br /><br />lima waktu setiap hari dan untuk ibadah lain. <br />4. Dua orang lelaki yang cinta mencintai kerana Allah bertemu dan berpisah kerana ALLAH. <br /><br />Dalam satu hadis Rasulullah bersabda: “Allah telah mengutuskan malaikat kepada seorang lelaki semasa dalam perjalanan untuk menziarahi saudaranya kerana Allah”. Lalu malaikat bertanya: “Nak kemana?” Dijawab: “Aku mahu menziarah saudara ku… … ..” Tanya malaikat lagi: Untuk apa?” lelaki itu menjawab: Tiada apa-apa tujuan.” Ditanya lagi: “Apa hubungan dengan kamu?” Lalu dijawab oleh lelaki itu:” Tiada apa-apa hubungan.” Ditanya lagi: ” Apa budinya kepada kamu?” Dijawab:”Tiada apa-apa pun.” Ditanya lagi:” Apa tujuannya?” Lelaki itu menjawab:<br />” Aku mencintainya kerana Allah.” Berkata malaikat: sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada mu untuk memberitahu bahawa kerana kecintaanmu kepadanya maka ALLAH telah mengizinkan kamu memasuki syurgaNYA.” (Riwayat Muslim)<br /><br />Perasaan sayang dan kasih terhadap orang lain bukan kerana ada tujuan lain. Bukan untuk memikat anak gadisnya atau hartanya, sebaliknya hanya mengharap keredhaan Ilahi. Hanya kerana Allah hubungan ini dieratkan.<br /><br />5. Lelaki apabila mengingati ALLAH bersendirian menitis airmatanya.<br /><br />Hadirnya perasaan takut kepada ALLAH walaupun bersendirian sehingga menitis airmatanya. Ianya bukan saja-saja tetapi hadir dari hati yang menginsafi kebesaran ALLAH. <br />6. Seorang lelaki yang dirangsang oleh seorang perempuan berdarjat lagi cantik untuk berzina, lalu ia berkata: “Tidak! Aku takutkan ALLAH” (inni akhofullah)<br /><br />Sesiapa yang takut untuk berbuat kesalahan, takut kepada ALLAH dan azab api neraka akan sentiasa mendapat perlindungan dari-NYA.<br /><br />7. Lelaki yang bersedekah dan tidak pula dimegah-megahkannya.<br /><br />Pemberian yang mengharapkan balasan dari Ilahi tidak akan diperbesar-besarkan. sebaliknya akan dilakukan secara tersembunyi. Sehingga digambarkan seolah-olah tangan yang kiri tidak mengetahuinya apa yang disedekahkan oleh tangan kanan. Lupakan kebaikan dan pemberian kita, sebaliknya banyak mengingatkan kesilapan dan kesalah diri kita terhadap ALLAH dan orang lain. <br />Rebutlah peluang ini, jadilah orang yang beruntung di akhirat. Tiada yang mustahil untuk kita lakukan. Jadilah hambaNYa yang ikhlas dan redha atas segala yang berlaku. Semoga kita semua tergolong dalam golongan orang yang mendapat perlindunganNYA selalu. <br /><br />sumber : <br />http://www.dakwah.info/index.php/Kajian-Hadith/7-golongan-yang-akan-mendapat-lindungan-arasyNya-pada-hari-akhirat.html<br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-65158696711414585722008-04-15T21:46:00.002+07:002010-09-25T17:44:06.678+07:00Memilih pemimpin menurut Islam1.Beraqidah yang bersih dari syirik, khurafat, tahayyul serta percaya atau menggantungkan diri kepada jin, syetan dan dukun. Juga penganun mazhab ahli sunnah wal jamaah yang tekun dengan manhaj salafus shalih.<br /><br />2.Minimal dia seorang muslim yang baik, tidak pernah tinggal shalat wajib 5 waktu, tidak pernah tinggalkan puasa Ramadhan, tidak pernah lupa atau pura-pura lupa bayar zakat dan pernah pergi haji bila mampu. <br /><br />3.Fasih membaca Al-Quran Al-Karim dan tahu bahwa Al-Quran Al-Karim adalah sumber dari segala sumber hukum. Sehingga tidak ada hukum baginya kecuali yang berdasarkan Al-Quran Al-Karim. Maka setiap masalah selalu dirujuknya kepada kitab dari Allah SWT ini. <br />Kalau pemimpin negara ini baca Al-Quran Al-Karim saja tidak becus, maka kita harus sadar bahwa kiamat sudah dekat. Jadi bukan sekedar senyum-senyum membuka MTQ. <br /><br /><br />4.Tahu batas halal dan haram yang bentuknya adalah penerapan dalam diri, keluarga dan lingkungannya. Sehingga degnan mudah dia bisa membedakan mana praktek haram dan mana halal. <br /><span class="fullpost">Untuk itu dia harus dekat dengan para ulama bukan untuk meminjam lidah mereka demi kepentingan pribadinya, melainkan untuk duduk bersimpuh mengaji dan belajar syariat Islam secara seksama.<br /><br /><br />5.Tidak pernah mencuri, berzina, minum khamar, berjudi, menipu rakyat, makan uang negara, manipulasi, korupsi, kolusi dan tidak makan uang riba. Karena itu dia tidak punya account di bank ribawi.<br /><br />6.Menegakkan selalu amar makruh dan nahi mungkar dalam setiap kesempatan. Sebab sebagai penguasa, di tangannya ada kekuatan. Bila tidak dimanfaatkannya untuk amar makruf nahi mungkar, maka dia harus bertanggung-jawab di akhirat. <br /><br />7.Siap menerima teguran kapan dan dimana saja, tidak pura-pura pergi dinas atau malah shopping keluar negeri bila ada masalah yang menuntut penangan yang cepat. Juga tidak mengorbankan anak buah bila menghadapi masalah, tetapi secara jantan berani menyatakan mundur sebab itu menunjukkan bahwa dirinya masih punya urat malu. Tidak seperti gaya para pemimpin yang ada di sekeliling kita sekarang ini.<br /><br />8.Tidak menggunakan fasilitas negara untuk masalah yang bersifat pribadi atau pun kepentingan di luar negara secara langsung. Sebab semua fasilitas negara itu adalah amanat yang harus dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti. <br /><br />9.Tidak akan makan atau mengisi perutnya sebelum yakin bahwa semua rakyatnya sudah makan. Tidak pernah berani tidur malam hari sebelum yakin rakyatnya tentram dan sejahtera. Dan tidak enak-enakan berpesta sebelum anak yatim terjamin masa depannya atau pun fakir miskin punya sumber rezeki yang jelas.<br /><br />10.Cinta kepada ilmu pengetahuan dan menggratiskan semua bentuk sekolah dan fasilitas pendidikan. Tidak ada istilah sekolah atau kuliah itu bayar, yang ada justru para siswa dan mahasiswa itu dibayar oleh negara. <br /><br />11.Tidak menjual aset negara ini kepada pihak asing, sebab negeri ini sudah demikian kaya dan sebenarnya berlimpah dengan uang. Semua demi kepentingan anak bangsanya, bukan demi kepentingan penguasanya.<br /><br />12.Bersikap adil kepada semua pemeluk agama dan memberikan jaminan dan hak-hak mereka untuk bisa hidup dengan damai di bawah jaminan dirinya. Tetapi bersikap tegas bila terjadi kecurangan dan pelanggaran antara sesama pemeluk agama. <br /><br />13.Tidak turun dari jabatannya sebelum menghukum semua koruptor baik di masa lalu maupun di masa jabatannya. Sebab membiarkan koruptor berkeliaran sama saja memberikan izin syetan untuk berpesta. Dan sama saja dengan kita tidak punya negara.