02 November, 2008

Kafir tersembunyi

Jika seorang manusia tidak waspada akan Mata Allah yang selalu
mengawasinya dimanapun - di setiap waktu , maka dia bukanlah seorang
mukmin. Kalian harus membayangkan dalam hati, bahwa Mata Allah selalu
bersama kalian. Jika kalian melupakan "Mata Tuhan" maka kalian
sedang dalam genggaman ego.

Jika seorang manusia melakukan perbuatan yang tidak disenangi Allah,
Nabi dan Awliya, maka dia di golongkan sebagai seorang "kafir
tersembunyi" . Kita diperintahkan untuk membersihkan diri kita baik
berupa kufr yang nampak dan yang tidak tampak. Untuk itu kalian harus
waspada akan perbuatan yang terlihat mata dan juga perbuatan yang
tersembunyi. Perhatikan setiap tingkah laku dan yang akan kalian
kerjakan, sehingga semuanya membuat Allah, Nabi dan Awliya bahagia.
Jika perbuatan itu membuat "Mereka " bahagia, maka boleh kalian
kerjakan, jika tidak, kalian harus meninggalkannya.
Jika seorang manusia menimbang segala perbuatannya didunia ini, maka
tidak akan ada yang perlu ditimbang lagi saat Hari Pengadilan nanti.
Nabi bersabda : " Adalah lebih membahagiakan bagi Allah jika
seseorang duduk sejam untuk berpikir dan menimbang segala
perbuatannya daripada dia beribadah selama 70 tahun." Mengapa ?
karena kalian bisa menghapus 70 tahun ibadah dengan sebuah perbuatan
yang Allah tidak meridhainya; namun jika kalian menimbangnya dulu
dengan merenungkannya, maka kalian mampu meninggalkan perbuatan itu
dan menghindari petakanya.

Death Experiences
by Susan Fine

Saya akan bercerita tentang sebuah rahasia. Kadang-kadang hati dan
nafas saya berhenti untuk sekian menit, ya saya meninggal... dan saya
pergi menuju neraka.
Banyak orang mengira diri mereka baik, melupakan atau tidak peduli
dengan keburukan yang mereka lakukan. Jika mereka percaya akan
neraka, mereka mengira seseorang dimasukkan kesana sebagai hukuman,
tinggal selamanya di sana. Guru-guru sufi kami mengajarkan bahwa
kitalah yang menghukum diri sendiri dan mengirim ke neraka atau
kesurga. Neraka bukan sebagai tempat hukuman, tapi untuk
pembersihan. Inilah hal yang paling susah, paling berat untuk
membersihkan diri, sedangkan kita tidak tahu tentang hal itu.

Orang-orang suci membersihkan pengikutnya sebelum mereka meninggal.
Cintailah para nabi, guru-guru, awliya – semoga rahmat tercurah pada
mereka. Dan ajaran pada kitab suci menyiapkan kita untuk surga.

Tiap saya " meninggal ", saya temukan tempat berbeda-beda di neraka.
Ada satu tempat dimana saya melihat segala hal buruk yang telah saya
lakukan dengan anggota badan ini. Segala hal yang tidak kita ingat,
perbuatan buruk yang sama sekali tidak kita sadari, tubuh ini begitu
menderita saat kita memukul orang , membanting pintu, memukul
dinding atau berjalan bagai bulldozer diatas bumi tanpa menghormati
Tuhan dan ciptaan-Nya. Semua orang yang berada di tempat itu amat
menderita, terus menerus menangis. Saya berada disana saat berusia
12 tahun. Sungguh tempat yang mengerikan. Sayapun menangis, " Ini
tidak adil ! saya hanya seorang anak kecil! saya tak tahu tempat apa
ini dan apa yang membuat saya datang ke sini. "
Lalu ada sebuah suara : "Itulah yang dikatakan semua orang yang
berada disini," saya mendengar ribuan orang menangis, mengatakan
hal yang sama. Sebagian dari mereka sudah sangat tua, mereka
meraung –raung, " Saya masih kecil waktu itu, saya tidak tahu apa-
apa."

Ada lagi tempat yang lebih mengerikan, dimana kalian mendengar
segala hal buruk yang pernah terucap oleh lidah , kata-kata yang
dulu pernah kalian tujukan pada orang-orang, bahkan kata-kata yang
kalian tidak sadar bahwa itu menyakitkan bagi mereka; bercanda yang
mengakibatkan sakit hati ; kata-kata fitnah ; setiap ucapan yang
pernah diteriakkan atau dibisikkan secara rahasia ; setiap teguran
keras ; tuduhan yang salah; hinaan ; semuanya kembali berteriak pada
kalian di tempat ini dan tubuh terasa amat pedih terbakar oleh api
namun sama sekali tidak hancur. Saat itu saya berusia 18 tahun
karena kasus pneumonia. Sebuah tempat dimana hanya ada api, suara-
suara, rasa malu dan kepedihan.

Kemudian ada tempat yang lebih parah lagi, dimana segala pikiran
buruk timbul ; saat-saat dimana kita meragukan Tuhan, marah dan
jijik akan ciptaan-Nya, menyesali diri sendiri atau merasa superior
dibanding yang lain. Semua dosa ini terjadi dalam pikiran, semua
diperlihatkan pada kalian dan pikiran-pikiran itu seperti menggigit
dan mendorong kalian. Kalian tahu bahwa pikiran itu tidak terbatas
dan dipenuhi dengan penderitaan yang tidak terbatas pula, sungguh
sangat menyiksa. Sangat susah untuk pergi dari tempat itu, pikiran
kita tak mampu kabur dari sana. Bahkan untuk menghafal satu doa
saja, pikiran kita susah melakukannya. Tidak ada memori, pikiran
buruk masa lalu terus menerus muncul, berulang-ulang. Jika satu do'a
muncul spontan di kepala, satu kali saja, menyebut salah satu nama
Allah yang terlintas dipikiran - maka semuanya menjadi diam,
kepedihan hilang, dan kita dapat pergi meninggalkan tempat itu -
namun kegaduhan itu membuat kita susah untuk mencari ketenangan.

Orang-orang yang pernah meninggal, pergi ke tempat-tempat seperti
itu. Lalu kembali ke raganya saat dokter menekan alat-alat pada
tenggorokan, memompa jantungnya agar bisa berdenyut kembali. Mereka
lalu berkata ," Oh, jika saya hafal satu doa, maka di dalam neraka
sana, doa itu tidak akan pernah terlupakan. Dan jika tujuan saya
hanya Tuhan saja maka saya akan selamat. " Namun untuk selanjutnya
mereka akan berpikir, " Pasti saya sudah berpikiran yang bukan-bukan
waktu tidak sadarkan diri."

Yang paling tidak enak adalah setelah kalian pergi ke neraka, nafas
kalian berhenti, jantung berhenti berdetak, lalu Tuhan membuat
semuanya "hidup" lagi. Kalian kembali pada kehidupan dengan
kenyataan bahwa sekarang kalian bukanlah tubuh yang berkeliaran di
dunia ini, bukan pula lidah dan suara-suara yang bisa bernyanyi
ataupun mengumpat seenaknya, bukan pula pikiran yang berkelana dan
dipenuhi gambaran-gambaran menyenangkan. Kalian telah sadar bahwa
kehidupan ini bukan untuk selamanya, kematian bukanlah final, tidak
satupun yang pasti, siapapun kalian, jutaan orang di bumi atau di
neraka tidak lebih baik atau lebih buruk dari kalian sendiri,
kalianpun merasa sendirian.

"Kesadaran" mampu meninggalkan suatu tempat, menuju kemanapun
didunia ini atau bahkan ke tempat-tempat di neraka dan di surga.
Selubung diangkat saat terjadi kematian, tali telah dipotong saat
kembali pada kehidupan ini, dan segala hal yang dikira baik atau
penting sebelum hal ini terjadi, sekarang menjadi tidak berarti sama
sekali.

Memahami Spiritualitas Dengan Hati
Mawlana Syaikh Hisyam Kabbani


Khidir a : " Kapan Adam diciptakan ?"
Jibril as : "Adam yang mana yang kamu bicarakan ?"
Khidir as : " Bukankah Adam-mu sama dengan Adam-ku ?"
Jibril as : " Itu Adam yang terakhir. Ada 124.000 Adam-
Adam yang telah datang dan pergi. Setiap dari mereka mempunyai
Hari Kiamat, dan sekarang kita sedang berada di masa Adam yang
terakhir."
Khidir as : " Jadi kapan sebenarnya Allah menciptakan
dunia ini ?"
Jibril as : " Aku akan memberitahumu apa yang aku tahu
saja."
Khidir as : " Aku sedang mendengarkan. Ceritakanlah! "

Jibrilpun mulai bercerita, " Suatu ketika, aku bertanya pada Allah
agar menunjukkan Ciptaan-Nya padaku. Allah berkata padaku, `Ya
Jibril, pergilah ke tempat itu dimana kamu akan mendapat
pengetahuan. ' "

Ketika turun membawa wahyu untuk Nabi, Jibril hanya menggunakan 2
sayap dari 600 sayap-sayap yang beliau punyai. Hanya dengan kedua
sayapnya, cukup untuk menutupi tempat antara tempat asalnya sampai
ke bumi. Beliau tidak membuka seluruh sayapnya, karena terlalu kecil
jaraknya. Namun ketika Allah memintanya untuk pergi ke suatu tempat,
Jibril mengatakan :

"Aku buka seluruh sayapku untuk pergi ke tempat itu, dengan kecepatan
yang Allah berikan padaku yang tidak seorangpun mengetahuinya. Aku
terus terbang dan terbang dalam Waktu Allah. Ketika aku merasa lelah,
akupun berhenti. Ketika aku berhenti, aku melihat semua waktu dan
jarak yang telah kutempuh seperti lautan pasir kristal. Kristal-
kristal itu amat kecil dan bercahaya. Lalu aku bertanya pada
Allah :'Tempat apakah ini ?' Tuhan-pun menjawab : `Ini hanyalah sudut
yang sangat kecil dari tempat yang Aku maksud. Ini belum sampai di
pertengahan `tempat' itu.'

"Aku kembali membuka sayap-sayapku dan terbang menjelajah `Waktu'
lainnya, dua kali besarnya dari waktu yang pertama. Namun masih saja
aku belum sampai di tengah `tempat' yang aku tuju, dimana-mana hanya
terlihat kristal-kristal kecil dan mengkilap. Pada akhirnya, Allah
berkata kepadaku, ` Ya Jibril, sekarang mintalah untuk terbang dengan
Kekuatan-KU. " Lalu dengan Kekuatan Allah, aku bergerak dengan
kecepatan yang tidak akan pernah terbayangkan oleh manusia. Sampailah
aku di pertengahan `tempat ` itu. Aku melihat sebuah pohon berwarna
hijau dan seekor burung yang juga berwarna hijau bertengger disana.
Setiap detik burung itu terbang turun, kemudian mengambil sebutir
kristal, memakannya dan terbang kembali ke atas pohon. Akupun
bertanya,
'Ya Allah, apakah itu ? `
`Burung itu adalah kekasih-Ku Muhammad saw.'
`Dan apakah kristal-kristal itu ?'
`Setiap butir kristal itu adalah sebuah jagad raya yang berbeda-beda.
Muhammad adalah Nabi bagi seluruh jagad raya itu. Apa yang sedang
kamu lihat adalah Ciptaan-Ku yang tiada batas akhirnya. Dan Muhammad
saw adalah Nabi-Nabi mereka, Awliyanya adalah 124.000 awliya. Begitu
Nabi memakan butiran jagad raya itu, Akupun menciptakan yang baru,
dan hal itu tidak akan pernah berakhir.'

Itulah kebesaran Nabi kita, jangan pernah meremehkan kekuatan
beliau. Kadang ketika saya mengatakan apa yang saya dengar dari
Syaikh, saya menggunakan ` kata-kata yang menyilaukan' sehingga
membuat hati bahagia, namun dibalik itu ada ribuan dan ribuan
rahasia serta hikmah yang tiada batas dari Samudra Pengetahuan yang
tidak akan pernah berakhir. Kami tidak akan berhenti berbicara dan
pengetahuan itu tidak akan pernah ada akhirnya. Sebagaimana Ciptaan
Allah tidak pernah berakhir, pengetahuanpun tidak akan pernah
berakhir ; karena ilmu pengetahuan adalah Ciptaan Allah juga.

Pikiran kita adalah pikiran yang diciptakan. Dengan pikiran yang
terbatas, kalian tidak akan mampu memahami apa yang tidak terbatas.
Pikiran hanya terbatas pada pengetahuan yang dimilikinya. Kalian
tidak akan mampu memahami Tuhan dengan pikiran itu. Pikiran tidak
mungkin memahami Yang menciptakannya. Sesuatu yang diciptakan tidak
akan mampu memahami Penciptanya. Namun hati mampu.

Wa quli-r-ruhu min amri Rabbik. Firman Allah dalam Qur'an : "Ya Nabi,
katakan pada umatmu bahwa ruh dan jiwa berasal dari-Ku." Karena
itulah, kita mampu memahaminya. Pikiran dan tubuh berasal dari bumi
sedang ruh berasal dari Allah. Wa nafakhtu fihi min ruhi " Telah Aku
tiupkan Ruhku pada Adam." Itulah mengapa Tuhan memerintahkan iblis
untuk bersujud, bukan bagi tubuh Adam, namun bagi ruhnya, karena ruh
itu berasal dari Allah.

Jadi, dengan memusatkan diri melalui roh. kita bisa memahami
kearifan dan pengetahuan yang tersembunyi. Apakah penghalang antara
kita dalam menggunakan roh? yaitu ego kita. Saya menghadapi masalah
di Amerika ini, mereka selalu mengatakan,
" Kami telah diajari untuk bangga pada diri sendiri sejak kami kecil.
Untuk meninggikan ego kami." Saya katakan bahwa itu adalah senjata
setan yang paling merusak untuk menyerang kalian. Hal itu dibenarkan
bila kalian bangga karena melakukan sesuatu yang baik. Namun ego-pun
akan mengecoh kalian dengan senjata itu – kesombongan – agar kalian
jauh dari spiritualitas.

Seperti menatap sebuah cermin. Pecahkan cermin itu dalam hati kalian
dan jangan pernah lagi memandang diri sendiri pada cermin itu. Yang
nyata bukanlah gambaran yang ada di cermin, tapi yang diluar cermin.
Tanpa ego, kalian akan mencapai kenyataan hakiki.

Wa min Allah at-tawfiq bi hurmat al-Fatiha

Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Qubrusi al-Haqqani

29 August, 2008

Keistimewaan Bulan Ramadhan dan Doa-doa Pilihan

Bulan Ramadhan memiliki keutamaan dan keistimewaan yang besar. Semua amal soleh yang
dilakukan pada bulan ini akan mendapat balasan lebih banyak dan lebih baik. Oleh karena
itu kita sangat dianjurkan untuk memperbanyak amal kebajikan dan meninggalkan
kemaksiatan. Diantara keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan tersebut, disebutkan
dalam beberapa riwayat:

1. Ramadhan adalah bulan penuh berkah, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka
ditutup dan setan-setan pun dibelenggu. Pada bulan Ramadhan terdapat satu malam yang
nilainya lebih baik dari seribu bulan. Rasulullah SAW bersabda:

قَدْ جَاءَكُمْ رَمَضَانُ شَهْرٌمُبَارَكٌ افْتَرَضَ اللهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ تُفْتَحُ فَيْهِ أبْوَابُ الْجَنَّةِ وَيُغْلَقُ فَيْهِ أبْوَابُ
الْجَحِيْمِ وَتُغَلًّ فَيْهَ الشَّيَاطَيْنُ فَيْهِ لَيْلَةٌ خَيْرٌ مِنْ ألْفِ شَهْرٍ

Telah datang Bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, maka Allah mewajibkan kalian untuk
berpuasa pada bulan itu, saat itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup,
para setan diikat dan pada bulan itu pula terdapat satu malam yang nilainya lebih baik
dari seribu bulan. (HR. Ahmad)

2. Allah SWT membebaskan penghuni neraka pada setiap malam bulan Ramadhan. Rasulullah
SAW bersabda:

إذَا كَانَ أوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِرَمَضَانَ صُفِّدَتْ الشَّيَاطِيْنُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا
بَابٌ وَفُتِّحَتْ أبْوَابُ الجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِيْ مُنَادٍ يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ وَيَا بَاغِيَ الشَّرِّ أقْصِرْ
وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلُّ لَيْلَةٍ
Jika awal Ramadhan tiba, maka setan-­setan dan jin dibelenggu, pintu-pintu neraka
ditutup, tidak ada satu pintu pun yang dibuka. Sedangkan pintu-pintu surga dibuka, dan
tidak satu pintu pun yang ditutup. Lalu ada seruan (pada bulan Ramadhan); Wahai orang
yang menginginkan kebaikan, datanglah. Wahai orang yang ingin kejahatan, tahanlah
dirimu. Pada setiap malam Allah SWT memiliki orang-orang yang dibebaskan dari neraka.
(HR Tirmidzi)

3. Puasa bulan Ramadhan adalah sebagai penebus dosa hingga datangnya bulan Ramadhan
berikutya. Rasulullah SAW bersabda:

اَلصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمْعَةُ إلَى الْجُمْعَةِ وَرَمَضَاُن إلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاةٌ مَا بَيْنَهُنَّ إذَاجْتَنَبَ اْلكَبَائِرَ