<br /><br />14.Tidak memberikan ruang gerak sedikitpun kepada para penjahat, maling, rampok untuk bisa melakukan aksinya kembali sebelum dipotong tangannya sesuai dengan syariat Islam. Demikian juga dengan para pezina, peminum khamar dan pembunuh. Meski yang melakukannya adalah anak kandungnya sendiri. <br /><br />15.Memanfaatkan jabatannya ini untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk cari kekayaan baik buat diri, keluarga atau kroni. <br /><br />16.Bercita-cita untuk bisa mati dalam keadaan syahid. Karena itu satu-satunya <br />pilihan<br /><br /><a href="http://www.syariahonline.com/new_index.php/id/7/cn/6471">sumber</a><br /><br /><br />terkait : <a href="http://ichwah.multiply.com/journal/item/12">Memilih Pemimpin Gaya Rasulullah</a><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-45013014428495241972008-04-09T16:08:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.678+07:00Harta dalam IslamDalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan, keahlian, dan lain sebagainya, semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?<br /><br />Memang, berbagai perangkat keduniaan semisal surat-surat resmi bisa menjadi bukti bahwa keluarga, pekerjaan, tanah, dan sebagainya itu adalah milik kita, namun status kepemilikan kita adalah pemilik nisbi. Pemilik mutlak dari segala sesuatu hanyalah Allah SWT. Bahkan, diri kita yang lemah ini pun adalah milikNya.<br /><span class="fullpost"> Hal ini sering dilupakan oleh kita. Kita sering lupa bahwa kita bukanlah pemilik mutlak, sampai-sampai kita bersikap seolah-olah kitalah pemilik sepenuhnya segala hal yang kita anggap milik kita. Sehingga, kita memperlakukannya sesuai dengan selera dan nafsu duniawi kita, bukan disesuaikan dengan keinginan sang pemilik mutlak, yaitu Allah SWT.<br /><br />Hal itu juga terjadi pada harta. Kita sering lupa bahwa ia hanyalah titipan dari Allah SWT. Di balik itu sebenarnya ada tanggung jawab, ada amanah, bahkan ada sebagian darinya milik orang lain yang harus kita salurkan kembali.<br /><br />Kala pertama kali menyebarkan Islam di Makkah, salah satu misi Nabi Muhammad SAW adalah memberantas sikap ketergantungan kepada materi yang menjangkiti masyarakat Arab pada waktu itu. Mereka begitu terlena dalam pusaran materialisme hingga sikap dan pandangan hidup mereka senantiasa diwarnai cara pandang materialistis.<br /><br />Itu menjadi salah satu sebab mengapa dakwah Rasulullah SAW tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Mereka tidak peduli kepada dakwah Rasulullah SAW bukan karena apa yang beliau sampaikan tidak masuk akal atau karena Rasulullah SAW adalah orang yang tidak bisa dipercaya, tetapi karena Rasulullah SAW bukan dari golongan kaya, dimana kala itu Klan Hasyim, keluarga Rasulullah, sedang menurun pamornya. Kaum kafir Makkah hanya ingin mendengarkan kata-kata dari mereka yang berharta. Jadi, begitu kuat pesona harta benda hingga ia mampu menutup cahaya Ilahi (hidayah).<br /><br />Oleh karenanya, ada beberapa hal yang mesti dicamkan oleh umat Islam dalam menyikapi harta benda, yaitu :<br /><br />Pertama, harta adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari Allah SWT untuk memikul tanggung jawab amanah harta benda. Karenanya, ia harus disyukuri, sebab jika mampu memikulnya, pahala yang amat besar menanti.<br /><br />Kedua, harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabk an. Setiap kondisi, entah baik atau pun buruk, yang kita alami sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT, dan mesti kita hadapi secara baik sesuai dengan keinginan yang memberi amanah. Harta benda yang dititipkan kepada kita juga demikian. Di balik harta melimpah, ada tanggung jawab dan amanah yang mesti ditunaikan. Harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor, karena telah bercampur bagian halal yang merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum fakir, miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya. Firman Allah SWT dalam surah at-Taubah (9) ayat 103, "ÙAmbillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."<br /><br />Ketiga, harta adalah ujian. Yang jadi ujian bukan hanya kemiskinan, tetapi kekayaan juga merupakan ujian. Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi persoalannya adalah bagaimana menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia, yang tujuannya dibalik itu cuma satu, yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya. Bagi yang berharta, tentunya, ada kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu.<br /><br />Keempat, harta adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai. Allah SWT menciptakan bagi manusia banyak hiasan hidup. Keluarga, anak, dan harta benda adalah hiasan hidup. Dengannya, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa pesona keindahan hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan membuat manusia lupa kepadaNya, serta lupa kepada tujuan awal penciptaan hiasan itu. Semua itu sebenarnya merupakan titipan dan ujian. Allah SWT berfirman di dalam surah At-Taghabun (64) ayat 15, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allah-lah pahala yang besar."<br /><br />Kelima, harta adalah bekal beribadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, segenap perangkat duniawi, baik yang materil maupun yang non materil, tercipta sebagai sarana yang bisa digunakan manusia untuk beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana ibadah. Ia bukan hanya menjadi ibadah kala dinafkahkan di jalan Allah, ia bahkan sudah bernilai ibadah kala manusia dengan ikhlas mencari nafkah untuk keluarganya dan selebihnya untuk kemaslahatan umat. Jika harta dipergunakan sebaik-baiknya, pahala yang amat besar menanti. Namun jika tidak, siksa Allah amatlah pedih.<br /><br />Di atas terlihat bahwa Islam begitu menekankan harta benda sebagai kepemilikan yang tidak terpusat pada satu atau segolongan orang. Namun, itu tidak bisa dipahami bahwa Islam mengabaikan sama sekali hak individu untuk menikmati harta yang telah diusahakannya dengan susah payah. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, surah Al-Isra (17) ayat 29, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal."<br /><br />Demikianlah, semoga kita tergolong orang-orang yang pandai menyikapi harta benda sesuai dengan ketentuanNya. Aamiin. [Swadaya-032008]<br /><br />URL : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=508</span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-77629932764424952002008-03-23T20:11:00.001+07:002010-09-25T17:44:06.678+07:00Hati MuliaIsteri Umar bin Abdul Aziz, Fatimah binti Abdul Malik, sangat terkejut menyaksikan perubahan suaminya yang serta-merta. Sebelum menjadi Khalifah, beliau hidup biasa saja dengan jabatan-jabatan penting yang disandangnya. Setelah menjadi Khalifah, bukan saja tidak mau tinggal di istana kerajaan, bahkan beliau tidak mengambil gaji dari jabatannya itu. Beliau menyambung hidup hanya dari hasil sepetak tanah yang dibelinya dengan uang sendiri.