Jarak antara shalat lima waktu, shalat jum’at dengan jum’at berikutnya dan puasa
Ramadhan dengan Ramadhan berikutnya merupakan penebus dosa-­dosa yang ada diantaranya,
apabila tidak melakukan dosa besar. (HR Muslim)

4. Puasa Ramadhan bisa menebus dosa-dosa yang telah lewat, dengan syarat puasanya
ikhlas. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa berpuasa dibulan Ramadhan karena Iman dan mengharap pahala dari Allah maka
akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari dan Muslim)

5. Barangsiapa memberi buka orang yang puasa maka mendapat pahala sebanyak pahala orang
puasa tersebut.

مَنْ فَطَرَ صَائِمًا كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أجْرِ الصَّا ئِمِ لَا يَنْقُصَ مِنْ أجْرِ الصَّائِمِ شَيْئٌ

Barangsiapa memberi perbukaan (makanan atau minuman) kepada orang yang berpuasa, maka
dia akan mendapat pahala seperti pahala orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi
sedikitpun pahala orang yang berpuasa tersebut. (HR Ahmad)

6. Sedekah yang paling baik adalah pada bulan Ramadhan.

أيُّ الصَّدَقَةِ أفْضَلُ؟ قَالَ صَدَقَةٌ فَيْ رَمَضَانَ

Rasulullah SAW pemah ditanya; Sedekah apakah yang paling mulia? Beliau menjawab: “Yaitu
sedekah dibulan Ramadhan.” (HR Tirmidzi)

7. Orang yang banyak beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan, maka dosa-­dosanya
diampuni oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيْمَا نًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Barangsiapa beribadah (menghidupkan) bulan Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala,
maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)

8. Doa orang yang berpuasa adalah mustajab Rasulullah SAW bersabda:

ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٍ ؛دَعْوَةُ الصَّائِمِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُوْمِ

Ada tiga macam doa yang mustajab, yaitu doa orang yang sedang puasa, doa musafir dan doa
orang yang teraniaya. (HR Baihaqi)

9. Puasa dan ِAl-Qur’an yang dibaca pada malam Ramadhan akan memberi syafaat kepada orang
yang mengerjakannya kelak dihari kiamat. Rasulullah SAW bersabda:

اَلصُّيَامُ وَاْلقُرْآنُ يَشْفَعَانِ لِلْعَبْدِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ يَقُوْلُ اَلصِّيَامُ أيْ رَبِّ مَنَعْتُهُُ الطَّعَامَ وَالشَّهَوَاتَ بِالنَّهَارِ
فَشَفِّعْنِى فَيْهِ وَيَقُوْلُ اْلقُرْآنُ مَنَعْتُهُ النَّوْمَ بِالَّيْلِ فَشَفِّعْنِي فِيْهِ قَالَ فَيُشَفِّعَانِ

Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat seorang hamba pada hari kiamat. Puasa
berkata: “Ya Rabbi, aku mencegahnya dari makan dan minum di siang hari”, ِAl-Qur’ an juga
berkata: “Aku mencegahnya dari tidur dimalam hari, maka kami mohon syafaat buat dia.”
Beliau bersabda: “Maka keduanya dibolehkan memberi syafaat.” (HR Ahmad)

10. Orang yang melaksanakan Umrah pada bulan Ramadhan maka mendapat pahala seperti
melakukan Haji. Rasulullah SAW bersabda:

فَإِنَّ عُمْرَةَ فِيْ رَمَضَانَ حَجَّةٌ

Sesungguhnya umrah dibulan Ramadhan sama dengan pahala haji. (HR Bukhari)

Doa-Doa Bulan Ramadhan

Bulan Ramadhan adalah bulan mulia, penuh berkah dan mustajab, maka kita sangat
dianjurkan banyak berdoa. Diantara doa-doa penting dibaca pada bulan Ramadhan adalah:

1. Doa Bulan Rajab dan Sya'ban Menyambut Ramadhan:

اَللَّهُمَّ باَرِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْناَ رَمَضَانَ

"Ya Allah, berkahilah kami dibulan Rajab dan Sya'ban dan pertemukan kami dengan bulan
Ramadhan." (HR Ahmad)

2. Doa Lailatul Qadr:

اَللَّهُمَّ إنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فاَعْفُ عَنَّا

Ya Allah, Sesungguhnya Engkau Dzat Maha Pengampun lagi Maha Pemurah, senang pada
ampunan, maka ampunilah kami, wahai Dzat yang Maha Pemurah. (HR Tirmidzi)

3. Doa Shalat Witir:

سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّْوْسِ

Maha Suci Engkau penguasa yang memiliki kesucian. (HR Nasai)

سُبُّوْحٌ قُدُّْوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلائِكَةِ وَالرُّوْحِ

Maha Suci Engkau Dzat yang memiliki kesucian, Tuhannya para Malaikat dan Ruh. (HR
Daruquthni)

4. Menjelang Berbuka Sebaiknya Membaca doa:

أشْهَدُ أنْ لاَإلَهَ إلاَّ اللهُ أسْتَغْفِرُ اللهُ أسْألُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

Saya bersaksi tidak ada Tuhan Selain Allah, Saya mohon ampun kepada Allah, Saya mohon
Ridha-Mu, Surga­Mu dan selamatkanlah saya dari neraka." Mu dan selamatkanlah saya dari
neraka.

5. Doa Buka Puasa

اَللَّهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أفْطَرْتُ ذَهَبَ الظَّمَاءُ وَابْتَلَّتْ العُرُوْقُ وَثَبَتَ اْلأجْرُ إنْ شَاءَ اللهُ

Ya Allah, Aku berpuasa hanya untuk-­Mu dan dengan rizki-Mu aku berbuka. Hilanglah rasa
haus, tenggorakan menjadz basah, semoga pahala ditetapkan, insya Allah." (HR Abu Dawud)

6. Jika Berbuka di Tempat Saudara dianjurkan mengucapkan:

أفْطَرَ عِنْدَكُمْ الصَّائِمُوْنَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمْ اْلأبْرَارَ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمْ الْمَلاَئْكَةُ

Telah berbuka di tempatmu orang-orang yang puasa. Orang-orang baik memakan makanan
kalian, dan para malaikat mendoakan kalian." (HR Abu Dawud)
.................................................................
KH A Nuril Huda
Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)

19 July, 2008

74 WASIAT UNTUK PARA PEMUDA

Segala puji bagi Allah yang berfirman:“Dan sungguh Kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertakwalah kepada Allah.” (An-Nisa’: 131)

Serta shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada hamba dan rasul-Nya
Muhammad yang bersabda:

“Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah , serta agar kalian mendengar dan patuh.”Dan takwa kepada Allah adalah mentaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.

Wa ba’du:
Berikut ini adalah wasiat islami yang berharga dalam berbagai aspek seperti ibadah, muamalah, akhlak, adab dan yang lainnya dari sendi-sendi kehidupan. Kami persembahkan wasiat ini sebagai peringatan kepada para pemuda muslim yang senantiasa bersemangat mencari apa yang bermanfaat baginya, dan sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman. Kami memohon kepada Allah agar menjadikan hal ini bermanfaat bagi orang yang membacanya ataupun mendengarkannya. Dan agar memberikan pahala yang besar bagi penyusunnya, penulisnya, yang menyebarkannya ataupun yang mengamalkannya. Cukuplah bagi kita Allah sebaik-baik tempat bergantung.

1. Ikhlaskanlah niat kepada Allah dan hati-hatilah dari riya’ baik dalam perkataan ataupun
perbuatan.

2. Ikutilah sunnah Nabi dalam semua perkataan, perbuatan, dan akhlak.

3. Bertaqwalah kepada Allah dan ber’azamlah untuk melaksanakan semua perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya.

4. Bertaubatlah kepada Allah dengan taubat nashuha dan perbanyaklah istighfar.

5. Ingatlah bahwa Allah senatiasa mengawasi gerak-gerikmu. Dan ketahuilah bahwa Allah
melihatmu, mendengarmu dan mengetahui apa yang terbersit di hatimu.

6. Berimanlah kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari akhir
serta qadar yang baik ataupun yang buruk.

7. Janganlah engkau taqlid (mengekor) kepada orang lain dengan buta (tanpa memilih dan
memilah mana yang baik dan yang buruk serta mana yang sesuai dengan sunnah/syari’at
dan mana yang tidak). Dan janganlah engkau termasuk orang yang tidak punya pendirian.

8. Jadilah engkau sebagai orang pertama dalam mengamalkan kebaikan karena engkau akan
mendapatkan pahalanya dan pahala orang yang mengikuti/mencontohmu dalam
mengamalkannya.

9. Peganglah kitab Riyadlush Shalihin, bacalah olehmu dan bacakan pula kepada keluargamu,
demikian juga kitab Zaadul Ma’ad oleh Ibnul Qayyim.

10. Jagalah selalu wudlu’mu dan perbaharuilah. Dan jadilah engkau senantiasa dalam
keadaan suci dari hadats dan najis.

11. Jagalah selalu shalat di awal waktu dan berjamaah di masjid terlebih lagi sahalat ‘Isya
dan Fajr (shubuh).

12. Janganlah memakan makanan yang mempunyai bau yang tidak enak seperti bawang
putih dan bawang merah. Dan janganlah merokok agar tidak membahayakan dirimu dan
kaum muslimin.

13. Jagalah selalu shalat berjamaah agar engkau mendapat kemenangan dengan pahala yang
ada pada shalat berjamaah tersebut.

14. Tunaikanlah zakat yang telah diwajibkan dan janganlah engkau bakhil kepada orangorang
yang berhak menerimanya.

15. Bersegeralah berangkat untuk shalat Jumat dan janganlah berlambat-lambat sampai
setelah adzan kedua karena engkau akan berdosa.

16. Puasalah di bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah
agar Allah mengampuni dosa-dosamu baik yang telah lalu ataupun yang akan datang.
17. Hati-hatilah dari berbuka di siang hari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar’i sebab
engkau akan berdosa karenanya.

18. Tegakkanlah shalat malam (tarawih) di bulan Ramadhan terlebih-lebih pada malam
lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah agar engkau
mendapatkan ampunan atas dosa-dosamu yang telah lalu.

19. Bersegeralah untuk haji dan umrah ke Baitullah Al-Haram jika engkau termasuk orang
yang mampu dan janganlah menunda-nunda.

20. Bacalah Al-Qur’an dengan mentadaburi maknanya. Laksanakanlah perintahnya dan jauhi
larangannya agar Al-Qur’an itu menjadi hujjah bagimu di sisi rabmu dan menjadi penolongmu
di hari qiyamat.

21. Senantiasalah memperbanyak dzikir kepada Allah baik perlahan-lahan ataupun
dikeraskan, apakah dalam keadaan berdiri, duduk ataupun berbaring. Dan hati-hatilah
engkau dari kelalaian.

22. Hadirilah majelis-majelis dzikir karena majelis dzikir termasuk taman surga.

23. Tundukkan pandanganmu dari aurat dan hal-hal yang diharamkan dan hati-hatilah
engkau dari mengumbar pandangan, karena pandangan itu merupakan anak panah beracun
dari anak panah Iblis.

24. Janganlah engkau panjangkan pakaianmu melebihi mata kaki dan janganlah engkau
berjalan dengan kesombongan/keangkuhan.

25. Janganlah engkau memakai pakaian sutra dan emas karena keduanya diharamkan bagi
laki-laki.

26. Janganlah engkau menyeruapai wanita dan janganlah engkau biarkan wanita-wanitamu
menyerupai laki-laki.

27. Biarkanlah janggutmu karena Rasulullah: “Cukurlah kumis dan panjangkanlah janggut.”
(HR. Bukhari Dan Muslim)

28. Janganlah engkau makan kecuali yang halal dan janganlah engkau minum kecuali yang
halal agar doamu diijabah.

29. Ucapkanlah "bismillah" ketika engkau hendak makan dan minum dan ucapkanlah
"alhamdulillah" apabila engkau telah selesai.

30. Makanlah dengan tangan kanan, minumlah dengan tangan kanan, ambillah dengan
tangan kanan dan berilah dengan tangan kanan.
31. Hati-hatilah dari berbuat kezhaliman karena kezhaliman itu merupakan kegelapan di hari
kiamat.

32. Janganlah engkau bergaul kecuali dengan orang mukmin dan janganlah dia memakan
makananmu kecuali engkau dalam keadaan bertaqwa (dengan ridla dan memilihkan makanan
yang halal untuknya).

33. Hati-hatilah dari suap-menyuap (kolusi), baik itu memberi suap, menerima suap ataupun
perantaranya, karena pelakunya terlaknat.

34. Janganlah engkau mencari keridlaan manusia dengan kemurkaan Allah karena Allah akan
murka kepadamu.

35. Ta’atilah pemerintah dalam semua perintah yang sesuai dengan syari’at dan doakanlah
kebaikan untuk mereka.

36. Hati-hatilah dari bersaksi palsu dan menyembunyikan persaksian.
“Barangsiapa yang menyembunyikan persaksiannya maka hatinya berdosa. Dan Allah maha
mengetahui apa yang kalian kerjakan.” (Al-Baqarah: 283)

37. “Dan ber amar ma’ruf nahi munkarlah serta shabarlah dengan apa yang menimpamu.”
(Luqman: 17) Ma’ruf adalah apa-apa yang diperintahkan oleh Allah dan rasul-Nya , dan munkar adalah apa apa yang dilarang oleh Allah dan rasul-Nya.

38. Tinggalkanlah semua hal yang diharamkan baik yang kecil ataupun yang besar dan
janganlah engkau bermaksiat kepada Allah dan janganlah membantu seorangpun dalam
bermaksiat kepada-Nya.

39. Janganlah engkau dekati zina. Allah berfirman: “Janganlah kalian mendekati zina.
Sesungguhnya zina itu adalah kekejian dan sejelek-jelek jalan.” (Al-Isra’:32)

40. Wajib bagimu berbakti kepada orang tua dan hati-hatilah dari mendurhakainya.

41. Wajib bagimua untuk silaturahim dan hati-hatilah dari memutuskan hubungan
silaturahim.

42. Berbuat baiklah kepada tetanggamu dan janganlah menyakitinya. Dan apabila dia
menyakitimu maka bersabarlah.

43. Perbanyaklah mengunjungi orang-orang shalih dan saudaramu di jalan Allah.

44. Cintalah karena Allah dan bencilah juga karena Allah karena hal itu merupakan tali
keimanan yang paling kuat.

45. Wajib bagimu untuk duduk bermajelis dengan orang shalih dan hati-hatilah dari
bermajelis dengan orang-orang yang jelek.

46. Bersegeralah untuk memenuhi hajat (kebutuhan) kaum muslimin dan buatlah mereka
bahagia.

47. Berhiaslah dengan kelemahlembutan, sabar dan teliti. Hatilah-hatilah dari sifat keras,
kasar dan tergesa-gesa.

48. Janganlah memotong pembicaraan orang lain dan jadilah engkau pendengar yang baik.

49. Sebarkanlah salam kepada orang yang engkau kenal ataupun tidak engkau kenal.

50. Ucapkanlah salam yang disunahkan yaitu "assalamualaikum" dan tidak cukup hanya
dengan isyarat telapak tangan atau kepala saja.

51. Janganlah mencela seorangpun dan mensifatinya dengan kejelekan.

52. Janganlah melaknat seorangpun termasuk hewan dan benda mati.

53. Hati-hatilah dari menuduh dan mencoreng kehormatan oarng lain karena hal itu termasuk
dosa yang paling besar.

54. Hati-hatilah dari namimah (mengadu domba), yakni menyampaikan perkataan di antara
manusia dengan maksud agar terjadi kerusakan di antara mereka.

55. Hati-hatilah dari ghibah, yakni engkau menceritakan tentang saudaramu apa-apa yang
dia benci jika mengetahuinya.

56. Janganlah engkau mengagetkan, menakuti dan menyakiti sesama muslim.

57. Wajib bagimu melakukan ishlah (perdamaian) di antara manusia karena hal itu
merupakan amalan yang paling utama.

58. Katakanlah hal-hal yang baik, jika tidak maka diamlah.

59. Jadilah engkau orang yang jujur dan janganlah berdusta karena dusta akan
mengantarkan kepada dosa dan dosa mengantarakan kepada neraka.

60. Janganlah engkau bermuka dua. Datang kepada sekelompok dengan satu wajah dan
kepada kelompok lain dengan wajah yang lain.

61. Janganlah bersumpah dengan selain Allah dan janganlah banyak bersumpah meskipun
engkau benar.

62. Janganlah menghina orang lain karena tidak ada keutamaan atas seorangpun kecuali
dengan taqwa.

63. Janganlah mendatang dukun, ahli nujum serta tukang sihir dan jangan membenarkan
(perkataan) mereka.

64. Janganlah menggambar gambar manuasia dan binatang. Sesungguhnya manusia yang
paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah tukang gambar.

65. Janganlah menyimpan gambar makhluk yang bernyawa di rumahmu karena akan
menghalangi malaikat untuk masuk ke rumahmu.

66. Tasymitkanlah orang yang bersin dengan membaca: "yarhamukallah" apabila dia
mengucapkan: "alhamdulillah"

67. Jauhilah bersiul dan tepuk tangan.

68. Bersegeralah untuk bertaubat dari segala dosa dan ikutilah kejelekan dengan kebaikan
karena kebaikan tersebut akan menghapuskannya. Dan hati-hatilah dari menunda-nunda.