<br /><br />Sebagai anak bekas kepala Negara, Fatimah banyak mempunyai barang-barang emas dan perhiasan yang mahal-mahal. Oleh Umar, semua barang-barang itu disuruhnya agar dikembalikan ke Baitul Mal.<br /><br /><span class="fullpost">"Engkaukan tahu, wahai Fatimah," kata Umar, "Emas permata yang engkau miliki ini diambil oleh bapakmu dari harta kaum muslimin dan diberikannya kepada engkau. Aku tidak suka permata-permata itu berada di rumahku, bersamaku. Maka engkau boleh memilih, apakah engkau akan mengembalikannya ke Baitul Mal atau izinkan aku menceraikan engkau."<br /><br />"Demi Allah, aku memilih engkau daripada barang-barang ini walaupun harganya berganda-ganda, " jawab Fatimah. Lalu dikembalikannya semua barang-barang emas dan perhiasannya ke Baitul Mal dengan tenang.<br /><br />"Apakah yang menyebabkan engkau berbuat seperti ini?" tanya Fatimah suatu hari.<br /><br />"Aku mempunyai nafsu yang senantiasa ingin kelebihan. Sebelum aku menjadi gubernur, aku ingin menjadi gubernur, lalu tercapai. Setelah menjadi gubernur, aku diangkat menjadi wazir. Setelah menjadi wazir, aku diangkat menjadi Khalifah. Setelah diangkat menjadi khalifah, aku ingin yang lebih tinggi lagi," kata Umar bin Abdul Aziz.<br /><br />"Apalagi yang engkau inginkan?" tanya Fatimah keheranan, karena tidak ada jabatan yang lebih tinggi lagi selain menjadi pemimpin Negara.<br /><br />"Aku ingin syurga," jawab Umar. Fatimah menangis tatkala mendengar cita-cita suaminya yang mulia itu.<br /><br />Ketika Umar bin Abdul Aziz wafat, saudara lelaki Fatimah, Yazid, diangkat menjadi Khalifah. Lalu Yazid ingin memulangkan barang emas Fatimah yang diserahkan ke Baitul Mal dulu. Akan tetapi dengan tegas Fatimah berkata, "Tidak, demi Allah, selama ini aku selalu mentaatinya ketika beliau masih hidup dan tidak akan mendurhakainya setelah beliau wafat. Aku tidak memerlukan perhiasan itu."<br /><br />Sungguh mulia sikap Fatimah dan suaminya itu. Tapi di negeri kita, saat ini, adakah para pejabat dan keluarganya yang memiliki sikap seperti Umar bin Abdul Aziz dan Fatimah binti Abdul Malik? Wallahu a'lam<br /><br />penulis :R. Khathir<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-14160047809914554952008-03-20T20:43:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.679+07:00Dakwah Via SMS GratisUntuk 6000 Pengguna HP (Handphone)<br />Diantara sarana Dakwah yang strategis, praktis dan efisien sejalan<br /> dengan perkembangan iptek dan sarana informasi adalah program Layanan SMS<br /> (Short Message Service). <br /><br /><span class="fullpost">Untuk itu, kami insya Allah berniat meluncurkan program Dakwah Via SMS<br /> Gratis, yang berisi pesan-pesan dakwah, taushiyah dan mutiara hikmah<br /> dan akan kami kirimkan secara periodik kepada 6000 pengguna HP<br /> (Handphone).<br /><br /> <br /><br />Bagi Saudara/Saudari yang mempunyai rekanan, saudara, colega dan kawan<br /> yang memehuhi kriteria di bawah, mohon kiranya agar berkenan<br /> mengirimkan no hp dan nama mereka kepada kami ke email : dakwah@alsofwah.or.id<br /> atau info@alsofwah.or.id <br /><br /> <br /><br />Ketentuan peserta : <br /><br />Program ini terbuka untuk kaum Muslimin dengan kriteria : <br /><br /> 1.. Memiliki semangat untuk memahami ilmu Syar'i. <br /> 2.. Mempunyai kepedulian dan perhatian pada perkembangan dan kemajuan<br /> dakwah. <br /> 3.. Belum mengetahui www.alsofwah.or.id (diutamakan).<br />Semoga program ini berjalan sesuai dengan rencana dan bermanfaat bagi<br /> kaum muslimin.<br /> <br /><br />Contact Person:<br /><br />Husnul Yaqin Arba'in<br /><br />E-mail: dakwah@alsofwah.or.id<br /><br />Telp. (021)78836327 Hp. 085218964670/ 08886167615<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-12265791920722209782008-03-07T21:03:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.679+07:00BERSEGERA DALAM BERAMALSegala puji bagi Allah subhanahu wata'ala yang kepunyaan-Nya apa-apa<br /> yang ada di langit dan di bumi dan bagi-Nya segala puji di Akhirat. Dia<br /> Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. <br /><br />Sesungguhnya manusia diciptakan untuk beramal, kemudian ia akan<br /> dibangkitkan pada hari Kiamat nanti untuk mendapatkan balasan atas amal-nya<br /> itu. Ia tidak diciptakan untuk bermain-main lantas ditinggalkan begitu<br /> saja tanpa ada pertanggungjawaban. Orang bahagia ialah orang yang bisa<br /> memberikan simpanan kebaikan untuk pribadinya yang didapat di sisi Allah<br /> subhanahu wata'ala. Dan orang celaka adalah orang yang memberikan<br /> kejelekan untuk pribadinya, akibatnya adalah kerugian dan kesengsaran. <br /><br /><span class="fullpost">Perhatikanlah amal perbuatan kalian dan beritrospeksilah pada diri<br /> kalian sebelum datangnya ajal. Sesungguhnya ajal adalah ujung dari amal<br /> kalian dan merupakan awal pembalasan atas amal-amal kalian. Maut itu<br /> sangat dekat dan kalian tidak mengetahui kapan ia datang. Uban merupakan<br /> salah satu tanda yang mengingatkan kematian, maka bersiap-siaplah<br /> untuknya. Dan kematian teman dan rekan merupakan tanda akan dekatnya kematian<br /> seseorang. <br /><br />Oleh karena itu berusahalah untuk mengingat kematian dan beramallah<br /> untuk kehidupan sesudah kematian, yakni kehidupan yang akan kalian datangi<br /> dan akan kalian tempati, Janganlah kalian menyibukkan diri dan lupa<br /> darinya dengan melakukan hal-hal yang bisa menjadikan kalian pergi<br /> meninggalkannya. Jangan sampai anda tertipu dengan banyaknya angan-angan,<br /> akhirnya kalian lupa akan datangnya kematian. Berapa banyak orang<br /> berangan-angan kemudian tidak kesampaian. Berapa banyak orang yang mendapati<br /> waktu pagi, lantas ia tidak mendapati tenggelamnya matahari di sore<br /> harinya. Dan berapa banyak orang yang memasuki waktu malam, namun ia tidak<br /> mendapati pagi harinya. Dan berapa banyak orang yang berharap (ketika<br /> menjelang wafat) agar ditangguhkan sebentar supaya bisa memperbaiki apa<br /> yang telah ia rusak dan ia sia-siakan, maka dikatakanlah padanya,"tidak<br /> bisa", "tidak mungkin", sesungguhnya harapanmu telah hilang, dan<br /> kamipun telah mengingatkanmu sebelum hal ini terjadi, dan kami juga telah<br /> memberitahukan kepadamu bahwa pada sa'at ini tidak ada waktu dan tempat<br /> lagi bagimu untuk kembali". Allahsubhanahu wata'ala berfirman, artinya,<br /> "Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu<br /> melalaikan kamu dari meng-ingat Allah. Barangsiapa yang berbuat<br /> demikian, maka mereka itulah orang-o-rang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian<br /> dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian<br /> kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata,"Ya Rabbku, mengapa<br /> Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang<br /> menyebabkan aku dapat bersede-kah dan aku termasuk orang-orang yang<br /> shalih". Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang<br /> apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu<br /> kerjakan." (QS. al-Munafiqun: 9-11) <br /><br /><br />Sesungguhnya amal setiap manusia akan berakhir ketika ajalnya tiba,<br /> akan tetapi di sana ada amalan-amalan yang manfa'at dan pahalanya akan<br /> terus mengalir, meskipun pelakunya telah meninggal dunia, seperti<br /> wakaf-wakaf kebaikan, wakaf pohon-pohonan yang bermanfaat atau yang berbuah,<br /> membangun masjid, madrasah-madrasah, dan anak cucu yang shalih, dan juga<br /> mengajarkan ilmu yang manfa'at dan menulis buku-buku yang berfaidah. Di<br /> dalam hadits shahih dari Abu Hurairah [rodhiyallahu 'anhu] bahwa<br /> Rosululloh subhanahu wata'ala bersabda, "Jika seorang anak adam meninggal,<br /> maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: Shadaqah jariyah,<br /> Ilmu yang manfa'at, Anak yang shalih, yang berdo'a bagi orang tuanya".<br /> (HR. Muslim). <br /><br /><br />Hadits ini menunjukkan terputusnya amal seseorang karena kematian, dan<br /> kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat untuk<br /> beramal. <br /><br />Maka sebagai orang Islam sudah seharusnya takut, jangan sampai lupa<br /> mati dan menyia-nyiakan waktu. Dan bersegera melakukan ketaatan-ketaatan<br /> sebelum datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang<br /> terkadang tidak ia dapati. Banyak sekali nash-nash dari ayat atau hadits yang<br /> menganjurkan untuk bersegera dan berlomba-lomba dalam mengerjakan<br /> ketaatan dan kebaikan. <br /><br />Hadits di atas juga menunjukkan pengecualian tiga perkara yang akan<br /> bermanfaat bagi pemiliknya, meskipun telah meningal dunia, tiga perkara<br /> itu adalah: <br /><br />- Shadaqah jariyah <br /><br /><br />Para ulama telah menjelaskan bahwa shadaqah jariyah adalah wakaf<br /> kebaik-an, seperti wakaf tanah, wakaf masjid, madrasah,tempat tinggal, sawah,<br /> mus-haf, buku -buku yang berfaidah dan lain sebagainya. Ini adalah<br /> amalan yang utama yang bisa ia lakukan bagi dirinya untuk kehidupan<br /> akhirat. Dan hal ini bisa dikerjakan oleh orang yang berilmu dan juga orang<br /> awam. <br /><br />- Ilmu yang bermanfa'at <br /><br /><br />Hal ini bisa dilakukan oleh orang yang berilmu, yakni dengan<br /> menyampai-kan ilmu-ilmu agama kepada masyara-kat, baik secara lisan maupun<br /> tulisan, seperti menulis buku-buku keagamaan. Orang awam juga bisa ikut<br /> andil, yakni dengan mencetak buku-buku tersebut atau membelinya, kemudian<br /> membagi-nya atau mewakafkannya. Maka di dalam hadits ini terdapat anjuran<br /> yang sangat untuk belajar agama, mengajarkannya, serta menyebarkan<br /> buku-buku agama, sehingga masyakat bisa mengambil manfa'at darinya, baik<br /> ketika ia masih hidup atau sudah wafat. <br /><br />- Anak yang shalih <br /><br /><br />Do'a anak atau cucu, baik laki-laki atau perempuan akan bermanfa'at<br /> bagi orang tuanya. Begitu juga shadaqah atau haji yang diniatkan untuk<br /> orang tua mereka. Bahkan do'anya teman baik anak-anak mereka juga akan<br /> bermanfaat bagi orang tua mereka. Tidak jarang seseorang mendo'akan orang<br /> yang telah berbuat baik kepadanya dengan mengatakan, "Semoga Allah<br /> subhanahu wata'ala merahmati orang tua kalian dan mengampuni dosa-dosanya".<br /> <br /><br />Di dalam hadits di atas juga terdapat anjuran untuk menikah agar<br /> mendapatkan anak yang shalih dan juga terdapat larangan untuk membatasi<br /> keturunan. Dalam hadits ini juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar<br /> menjadi anak yang shalih, generasi yang shalih bagi bapaknya, mendoakan<br /> mereka setelah kematian mereka. <br /><br />Namun sungguh sangat disayangkan banyak sekali masyarakat yang<br /> menye-pelekan masalah pendidikan anak ini. Mereka tidak perduli dengan<br /> pendidikan agama, membiarkan anak-anaknya meninggalkan kewajiban dan melakukan<br /> yang diharamkan agama, seperti meninggalkan shalat, mengumbar aurat,<br /> dan syahwat atau yang lainnya yang menyebabkan rusaknya agama ini. Akan<br /> tetapi jika anaknya merusak sedikit saja dari hartanya, maka dengan<br /> serta merta mereka melakukan tindakan, dan memarahi anaknya. <br /><br />Bertakwalah kalian wahai para orang tua kepada Allah subhanahu wata'ala<br /> dalam mendidik anak, agar mereka menjadi simpanan berharga bagi<br /> kalian, dan tidak menjadi penyebab kerugian dan penghalang yang bisa<br /> membahayakan kalian. Ketahuilah sesungguhnya mendidik anak agar baik itu tidak<br /> datang begitu saja, kita harus memberikan sebab-sebab dan sarana<br /> pendukungnya dan bersabar, serta mengarahkan pada kebaikan dan menjauhkan<br /> mereka dari kemungkaran. <br /><br />Hadits ini juga menunjukkan atas disyari'atkannya seorang anak berdo'a<br /> untuk orang tuanya, di samping do'a pribadi mereka, baik di dalam<br /> shalat atau di luar shalat. Dan ini termasuk perbuatan baik kepada orang tua<br /> yang akan tetap berlaku, meskipun orang tua mereka telah wafat. Semua<br /> yang disebutkan ini merupakan kandungan dari ayat al-Qur'an, artinya,<br /> "Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa<br /> yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan".<br /> (QS. Yasin :12) <br /><br /><br />Karena sesuatu yang mereka kerjakan itu artinya perbuatan yang mereka<br /> lakukan langsung ketika mereka hidup di dunia, amal baik atau amal<br /> buruk. Sedangkan bekas-bekas yang mereka tinggalkan artinya sesuatu yang<br /> timbul sesudah kematian mereka akibat amal perbuatan mereka semasa hidup,<br /> yang baik atau yang buruk. Ada tiga perkara (amalan) yang bekasnya akan<br /> sampai kepada pelakunya, meskipun ia telah meningal dunia, yaitu: <br /><br /><br />1. Hal-hal yang dilakukan orang lain disebabkan ajakan dia atau arahan<br /> dia sebelum kematiannya. <br />2. Hal-hal yang memberi manfa'at bagi orang lain, yang ia lakukan<br /> sebelum kematiannya, seperti wakaf bangunan atau tanah. <br />3. Hal-hal yang dikerjakan oleh orang yang masih hidup dan dihadiahkan<br /> kepada mayit, seperti do'a, shadaqah atau amal baik yang lainnya. <br /><br /><br />Ibnu Majah telah meriwayatkan sebuah hadits, yang artinya, "Orang<br /> mu'min akan menemukan balasan beberapa amal baiknya setelah kema-tiannya, di<br /> antaranya: Ilmu yang ia sebarkan, Anak shalih yang ia tinggal-kan,<br /> Mushaf yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk<br /> ibnu sabiil, Saluran irigasi yang ia buat, Shadaqah yang ia keluarkan<br /> semasa hidupnya". <br /><br /><br />Bersungguh-sungguhlah kalian -semoga Allah subhanahu wata'alamerahmati<br /> kalian - untuk melakukan sebab-sebab yang bermanfa'at, dan mendahulukan<br /> amal-an-amalan yang bermanfa'at, yang pahalanya tetap mengalir setelah<br /> kalian wafat. Allahsubhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Harta dan<br /> anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang<br /> kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih<br /> baik untuk menjadi harapan". (QS. 18:46) <br /><br />(Oleh : Ibnu Thayyib Maksudi) <br />Sumber: Dialihbahasakan dari buletin berbahasa arab, Dr. Solih bin<br /> Fauzan al-Fauzan, Riyadh, Saudi Arabia). <br /><br />sumber :http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=470<br /><br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-72897789658092741262008-03-03T17:34:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.679+07:00Etika Pergaulan Menurut Islam"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).<br /><br />Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang 'masih hidup' di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannnya.<br /><br /><span class="fullpost">Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski, ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu pula halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah menciptakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaanNya.<br /><br />Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi, sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al-Hujurat [49] : 13).<br /><br />Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi, tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.<br /><br />Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuhkembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Tiga kunci untuk mewujudkannya yaitu ta'aruf, tafahum, dan ta'awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.<br /><br /><br /><br />***<br /><br /><br />Ta'aruf<br /><br />Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau, mungkinkah ukhuwah Islamiyah akan dapat terwujud?<br /><br />Begitulah, ternyata ta'aruf atau saling mengenal menjadi sesuatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Denga ta'aruf, kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.<br /><br />Tak berlebihan, jika kemudian ada yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Bagaimana kita akan menyayangi orang lain, jika kita tidak mengetahui orang itu. Oleh Karena itu, jika tak kenal maka ta'aruf. Jika kita belum mengenal, maka berkenalanlah.<br /><br /><br />***<br /><br /><br />Tafahum<br /><br />Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lingkungan. Setelah kita mengenal seseorang, pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami, kita dapat memilah dan memilih siapa yang yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya yang jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat, "Bergaul dengan orang shalih itu ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedangkan bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya."<br /><br />Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih, akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada keshalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah).<br /><br /><br />***<br /><br /><br />Ta'awun<br /><br />Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta'awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain. <br /><br /><br />***<br /><br /><br />Ta'aruf, tafahum, dan ta'awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhlukNya. Wallahu a'lam bishshawab. [Swadaya-022008]<br /><br />penulis : Taufik Ismail, Lc.<br /><br />sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=498<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-56754661673654101022008-01-20T08:23:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.679+07:00Mencermati Kepemimpinan Rasulullah SAW"Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS. Al-Ahzab : 21).<br /><br />Keteladanan Rasulullah dalam memimpin tak diragukan lagi. Tindak-tanduk dan sepak terjang beliau dalam memimpin merupakan cermin pribadi mulia. Sebagai sosok pemimpin, beliau selalu mengedepankan nilai akhlak. Tataran ini kerap menjadi panutan generasi di masa dan sesudahnya.<br /><br /><span class="fullpost">Tataran akhlak yang ditampilkan Rasulullah bukan saja menjadi perisai kepribadian, melainkan juga mampu meluluhkan kekerasan hati siapa pun yang memusuhinya. Itulah sebabnya, Rasulullah dapat dikategorikan sebagai manusia istimewa. Keistimewaaan ini merupakan muara penyebarluasan rahmat bagi alam semesta. <br /><br />Keistimewaan yang ada dalam diri Rasulullah dapat kita selusuri dari rangkaian ayat-ayat Al-Qur'an. Pada Al-Qur'an, kita temukan para nabi sebelum nabi Muhamad SAW selalu diseru oleh Allah SWT dengan nama-nama mereka, "Ya Adam..., Ya Musa..., Ya Isa..., dan sebagainya. <br /><br />Tetapi terhadap nabi Muhamad SAW, Allah sering memanggilnya dengan panggilan kemuliaan, seperti "Ya ayyuhan Nabi..., Ya ayyuhar Rasul..., atau memanggilnya dengan panggilan-pangilan mesra, seperti "Ya ayyuhal muddatstsir, atau ya ayyuhal muzzammil (wahai orang yang berselimut). "<br /><br />Kalau pun ada ayat yang menyebut namanya, nama tersebut dibarengi dengan gelar kehormatan. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ali Imran : 144, Al-Ahzab : 40, Al-Fath : 29, dan Al-Shaff : 6.<br /><br />Dalam kaitan ini dapat dipahami mengapa Al-Qur'an berpesan kepada kita pada saat memanggil nama Rasul jangan seenaknya. "Janganlah kamu menjadikan panggilan kepada Rasul di antara kamu, seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain..." (QS. An-Nur : 63).