69. Berharaplah selalu akan ampunan Allah serta rahmat-Nya dan berbaik sangkalah kepada
Allah .

70. Takutlah kepada adzab Allah dan janganlah merasa aman darinya.

71. Bersabarlah dari segala mushibah yang menimpa dan bersyukurlah dengan segala
kenikamatan yang ada.

72. Perbanyaklah melakukan amal shalih yang pahalanya terus mengalir meskipun engkau
telah mati, seperti membangun masjid dan menyebarakan ilmu.

73. Mohonlah surga kepada Allah dan berlindunglah dari nereka.

74. Perbanyaklah mengucapkan shalawat dan salam kepada Rasulullah.

Shalawat dan salam senantiasa Allah curahkan kepadanya sampai hari kiamat juga kepada
keluarganya dan seluruh shahabatnya.

(Diterjemahkan dari buletin berjudul 75 Washiyyah li Asy-Syabab terbitan Daarul Qashim
Riyadl-KSA oleh Abu Abdurrahman Umar Munawwir)

16 July, 2008

Makna Tauhid

Sesungguhnya kaidah Islam yang paling agung dan hakikat Islam yang paling besar; satu-satunya yang diterima dan diridloi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa untuk hamba-hamba Nya, yang merupakan satu-satunya jalan menuju kepada Nya, kunci kebahagiaan dan jalan hidayah, tanda kesuksesan dan pemelihara dari berbagai perselisihan, sumber semua kebaikan dan nikmat, kewajiban pertama bagi seluruh hamba, serta kabar gembira yang dibawa oleh para rasul dan para nabi adalah IBADAH HANYA KEPADA ALLAH Subhaanahu Wa Ta'aalaa SEMATA TIDAK MENYEKUTUKANNYA, bertauhid dalam semua keinginannya terhadap Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, bertauhid dalam urusan penciptaan, perintah-Nya dan seluruh asma (nama-nama) dan sifat-sifat Nya. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu” (QS An Nahl: 36)

baca selanjutnya


وما أرسلنا من قبلك من رسول إلا نوحي إليه أنه لا إله إلا أنا فاعبدون
Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya: “Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku”. (QS Al Anbiyaa’ : 25)

وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS At Taubah: 31)

فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ(2)أَلاَ لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ
“Maka sembahlah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik).” (QS Az Zumar: 2-3)

وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan keta`atan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus”(QS Al Bayyinah: 5)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Orang yang mau mentadabburi keadaan alam akan mendapati bahwa sumber kebaikan di muka bumi ini adalah bertauhid dan beribadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa serta taat kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya semua kejelekan di muka bumi ini; fitnah, musibah, paceklik, dikuasai musuh dan lain-lain penyebabnya adalah menyelisihi Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam dan berdakwah (mengajak) kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Orang yang mentadabburi hal ini dengan sebenar-benarnya akan mendapati kenyataan seperti ini baik dalam dirinya maupun di luar dirinya.” (Majmu’ Fatawa 15/25)

Karena kenyataannya demikian dan pengaruhnya-pengaruhnya yang terpuji ini, maka syetan adalah makhluk yang paling cepat (dalam usahanya) untuk menghancurkan dan merusaknya. Senantiasa bekerja untuk melemahkan dan membahayakan tauhid itu. Syetan lakukan hal ini siang malam dengan berbagai cara yang diharapkan membuahkan hasil.

Jika syetan tidak berhasil (menjerumuskan ke dalam) syirik akbar, syetan tidak akan putus asa untuk menjerumuskan ke dalam syirik dalam berbagai kehendak dan lafadz (yang diucapkan manusia). Jika masih juga tidak berhasil maka ia akan menjerumuskan ke dalam berbagai bid’ah dan khurafat. (Al Istighatsah, karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah hal 293, lihat Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayyaan, hal 4)

Setiap dakwah Islam yang baru muncul tidak dibangun di atas tauhid yang murni kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan tidak menempuh jalan yang telah dilalui oleh para salaful ummah yang shalih, maka akan tersesat hina dan gagal, meski dikira berhasil, tidak sabar ketika berhadapan dengan musuh, tidak kokoh dalam al haqq dan tidak kuat berhadapan (dengan berbagai rintangan).

Kita saksikan banyak contoh-contoh dakwah yang dicatat dalam sejarah berbicara kenyataan yang menyedihkan ini dan akhir yang buruk. Dakwah-dakwah yang berlangsung bertahun-tahun, yang telah mengorbankan nyawa dan harta kemudian berakhir dengan kebinasaan.

Namun seorang mu’min yang yakin dengan janji Allah yang pasti benar, tidak akan putus asa dan menjadi kendor, tidak akan gentar menghadapi berbagai cobaan dan tidak akan menerima jika sekian banyak percobaan-percobaan itu berlangsung silih berganti tanpa ada manfaat yang diambil atau jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. (Sebagaimana hadits dari sahabat Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari (no 6133) dan Imam Muslim (no 2998) serta Imam Ahmad dalam Musnadnya (2/379)

Sudah ada teladan dan contoh yang paling bagus pada diri Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

لقد كان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن كان يرجو الله واليوم
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat. (QS Al Ahzaab: 21)

Inilah manhaj pertama dari Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam dalam berdakwah kepada tauhid, memulai dengan tauhid dan mendahulukan tauhid dan semua urusan yang dianggap penting. (Diringkas dari Muqaddimah Fathul Majiid tahqiq DR Walid bin Abdurrahman bin Muhammad Ali Furayyaan, hal 2-6)

فضل التوحيد
(KEUTAMAAN TAUHID)

Berbicara tentang keutamaan tauhid sebenarnya terkandung unsur kewajiban untuk bertauhid. Sebab “tidak berarti bahwa adanya keutamaan pada sesuatu berarti bahwa sesuatu itu tidak wajib, karena keutamaan merupakan hasil atau buah yang ditimbulkan. Seperti sholat jama’ah yang telah jelas keutamaannya dalam hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam:

صلاة الجماعة أفضل من صلاة الفذ بسبع وعشرين درجة
“Shalat jama’ah lebih utama daripada shalat sendiri, dua puluh tujuh derajat.” (HR Imam Bukhari [Kitab Adzan, bab Keutamaan Shalat Jama’ah] dan Imam Muslim (Kitab Al Masajid [masjid-masjid], Bab Keutamaan Shalat Jam’ah) Keutamaan yang ada pada shalat jama’ah ini tidak berarti bahwa shalat jama’ah ini tidak wajib.

Jadi tidak selalu berarti bahwa ketika kita berbicara tentang keutamaan tauhid berarti tauhid itu tidak wajib, sebab tauhid adalah kewajiban yang paling pertama. Tidak mungkin suatu amal akan diterima tanpa tauhid. Tidak mungkin seorang hamba bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tanpa tauhid. Sekaligus bahwa tauhid juga memiliki keutamaan.

Faidah tauhid sangat banyak, diantaranya:

1. Tauhid adalah penopang utama yang memberikan semangat dalam melakukan ketaatan kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa; sebab orang yang bertauhid akan beramal untuk dan karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik ketika ia sendiri maupun ketika bersama orang banyak. Sedangkan orang yang tidak bertauhid, misalnya seperti orang yang riya`, ia hanya akan bersedekah, shalat dan berdzikir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa kalau ada orang yang melihatnya. Oleh karena itu sebagian ulama salaf mengatakan: Sesungguhnya saya sangat ingin bertaqarrub kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan melakukan ketaatan yang hanya diketahui oleh Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2. Orang-orang yang bertauhid akan mendapatkan ketenangan dan petunjuk, sebagaimana firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa:

الذين ءامنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم الأمن وهم مهتدون
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan: “Mereka adalah orang-orang yang memurnikan ibadah hanya kepada Nya semata yang tidak ada sekutu bagi Nya, dan mereka tidak menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sedikitpun dalam berbagai hal. Mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan pada hari Qiamat dan mendapatkan petunjuk di dunia dan akhirat.”

Syekh Muhammad bin Sholeh Al Utsaimin –hafizhalullah- mengatakan: Firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (Wahum Muhtaduun; dan merekalah orang-orang yang mendapatkan hidayah) maksudnya di dunia, (mendapatkan hidayah) menuju syari’at Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan ilmu dan amal. Mendapat hidayah dengan ilmu adalah hidayah irsyaad, sedangkan mendapat hidayah dengan amal adalah hidayah taufiq. Mereka juga mendapatkan hidayah di akhirat menuju surga. Hidayah di akhirat ini, untuk orang-orang yang zhalim (mereka mendapatkan hidayah) jalan menuju neraka jahim, sebaliknya untuk orang-orang yang tidak zhalim mendapat hidayah jalan menuju surga (yang penuh kenikmatan). Banyak diantara ulama tafsir yang mengatakan tentang firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ) mereka adalah orang-orang yang mendapatkan rasa aman: Rasa aman itu di akhirat sedangkan hidayah itu di dunia. Pendapat yang lebih tepat bahwa rasa aman dan hidayah itu bersifat umum, baik di dunia maupun di akhirat.”

Ketika ayat ini turun dirasakan berat oleh para sahabat -radliyallaahu 'anhum-. Mereka mengatakan: “Siapakah diantara kita yang tidak menzholimi dirinya sendiri ?” Kemudian Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam menjelaskan: “Maksud ayat tersebut bukan seperti yang kalian kira, yang dimaksud zholim dalam ayat tersebut adalah syirik, tidakkah kalian mendengar perkataan lelaki yang sholeh, Luqman:

إن الشرك لظلم عظيم
“Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang sangat besar.” (QS Luqman: 13)

Ada beberapa jenis zholim:

1) Zholim yang paling besar yaitu syirik dalam hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri, dengan tidak memberikan haknya, seperti orang yang berpuasa dan tidak berbuka, orang yang shalat malam terus dan tidak tidur.

3) Zholim yang dilakukan seseorang terhadap orang lain, misalnya memukul, membunuh, mengambil harta dan lain-lain.

Jika tidak ada kezholiman maka akan terwujud keamanan. Namun apakah keamanan yang smepurna ?

Jawabannya: jika imannya sempurna dan tidak dicampuri ma’shiyat maka akan terwujud rasa aman yang mutlak (sempurna), jika iamnnya tidak sempurna maka yang akan terwujud adalah rasa aman yang kurang juga.

Contohnya: Orang yang melakukan dosa besar. Ia akan aman dari ancaman tinggal kekal di neraka, tetapi tidak aman dari adzab yang akan menimpa dirinya, tergantung kehendak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa (apakah diampuni atau di adzab?). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء

Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (QS An Nisaa` ayat 116)

Ayat ini (QS Luqman ayat 13) Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa nyatakan sebagai pemutus antara Nabi Ibrahim 'alaihis salaam dengan kaumnya ketika beliau mengatakan kepada mereka:

وكيف أخاف ما أشركتم ولا تخافون أنكم أشركتم بالله ما لم ينزل به عليكم سلطانا فأي الفريقين أحق بالأمن إن كنتم تعلمون

Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah), padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujjah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui?” (QS Al An’am: 81)

Kemudian Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

الَّذِينَ ءامَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الأَْمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS Al An’aam ayat 82)

الشرك
SYIRIK
Pembatal ke-Islaman seseorang yang paling besar adalah syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Oleh karena itu kita temukan dalam al Qur`an Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa mengingatkan kita (agar menjauhkan) syirik, orang-orang yang melakukan syirik dan akibat yang akan mereka rasakan, dalam banyak ayat. Lafadz syirik dan bentukannya disebutkan berulang-ulang dalam al Qur`an lebih dari 160 kali. Demikian juga dalam sunnah, kita temukan sangat banyak hadits-hadits Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam yang menjelaskan bahayanya.



PENGERTIAN SYIRIK

Menurut bahasa: Syirik adalah sebuah kata yang digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang terjadi antara dua orang atau lebih.

Menurut istilah syar’i: Syirik kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa maksudnya menjadikan sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, baik dalam rububiyahnya ataupun uluhiyahnya, tetapi istilah syirik lebih sering digunakan untuk syirik dalam uluhiyahnya.

Atau: menyamakan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dengan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam hal-hal yang menjadi hak Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.



HUKUM SYIRIK

Syirik adalah larangan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang paling besar. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat An Nisaa` ayat 36:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.”

Syirik juga merupakan perbuatan haram yang pertama (harus ditinggalkan). Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Al An’aam ayat 151:

قُلْ تَعَالَوْا أَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ أَلاَّ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَلاَ تَقْتُلُوا أَوْلادَكُمْ مِنْ إِمْلاَقٍ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ وَلاَ تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ وَلاَ تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلاَّ بِالْحَقِّ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ

“Katakanlah: “Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu oleh Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan sesuatu dengan Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa, dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan. Kami akan memberi rezki kepadamu dan kepada mereka; dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar". Demikian itu yang diperintahkan oleh Tuhanmu kepadamu supaya kamu memahami (nya).”



PENGGUNAKAN KATA SYIRIK

Jika anda mendapat istilah syirik dalam buku aqidah maka maksudnya bisa berarti syirik akbar atau syirik ashghar. Maka anda jangan menghina orang-orang yang mendakwahkan tauhid bahwa mereka selalu menghukumi segala sesuatu dengan syirik. Fahamilah setiap ungkapan pada tempatnya yang tepat.

Oleh karena itu anda perlu mengetahui bahwa syirik dalam pengertian syar’I digunakan untuk tiga makna:

1. Meyakini ada sekutu bagi Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam kekuasaan, rububiyah, mencipta, memberi rizqi dan mengatur alam. Siapa yang meyakini bahwa ada orang yang mengatur alam ini dan mengatur seluruh urusannya, maka ia telah menyekutukan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam rububiyah dan telah kafir kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Dalil-dalil (argumen-argumen) yang menunjukkan bathilnya keyakinan akan adanya dzat lain selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang memiliki hak rububiyah sangat banyak dan begitu jelas, baik dalil yang bisa kita saksikan dari alam ini maupun dalil sam’i (al Qur`an dan as Sunnah). Diantaranya firman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam surat Saba` ayat 22:

قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ لا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَوَاتِ وَلاَ فِي الأَْرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ

Katakanlah: “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah, mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrahpun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu sahampun dalam (penciptaan) langit dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya”.

Syirik jenis ini tidak terjadi pada semua orang kafir di zaman Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam. Sebagian mereka meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa adalah pencipta dan pengatur alam. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman:

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالأَْرْضَ وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”, maka betapakah mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar). (QS Al Ankabut: 61)

وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ نَزَّلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَحْيَا بِهِ الأَْرْضَ مِنْ بَعْدِ مَوْتِهَا لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لاَ يَعْقِلُونَ

“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menurunkan air dari langit lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?" Tentu mereka akan menjawab: "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah", tetapi kebanyakan mereka tidak memahami (nya).” (QS Al Ankabut: 63)

2. Meyakini adanya dzat selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang bisa memberikan manfaat atau madlarat, dzat ini merupakan perantara antara Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan makhluq, maka sebagian jenis ibadah ditujukan padanya. Inilah yang dinamakan syirik dalam uluhiyyah. Syirik inilah yang banyak dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Mereka mengatakan tentang sembahan mereka

مَا نَعْبُدُهُمْ إِلاَّ لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
(mereka berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya”. (QS Az Zumar: 3)

Inilah keyakinan yang tersebar di kalangan mereka, sebagaimana friman Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam surat Ghafir ayat 12:

ذَلِكُمْ بِأَنَّهُ إِذَا دُعِيَ اللَّهُ وَحْدَهُ كَفَرْتُمْ وَإِنْ يُشْرَكْ بِهِ تُؤْمِنُوا فَالْحُكْمُ لِلَّهِ الْعَلِيِّ الْكَبِيرِ
“Yang demikian itu adalah karena kamu kafir apabila Allah saja yang disembah. Dan kamu percaya apabila Allah dipersekutukan, maka putusan (sekarang ini) adalah pada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.”

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menceritakan keadaan mereka dalam surat Shaad: 4-5

وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ () أَجَعَلَ الآْلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ عُجَابٌ

Dan mereka heran karena mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (rasul) dari kalangan mereka; dan orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak berdusta”. Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.

Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menceritakan bahwa tauhid kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dan meninggalkan syirik adalah sebab diutusnya para rasul. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Ar Ra`d ayat 36:

قُلْ إِنَّمَا أُمِرْتُ أَنْ أَعْبُدَ اللَّهَ وَلَا أُشْرِكَ بِهِ إِلَيْهِ أَدْعُو وَإِلَيْهِ مَآبِ
“Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali”.

Syirik akan merusak dan menghapus semua amal dan hal ini berlaku pada seluruh umat. Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa berfirman dalam surat Az Zumar ayat 65:

وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: "Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.”

Oleh karena itu Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa memerintahkan (hamba-hamba Nya) untuk beribadah kepada Nya dan melarang menyekutukan (syirik kepada) Nya dalam banyak ayat:

وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا
“Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun.” (QS An Nisaa` ayat 36)

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اُعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, (QS An Nahl ayat 36)

أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَابَنِي ءَادَمَ أَنْ لاَ تَعْبُدُوا الشَّيْطَانَ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ () وَأَنِ اعْبُدُونِي هَذَا صِرَاطٌ مُسْتَقِيمٌ

“Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu”. dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus.” (QS Yasiin ayat 60-61)

3. Mempertimbangkan (dapat perhatian, pujian dan lain-lain) dari selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa dalam perkataan maupun perbuatan. Adapun mempertimbangkan perhatian atau pujian dalam perbuatan seperti riya yang dilakukan oleh orang yang rajin ibadah, misalnya ketika shalat, ia panjangkan berdiri, ruku’ dan sujudnya kemudian ia tampakkan kekhusyu’annya di hadapan orang banyak, ketika ia puasa, ia tampakkan bahwa dirinya sedang puasa, misalnya dengan mengatakan: “Apa anda tidak tahu bahwa hari ini Senin (atau Kamis) ?” “Apa anda tidak puasa ?” Atau ia katakan: “Hari ini saya undang anda untuk berbuka puasa bersama ?” Demikian pula haji dan jihad. Ia pergi haji dan jihad tetapi tujuannya riya`.