<br /><br />Keistimewaan lain yang dapat dipaparkan berkaitan dengan pola kepemimpinan Rasululluh. Pertama, pemimpin yang zuhud. Gambaran ini dapat kita simak dari salah satu riwayat, Rasulullah bersabda, "Tuhanku telah menawarkan kepadaku dengan menukar bukit-bukit di Mekkah menjadi emas. Tetapi aku mengatakan kepadaNya : Ya Allah, aku lebih suka makan sehari dan lapar pada hari berikutnya, jika aku dalam keadaan lapar, maka aku akan mengingatMu. Dan jika aku dalam keadaan kenyang, maka aku pun dapat memujiMu serta bersyukur atas nikmat-nikmatMu. "<br /><br />Kedua, pemimpin yang amanah dan profesional. Rasulullah pernah bersabda bahwa pemimpin adalah pelayan umat. Sikap amanah dan profesional Rasulullah ini diikuti oleh khalifah Abu Bakar. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar RA adalah seorang pedagang kain, beliau selalu sibuk dengan dagangannya itu. Setelah beliau baru dilantik menjadi khalifah, pada esok harinya dengan membawa beberapa helai kain di tangannya, beliau berjalan menuju pasar untuk berjualan seperti biasa.<br /><br />Ketika itu beliau berjumpa dengan sahabat Umar RA. Umar bertanya kepadanya, "Mau pergi ke mana engkau?" Abu Bakar RA menjawab, "Saya akan pergi ke pasar." Lalu Umar berkata lagi, "Jika kamu menyibukan diri dalam perdagangan di pasar, maka siapakah yang akan menjalankan tugas-tugas khalifah?"<br /><br />Kemudian Abu Bakar menjawab, "Lalu bagaimana saya harus membiayai keluarga saya?" Umar berkata, "Marilah kita menjumpai Abu Ubaidah RA (Julukan Rasululllah sebagai penjaga amanah Baitul Mal) agar ia menentukan uang gajimu." Keduanya pun menjumpai Abu Ubaidah RA lalu ditetapkan tunjangan gaji bagi Abu Bakar sama dengan yang biasa diberikan kepada seorang Muhajirin, tidak kurang dan tidak lebih.<br /><br />Pada suatu hari, istrinya berkata kepada Abu Bakar RA, "Saya ingin membeli sedikit manisan." Abu Bakar menjawab, "Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya." Istrinya berkata, "Jika engkau ijinkan, saya akan mencoba untuk menghemat uang belanja kita sehari-hari, sehingga saya dapat membeli manisan itu." Akhirnya Abu Bakar pun menyetujuinya.<br /><br />Maka mulai saat itu, istri Abu Bakar menabung sedikit demi sedikit uang belanja mereka setiap hari. Beberapa hari kemudian, uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan oleh istrinya. Setelah uang itu terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut.<br /><br />Namun Abu Bakar berkata, "Nampaknya dari pengalaman ini, ternyata uang tunjangan yang kita peroleh dari Baitul Mal itu melebihi keperluan kita." Lalu Abu bakar RA mengembalikan lagi uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul Mal. Dan sejak hari itu, uang tunjangan beliau telah dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat oleh istrinya.<br /><br />Ketiga, Nabi SAW pemimpin yang dicintai Allah. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap Allah terhadap kepemimpinan Nabi SAW dengan kepemimpinan Nabi-nabi sebelumnya. Perbedaan sikap itu dapat kita temukan dari beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh. Nabi Musa AS Bermohon kepada Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon agar Allah memudahkan segala persoalannya. "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku." (QS. Thaha : 25-26).<br /><br />Sedangkan Nabi Muhamad SAW memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam Nasyrah, "Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" (QS. Alam Nasyrah : 1).<br /><br />Akhirnya, mencermati keistimewaan Rasulullah sebagai pemimpin, seharusnya kita dapat memetik hikmah dari beliau dan diterapkan dalam kehidupan keseharian. [Swadaya-122007] <br /><br />sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=484<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-22145458726801774612008-01-10T18:09:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.680+07:00MENDENGAR TAPI TAK MENDENGARBarangkali kita pernah mendapati dalam kehidupan sehari-hari kasus<br /> seorang ibu memarahi anaknya yang ketika dipanggil menjawab, "Ya bu," tapi<br /> ia tidak segera datang menghadap sang ibu. Hingga akhirnya si ibu pun<br /> berkata, "Kamu ini mendengar apa tidak sih?" Padahal dengan adanya jawab<br /> sang anak "Ya bu," si ibu tentunya sudah paham bahwa anaknya itu<br /> mendengar panggilannya. Ataupun ada seorang atasan yang memerintahkan kepada<br /> karyawannya untuk melakukan pekerjaan tertentu, lalu dijawab oleh sang<br /> karyawan, "Baik pak," tetapi tugas tersebut tidak segera dilakukan,<br /> hingga tak mengherankan jika keluar ungkapan dari sang atasan, "Anda ini<br /> mendengar apa tidak?" <br /><br /><span class="fullpost">Mendengarkan dan Taat <br />Allah subhanallahu wata'ala mengaruniakan kepada kita telinga dengan<br /> fungsi untuk mendengarkan, sehingga dengan mendengar itu seseorang tahu<br /> apa yang harus dia lakukan dalam kehidupan ini. Seperti dalam kasus di<br /> atas, sang anak atau karyawan tentunya bukanlah orang yang tuli, bahkan<br /> memiliki pendengaran (telinga ) yang normal. Tetapi ternyata<br /> pendengaran yang dia miliki tersebut tidak dengan serta merta menjadikannya<br /> merespon serta menanggapi kalimat yang telah dia dengar itu. Maka dari sini<br /> dapat dikatakan bahwa yang dikehendaki dari mendengarkan bukanlah<br /> semata-mata mendengar suara, tetapi mendengar dengan disertai pemahaman dan<br /> kemauan mengikuti apa yang dia dengar itu. <br /><br />Dalam istilah syara' mendengar yang disertai pemahaman dan kemauan<br /> untuk mengikuti apa yang dia dengar disebut dengan taat, sam'an wa<br /> tha'atan, sami'na wa atha'na. Oleh karena itu Allah subhanahu wata'ala sangat<br /> mencela orang yang diberikan telinga (pendengaran) normal tetapi dia<br /> justru berpaling, tidak mau mendengar kan dan menaati seruan Allah dan<br /> rasul-Nya, Allah subhanahu wata'ala berfirman, <br /><br /><br />"Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan<br /> janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar<br /> (perintah-perintahnya)." (QS. al-Anfal: 20) <br /><br /><br />Makna ayat ini adalah bahwasanya Allah subhanahu wata'ala menyeru<br /> hamba-hambaNya kaum mukminin yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, yang<br /> membenarkan janji dan nacaman-Nya pada hari Kiamat dengan memerintahkan<br /> mereka supaya taat kepada Allah dan taat kepada Rasul-Nya. Dan juga<br /> melarang mereka dari berpaling padahal mereka mendengarkan ayat-ayat yang<br /> dibacakan serta nasehat-nasehat yang disampaikan berulang ulang dalam<br /> Kitabullah dan melalui lisan Rasul-Nya saw. Yang demikian ini disebabkan<br /> karena pertolongan dan bantuan dari Allah adalah merupakan buah dari<br /> ketaatan yang mereka lakukan. Jika seandainya mereka itu berpaling dan<br /> bermaksiat, meninggalkan sikap wala' (loyal) kepada Allah subhanahu<br /> wata'ala, maka tentu mereka tidak ada bedanya dengan orang-orang lain dari<br /> kalangan kaum kafir dan ahli maksiat. (Aisar at-Tafasir hal 436-437). <br /><br />Mendengar Tapi Tidak Mendengar <br />Orang yang mendengar seruan Allah subhanahu wata'ala tetapi ia<br /> berpaling dan tidak mau menaatinya, maka jelas ada yang tidak beres dalam<br /> dirinya. Lain halnya jika disebabkan karena kebodohan, ketidaktahuan atau<br /> kekeliruan dalam memahami suatu perintah dan seruan, maka ia tidak<br /> disebut dengan berpaling. Seseorang dikatakan berpaling jika dia enggan dan<br /> menolak sebuah ajakan, perintah dan seruan sedangkan ia mengerti apa<br /> yang dimaksudkan dari seruan itu. Jadi dalam hal ini bukanlah<br /> telinga/indera pendengaran mereka yang tuli, tetapi hati dan akal mereka. Maka<br /> orang yang seperti ini dikatakan oleh Allah subhanahu wata'ala sebagai<br /> orang yang "mendengar tapi tidak mendengar". Mereka mendengarkan ayat-ayat<br /> dan seruan Allah subhanahu wata'ala dengan telinga mereka namun akal<br /> dan hati mereka tertutup tak mau mendengarkan, sehingga tidak dapat<br /> mengambil manfaat dan faidah dari apa yang mereka dengar itu. Allah<br /> subhanahu wata'ala befirman, <br /><br /><br />"Dan janganlah kamu menjadi sebagaimana orang-orang (munafik) yang<br /> berkata, "Kami mendengarkan, padahal mereka tidak mendengarkan." (QS.<br /> al-Anfal:21) <br /><br /><br />Dalam ayat di atas, Allah subhanahu wata'ala melarang kaum muslimin<br /> mengikuti jalannya orang-orang kafir, musyrik dan munafik dalam hal<br /> ketulian mereka dari mendengarkan ayat-ayat yang mengajak mereka kepada<br /> kebenaran dan menyeru kepadanya. Juga bersikap menutup mata (berlagak buta)<br /> dari melihat ayat-ayat Allah yang menunjukkan kepada ketauhidan<br /> terhadap Allah subhanahu wata'ala. Mereka mengatakan, "Kami tidak mendengar<br /> apa yang dikatakan oleh Muhammad, dan dari apa yang dia sebutkan dan dia<br /> isyaratkan kami tidak melihatnya." Mereka juga mengatakan, "Kami<br /> mendengarkan dengan telinga-telinga kami," tetapi mereka tidak mendengar kan<br /> dengan hati mereka. Ini disebabkan karena mereka tidak mau mentadabburi<br /> dan memikirkannya, sehingga meskipun mereka mendengar tetapi mereka<br /> sama halnya dengan orang yang tidak mendengar. Dalam hal ini 'ibrah (yang<br /> menjadi acuan atau ukuran) adalah as-sima' al intifa' (pendengaran<br /> yang memberikan manfaat), bukan semata-mata mendengarkan suara dengan<br /> telinga. (Aisar at-Tafasir hal. 437) <br /><br />Seburuk-buruk Makhluk <br />Sikap mendengar tapi tidak mendengarkan ini rupanya masih banyak<br /> menimpa sebagian kaum muslimin saat ini. Berapa banyak ayat-ayat yang mereka<br /> dengar tentang haramnya judi, riba, minuman keras, dan lain-lain tetapi<br /> ternyata semua jenis kemaksiatan itu tetap jalan terus seakan<br /> ayat-ayat tersebut tak pernah mereka dengar. Berapa banyak mereka mendengarkan<br /> panggilan hayya 'alash shalah (mari kita shalat), namun mereka tetap<br /> tak bergeming sedikit pun dari kesibukan dunia mereka, seakan-akan<br /> panggilan shalat itu hanyalah sekedar suara sebagaimana halnya suara-suara<br /> lainnya. Jika mereka adalah orang yang memang tuli (telinganya tidak<br /> berfungsi), maka bisa dimaklumi apabila ketika adzan dikumandangkan mereka<br /> tidak mendatanginya. Tapi ini tidak demikian, telinga mereka berfungsi<br /> normal, kaki mereka juga tidak cacat, dan mereka dalam keadaan sehat<br /> wal afiat dan sejahtera. Apakah mereka akan menunggu sampai tiba suatu<br /> waktu di mana mereka tak mampu lagi untuk bersujud, sebagaimana firman<br /> Allah, artinya, <br /><br /><br />"Pada hari betis disingkapkan dan mereka dipanggil untuk bersujud; maka<br /> mereka tidak kuasa, (dalam keadaan) pandangan mereka tunduk ke bawah,<br /> lagi mereka diliputi kehinaan. Dan sesungguhnya mereka dahulu (di<br /> dunia) diseru untuk bersujud, dan mereka dalam keadaan sejahtera." (QS.<br /> al-Qalam: 42-43). <br /><br /><br />Orang-orang yang tuli lagi pekak ini dikatakan oleh Allah sebagai<br /> "Syarra ad-dawab" seburuk-buruk makhluk melata di muka bumi -na'udzu billah<br /> min dzalik-, seperti yang disebutkan dalam firman-Nya, artinya, <br /><br /><br />"Sesungguhnya binatang (mahluk) yang seburuk-buruknya pada sisi Allah<br /> ialah orang-orang yang pekak dan tuli yang tidak mengerti apa-apa pun.<br /> Kalau kiranya Allah mengetahui kebaikan ada pada mereka, tentulah Allah<br /> menjadi kan mereka dapat mendengar. Dan jikalau Allah menjadikan mereka<br /> dapat mendengar, niscaya mereka pasti berpaling juga, sedangkan mereka<br /> memalingkan diri (dari apa yang mereka-mereka dengar itu)." (QS.<br /> al-Anfal: 22-23) <br /><br /><br />Memang demikianlah keadaan mereka, Allah subhanahu wata'ala menegaskan<br /> bahwa mereka dikatakan tuli dan pekak bukan karena telinga mereka tuli<br /> (tuna rungu), tapi disebabkan mereka adalah orang-orang yang tidak<br /> berakal,. Perhatikanlah firman Allah subhanahu wata'ala ketika menyifati<br /> orang-orang yang pekak dan tuli, yakni orang-orang yang tidak mengerti<br /> apa-apa pun, yang dalam teks ayat disebut dengan "la ya'qilun' akalnya<br /> tidak berfungsi. Bagaimana mereka dikatakan orang yang berakal sedangkan<br /> mereka tidak mengenal siapa dirinya, siapa penciptanya, enggan<br /> bersyukur dan bersujud kepada penciptanya, tidak mau menaati-Nya, bahkan justru<br /> berpaling dari-Nya. Jadi mereka itu dihidupkan oleh Allah subhanahu<br /> wata'ala, hanyalah untuk makan, tidur dan memuaskan hawa nafsu serta<br /> syahwat belaka, tidak mau melaksanakan fungsi utama dan terbesar mereka<br /> diciptakan, yakni untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah subhanahu<br /> wata'ala. <br /><br />Solusi Penyembuhan <br />Para ulama membagi hati manusia menjadi tiga klasifikasi, yakni qalbun<br /> salim (hati yang sehat), qalbun maridh (hati yang sakit) dan qalbun<br /> mayit (hati yang mati). Hati yang sehat senantiasa merespon setiap seruan<br /> yang datang dari Allah dan rasul-Nya, sedangkan