Riyanya orang-orang yang cinta dunia seperti orang yang angkuh dan sombong ketika berjalan, memalingkan mukanya atau menggerakkan kendaraannya dengan gerakan khusus.

Riya` dengan teman atau orang yang berkunjung ke rumahnya, seperti orang yang memaksakan diri meminta seorang ‘alim atau seorang yang dikenal ahli ibadah untuk datang ke rumahnya agar dikatakan bahwa fulan telah mengunjungi rumahnya, atau sebaliknya ia kunjungi mereka (orang-orang ‘alim dan ahli ibadah) agar dikatakan bahwa kami telah mengunjungi fulan atau kami telah bertemu dengan ‘alim fulan dan yang lainnya.

Sedang riya dengan perkata yang dilakukan oleh orang-orang ahli agama seperti orang yang memberikan nasehat di majlis-majlis, kemudian ia menghafal hadits-hadits dan atsar-atsar khusus untuk acara-acara tertentu agar bisa berbicara dan debat dengan orang-orang, sehingga tampak di hadapan mereka bahwa ia memiliki pengetahuan tentang hal-hal tersebut, tampak di hadapan mereka bahwa ia memiliki ilmu yang kuat dan perhatian yang besar terhadap keadaan ulama-ulama salaf, tetapi ketika kita lihat di rumahnya bersama keluarganya, ia adalah orang jauh dari keadaan tersebut. Contoh lain adalah menggerak-gerakkan kedua bibir untuk berdzikir di hadapan orang banyak dan menampakkan kemarahan terhadap kemunkaran di hadapan orang, tetapi ketika ia berada di rumah ia tidak mengingkari atau lalai melakukan hal tersebut.

Semua perbuatan ini mengurangi kesempurnaan tauhid dan ikhlas.

Sangat banyak dalil-dalil yang menunjukkan tercelanya perbuatan ini, diantaranya adalah hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Sa’id al Khudri, ia berkata: Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

ألا أخبركم بما هو أخوف عليكم عندي من المسيح الدجال ؟ قال: قلنا: بلى, قال: الشرك الخفي أن يقوم الرجل يصلي فيزين صلاته لما يرى من نظر رجل.

“Maukah kalian saya beritahu tentang perbuatan yang bagi saya itu lebih saya takuti daripada Al Masih Ad Dajjal? Kami katakan: Ya,” Ia berkata: “Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: “Syirik khafiyy (yang tersembunyi) yaitu seseorang mengerjakan shalat kemudian ia perbaiki shalatnya karena ia mengetahui ada orang yang melihatnya.” (Menurut Syaikh Al Albani rahimahullah hadits ini hasan. Shahih Sunan Ibni Majah 2/310 hadits no 3389).

Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam juga bersabda:

من سمع سمع الله به ومن راءى راءى الله به
“Siapa yang memperdengarkan amalnya maka Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa akan memperdengarkan (aibnya) dan siapa yang riya` maka Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa akan akan menampakkan (aibnya pada hari Qiamat.”



MACAM-MACAM SYIRIK

Para ulama berbeda pendapat dalam mengungkapkan pembagian syirik meski intinya tidak terlepas dari tiga penggunaan kata syirik yang telah dibahas di atas. Namun pembagian yang merangkum semuanya bisa kita katakan bahwa syirik terbagi menjadi dua:

1. Syirik Akbar.

Syirik ini terbagi menjadi dua:

1) Syirik yang berkaitan dengan dzat Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa atau syirik dalam rububiyah Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa. Syirik ini terbagi lagi menjadi dua:

(1) Syirik dalam ta’thil, seperti syirik yang dilakukan oleh Fir’aun dan orang-orang atheis.

(2) Syirik yang dilakukan oleh orang yang menjadikan sembahan lain selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa tetapi tidak menafikan asma (nama-nama), sifat-sifat dan rububiyah Nya, seperti syirik yang dilakukan oleh orang-orang Nashrani yang menjadikan Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa sebagai salah satu dari tiga Tuhan (trinitas).

2) Syirik yang berkaitan dengan ibadah kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa atau syirik dalam uluhiyyah. Syirik ini ada empat jenis:

(1) Syirik dalam berdo’a; yaitu berdo’a kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

(2) Syirik dalam niat, keinginan dan kehendak. Beramal karena ditujukan kepada selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa menyebabkan pahalanya hilang.

(3) Syirik dalam keta’atan; yaitu seorang hamba taat kepada makhluk dalam perbuatan ma’shiyat kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

(4) Syirik dalam mahabbah; yaitu seorang hamba mencintai makhluk seperti cintanya kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

2. Syirik Ashghar.

Syirik Ashghar terbagi menjadi dua:

1) Yang Zhahir (tampak);

- mengerjakan amal dengan riya`. Melakukan perbuatan untuk selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa yang zhahir (tampak)nya untuk Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, tetapi dalam hatinya tidak ikhlas karena Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa.

- dengan ucapan, seperti bersumpah dengan selain Allah Subhaanahu Wa Ta'aalaa, perkataan: Ma Syaa Allah wa Syi`ta.

2) Yang Khafiyy (samar);

Yaitu sesuatu yang kadang-kadang, terjadi dalam perkataan atau perbuatan manusia tanpa ia sadari bahwa itu adalah syirik. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Ibnu Abbas -radliyallaahu 'anhuma- bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda:

الشرك فى أمتي أخفى من دبيب النمل على الصفا
“Syirik bagi umatku lebih halus (samar) dari pada barjalannya semut di atas batu yang licin (hitam).” (Hadits ini dishahihkan oleh Syekh Al Albani dalam Shahih Al Jami’ Ash Shaghir, hadits no 3730 dan 3731)

Karena begitu halusnya syirik ini sehingga para sahabat bertanya pada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bagaimana caranya terhindar dari syirik ini? Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda: Katakanlah (Bacalah) oleh kalian semua

اللهم إنا نعوذبك من أن نشرك بك شيئا نعلمه ونستغفرك لما لا نعلمه

“Ya Allah, kami berlindung kepada Mu dari perbuatan (kami) menyekutukan Mu dengan sesuatu yang kami ketahui dan kami memohon ampunan kepada Mu dari sesuatu yang tidak kami ketahui.” (HR Imam Ahmad 4/403 dan Ath Thabrani dalam Mu’jam Kabir dan Ausathnya sebagaimana dikatakan oleh Al Haitsami 10/223-224. Al Haitsami mengatakan: Rawi-rawinya Imam Ahmad adalah rawi-rawi shahih selain Abu Ali dan ia dianggap tsiqah oleh Ibnu Hibban).

(Disarikan dari buku Syarh Nawaqidhit tauhiid, tulisan Syekh Abu Usamah Hasan bin Ali Al ‘Awaji, Maktabatul Liinah, cet pertama, 1993-1413)

penulis :Ridwan Hamidi, Lc

sumber : http://www.van.9f.com/tauhid.htm

28 April, 2008

7 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari akhirat

Abu Hurairah ra telah meriwayatkan bahawa Rasulullah SAW telah bersabda:
” Terdapat 7 golongan yang akan mendapat lindungan arasyNya pada hari yang tiada lindungan melainkan lindungan daripadaNya. Pemimpin yand adil; pemuda yang masanya dihabiskan untuk beribadah kepada Allah SWT; seseorang yang hatinya terpaut pada masjid; 2 lelaki yang berkasih sayang dan bertemu dan berpisah kerana Allah SWT; lelaki yang digoda oleh perempuan cantik dan berpengaruh untuk melakukan maksiat tetapi dia menolak dengan mengatakan Aku Takutkan Allah; seseorang yang bersedekah dan menyembunyikannya sehinggakan tangan kanannya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kirinya; dan seseorang yang mengingati Allah ketika bersendirian sehinggakan mengalir air matanya kerana Allah SWT.” Riwayat Muslim


1. Pemimpin (imam) yang adil.
Setiap yang dipertanggungjawabkan akan dipersoalkan kembali kelak. Maka bergembiralah kepada mana-mana peminpin yang dapaat berlaku adil. Pemimpin di sini termasuklah seorang suami yang memimpin isteri dan anak-anak. Seorang isteri yang memimpin anak-anaknya dan sebagainya.