hati yang sakit adalah<br /> hati yang kadangkala antusias menyambut seruan Allah subhanahu wata'ala<br /> namun sering kali juga dikalahkan oleh syahwat dan hawa nafsu, jatuh<br /> bangun dan pasang surut dalam melakukan ketaatan, bahkan bisa jadi suatu<br /> ketika terpuruk dalam kemaksiatan. Adapun hati yang mati maka ia<br /> adalah hati yang terkunci dan sangat sulit menerima petunjuk kebaikan,<br /> kecuali jika Allah subhanahu wata'ala berkehendak. <br /><br />Terapi dan solusi untuk menjadikan akal dan hati kita selalu hidup,<br /> sehat dan berfungsi dengan baik tidak lain adalah "dengan memenuhi setiap<br /> panggilan Allah dan Rasul-Nya". Allah swt berfirman dalam kelanjutan<br /> ayat di atas, artinya, <br /><br /><br />"Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul<br /> apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu,<br /> dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan<br /> hatinya, dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan." (QS.<br /> al-Anfal:24) <br /><br /><br />Yakni dengan menanamkan kesadaran bahwasanya perintah-perintah Allah<br /> subhanahu wata'ala termasuk juga larangan-Nya tidak akan lepas dari apa<br /> yang dapat memberikan kehidupan bagi orang mukmin, atau menambah<br /> (kebaikan) dalam hidupnya atau memberikan penjagaan kepada mereka. Oleh karena<br /> itu wajib bagi seorang mukmin untuk menaati Allah dan Rasul-Nya<br /> semaksimal mungkin. Ayat ini juga menunjukkan bahwa orang-orang kafir dan<br /> jahil adalah orang yang mati secara maknawi. Sehingga dapat dikatakan<br /> bahwa dengan iman dan ilmu terdapat kehidupan dan sebaliknya tanpa keduanya<br /> maka itu berarti kematian, walaupun jasad-jasad mereka masih hidup.<br /> (Aisar at-Tafasir hal 438). Atau dengan istilah lain "Mati dalam<br /> kehidupan dan hidup dalamkematian". <br />(oleh: Kholif Abu Ahmad) <br />Sumber: Aisar at-Tafasir <br /><br />sumber :<br /><br /> http://www.alsofwah.or.id/index.php?pilih=lihatannur&id=459<br /><br /></span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-32439875.post-78139963901131030502008-01-04T08:08:00.000+07:002010-09-25T17:44:06.680+07:00Mewaspadai LisanLisan, bentuknya memang relatif kecil bila dibandingkan dengan anggota tubuh yang lain, namun ternyata memiliki peran yang sangat besar bagi kehidupan manusia. Celaka dan bahagia ternyata tak lepas dari bagaimana manusia memanajemen lidahnya. Bila lidah tak terkendali, dibiarkan berucap sekehendaknya, alamat kesengsaraan akan segera menjelang. Sebaliknya bila ia terkelola dengan baik , hemat dalam berkata, dan memilih perkataan yang baik-baik, maka sebuah alamat akan datangnya banyak kebaikan..<br /><br />Di saat kita hendak berkata-kata, tentunya kita harus berpikir untuk memilihkan hal-hal yang baik untuk lidah kita. Bila sulit mendapat kata yang indah dan tepat maka ahsan (mendingan) diam. Inilah realisasi dari sabda Rasulullah sholallohu alaihi wasalam<br /><br />"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaknya ia berkata yang baik atau diam ( HR Muslim )<br /><br /><br /><span class="fullpost">di samping itu kita pun harus paham betul manakah lahan-medan kejelekan sehingga lidah kita tidak keliru memijaknya. Kita harus tahu apakah sebuah hal termasuk dalam bagian dosa bagi lidah kita atau tidak? Bila kita telah tahu , tentunya kita bersegera untuk meninggalkannya.<br /><br />Diantara medan-medan dosa bagi lidah kita antara lain..<br /><br />Ghibah<br />Ghibah bila didefinisikan maka seperti yang diungkapkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam <br />"Engkau menyebutkan tentang saudaramu, dengan apa-apa yang dia benci" terus bagaimana jika yang kita bicarakan tersebut memang benar-benar ada pada saudara kita? "Jika memang ada padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah meng-ghibahinya, dan bila tidak ada padanya maka engkau telah berdusta" (HR. Muslim)<br /><br />Di dalam Al quran , Allah ta'ala menggambarkan orang yang meng-ghibahi saudaranya seperti orang yang memakan bangkai saudaranya: <br />"Janganlah kalian saling memata-matai dan jangan mengghibahi antara satu dengan yang lain, sukakah kalian memakan daging saudaranya tentu kalian akan benci" ( Al Hujurat 12)<br /><br />Tentu sangat menjijikkan makan daging bangkai , semakin menjijkkan lagi apabila yang dimakan adalah daging bangkai manusia , apalagi saudara kita sendiri. Demikianlah ghibah, ia pun sangat menjijkkan sehingga sudah sepantasnya untuk dijauhi dan dan ditinggalkan.<br /><br />Lebih ngeri bila berbicara tentang ghibah, apabila kita mengetahui balasan yang akan diterima pelakunya. Seperti dikisahkan oleh Rasulullah sholallohu alaihi wasalam di malam mi'rajnya. Beliau menyaksikan suatu kaum yang berkuku tembaga mencakar wajah dan dada mereka sendiri. Rasul pun bertanya tentang keberadaan mereka, maka dijawab bahwa mereka lah orang-orang yang ghibah melanggar kehormatan orang lain.<br /><br />Namimah<br />Kalau diartikan ia bermakna memindahkan perkataan dari satu kaum kepada kaum yang lain untuk merusak keduanya. Ringkasnya "adu domba". Sehingga Allah mengkisahkan tentang mereka dalam Al-Qur'an. Mereka yang berjalan dengan namimah , menghasut, dan mengumpat. Di sekitar kita orang yang punya profesi sebagai tukang namimah sangat banyak bergentayangan, dan lebih sering di kenal sebagai provokator-kejelekan. Namimah bukan hal yang kecil , bahkan para ulama mengkatagorikannya di dalam dosa besar . Ancaman Rasulullah bagi tukang namimah <br /> <br /><br />" tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba (HR Bukhari)<br /><br />akibat ghibah ini sangat besar sekali, dengannya terkoyak persahabatan saudara karib dan melepaskan ikatan yang telah dikokohkan oleh Allah. Ia pun mengakibatkan kerusakan di muka bumi serta menimbulkan permusuhan dan kebencian. <br />Dusta<br />Dusta adalah menyelisihi kenyataan atau realita. Dusta bukanlah akhlaq orang yang beriman, bahkan ia melekat pada kepribadian orang munafiq <br />"Tiga ciri orang munafik, apabila berkata berdusta, apabila berjanji mengingkari dan apabila dipercaya berkhianat (HR Bukhari dan Muslim)<br /><br />padahal orang munafik balasannya sangat mengerikan "di bawah kerak api neraka" Dusta pun mengantarkan pelakunya kepada kejelekan "Sungguh kedustaan menunjukkan kepada kejelekan dan kejelekan mengantarkan kepada neraka.<br /><br />sumber : http://van.9f.com/lisan.htm<br /> </span>Syahrizal Pulunganhttp://www.blogger.com/profile/13600729690531476550noreply@blogger.com0