2. Pemuda yang membesar dalam ibadah kepada Allah.

Naungan Ilahi ini juga dijanjikan kepada lelaki dan perempuan yang sentiasa hidup dalam ibadah kepada Allah. Sentiasa menyedari bahawa Allah melihat segala perbuatannya. Di mana segalanya di bawah kawalan dan naungan Ilahi.

3. Lelaki yang hatinya sentiasa rindukan (teringat-ingatkan) rumah Allah.

Begitu jua bagi lelaki yang hatinya sentiasa rindukan rumah Allah. Tertunggu-tunggu setiap masa untuk beribadah di dalamnya. Baik untuk sembahyang wajib

lima waktu setiap hari dan untuk ibadah lain.
4. Dua orang lelaki yang cinta mencintai kerana Allah bertemu dan berpisah kerana ALLAH.

Dalam satu hadis Rasulullah bersabda: “Allah telah mengutuskan malaikat kepada seorang lelaki semasa dalam perjalanan untuk menziarahi saudaranya kerana Allah”. Lalu malaikat bertanya: “Nak kemana?” Dijawab: “Aku mahu menziarah saudara ku… … ..” Tanya malaikat lagi: Untuk apa?” lelaki itu menjawab: Tiada apa-apa tujuan.” Ditanya lagi: “Apa hubungan dengan kamu?” Lalu dijawab oleh lelaki itu:” Tiada apa-apa hubungan.” Ditanya lagi: ” Apa budinya kepada kamu?” Dijawab:”Tiada apa-apa pun.” Ditanya lagi:” Apa tujuannya?” Lelaki itu menjawab:
” Aku mencintainya kerana Allah.” Berkata malaikat: sesungguhnya Allah telah mengutusku kepada mu untuk memberitahu bahawa kerana kecintaanmu kepadanya maka ALLAH telah mengizinkan kamu memasuki syurgaNYA.” (Riwayat Muslim)

Perasaan sayang dan kasih terhadap orang lain bukan kerana ada tujuan lain. Bukan untuk memikat anak gadisnya atau hartanya, sebaliknya hanya mengharap keredhaan Ilahi. Hanya kerana Allah hubungan ini dieratkan.

5. Lelaki apabila mengingati ALLAH bersendirian menitis airmatanya.

Hadirnya perasaan takut kepada ALLAH walaupun bersendirian sehingga menitis airmatanya. Ianya bukan saja-saja tetapi hadir dari hati yang menginsafi kebesaran ALLAH.
6. Seorang lelaki yang dirangsang oleh seorang perempuan berdarjat lagi cantik untuk berzina, lalu ia berkata: “Tidak! Aku takutkan ALLAH” (inni akhofullah)

Sesiapa yang takut untuk berbuat kesalahan, takut kepada ALLAH dan azab api neraka akan sentiasa mendapat perlindungan dari-NYA.

7. Lelaki yang bersedekah dan tidak pula dimegah-megahkannya.

Pemberian yang mengharapkan balasan dari Ilahi tidak akan diperbesar-besarkan. sebaliknya akan dilakukan secara tersembunyi. Sehingga digambarkan seolah-olah tangan yang kiri tidak mengetahuinya apa yang disedekahkan oleh tangan kanan. Lupakan kebaikan dan pemberian kita, sebaliknya banyak mengingatkan kesilapan dan kesalah diri kita terhadap ALLAH dan orang lain.
Rebutlah peluang ini, jadilah orang yang beruntung di akhirat. Tiada yang mustahil untuk kita lakukan. Jadilah hambaNYa yang ikhlas dan redha atas segala yang berlaku. Semoga kita semua tergolong dalam golongan orang yang mendapat perlindunganNYA selalu.

sumber :
http://www.dakwah.info/index.php/Kajian-Hadith/7-golongan-yang-akan-mendapat-lindungan-arasyNya-pada-hari-akhirat.html

15 April, 2008

Memilih pemimpin menurut Islam

1.Beraqidah yang bersih dari syirik, khurafat, tahayyul serta percaya atau menggantungkan diri kepada jin, syetan dan dukun. Juga penganun mazhab ahli sunnah wal jamaah yang tekun dengan manhaj salafus shalih.

2.Minimal dia seorang muslim yang baik, tidak pernah tinggal shalat wajib 5 waktu, tidak pernah tinggalkan puasa Ramadhan, tidak pernah lupa atau pura-pura lupa bayar zakat dan pernah pergi haji bila mampu.

3.Fasih membaca Al-Quran Al-Karim dan tahu bahwa Al-Quran Al-Karim adalah sumber dari segala sumber hukum. Sehingga tidak ada hukum baginya kecuali yang berdasarkan Al-Quran Al-Karim. Maka setiap masalah selalu dirujuknya kepada kitab dari Allah SWT ini.
Kalau pemimpin negara ini baca Al-Quran Al-Karim saja tidak becus, maka kita harus sadar bahwa kiamat sudah dekat. Jadi bukan sekedar senyum-senyum membuka MTQ.


4.Tahu batas halal dan haram yang bentuknya adalah penerapan dalam diri, keluarga dan lingkungannya. Sehingga degnan mudah dia bisa membedakan mana praktek haram dan mana halal.
Untuk itu dia harus dekat dengan para ulama bukan untuk meminjam lidah mereka demi kepentingan pribadinya, melainkan untuk duduk bersimpuh mengaji dan belajar syariat Islam secara seksama.


5.Tidak pernah mencuri, berzina, minum khamar, berjudi, menipu rakyat, makan uang negara, manipulasi, korupsi, kolusi dan tidak makan uang riba. Karena itu dia tidak punya account di bank ribawi.

6.Menegakkan selalu amar makruh dan nahi mungkar dalam setiap kesempatan. Sebab sebagai penguasa, di tangannya ada kekuatan. Bila tidak dimanfaatkannya untuk amar makruf nahi mungkar, maka dia harus bertanggung-jawab di akhirat.

7.Siap menerima teguran kapan dan dimana saja, tidak pura-pura pergi dinas atau malah shopping keluar negeri bila ada masalah yang menuntut penangan yang cepat. Juga tidak mengorbankan anak buah bila menghadapi masalah, tetapi secara jantan berani menyatakan mundur sebab itu menunjukkan bahwa dirinya masih punya urat malu. Tidak seperti gaya para pemimpin yang ada di sekeliling kita sekarang ini.

8.Tidak menggunakan fasilitas negara untuk masalah yang bersifat pribadi atau pun kepentingan di luar negara secara langsung. Sebab semua fasilitas negara itu adalah amanat yang harus dipertanggung-jawabkan di akhirat nanti.

9.Tidak akan makan atau mengisi perutnya sebelum yakin bahwa semua rakyatnya sudah makan. Tidak pernah berani tidur malam hari sebelum yakin rakyatnya tentram dan sejahtera. Dan tidak enak-enakan berpesta sebelum anak yatim terjamin masa depannya atau pun fakir miskin punya sumber rezeki yang jelas.

10.Cinta kepada ilmu pengetahuan dan menggratiskan semua bentuk sekolah dan fasilitas pendidikan. Tidak ada istilah sekolah atau kuliah itu bayar, yang ada justru para siswa dan mahasiswa itu dibayar oleh negara.

11.Tidak menjual aset negara ini kepada pihak asing, sebab negeri ini sudah demikian kaya dan sebenarnya berlimpah dengan uang. Semua demi kepentingan anak bangsanya, bukan demi kepentingan penguasanya.

12.Bersikap adil kepada semua pemeluk agama dan memberikan jaminan dan hak-hak mereka untuk bisa hidup dengan damai di bawah jaminan dirinya. Tetapi bersikap tegas bila terjadi kecurangan dan pelanggaran antara sesama pemeluk agama.

13.Tidak turun dari jabatannya sebelum menghukum semua koruptor baik di masa lalu maupun di masa jabatannya. Sebab membiarkan koruptor berkeliaran sama saja memberikan izin syetan untuk berpesta. Dan sama saja dengan kita tidak punya negara.

14.Tidak memberikan ruang gerak sedikitpun kepada para penjahat, maling, rampok untuk bisa melakukan aksinya kembali sebelum dipotong tangannya sesuai dengan syariat Islam. Demikian juga dengan para pezina, peminum khamar dan pembunuh. Meski yang melakukannya adalah anak kandungnya sendiri.

15.Memanfaatkan jabatannya ini untuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT, bukan untuk cari kekayaan baik buat diri, keluarga atau kroni.

16.Bercita-cita untuk bisa mati dalam keadaan syahid. Karena itu satu-satunya
pilihan

sumber


terkait : Memilih Pemimpin Gaya Rasulullah

09 April, 2008

Harta dalam Islam

Dalam kehidupan dunia, kita dikelilingi oleh hal-hal atau benda-benda yang kita klaim sebagai milik kita. Keluarga, rumah, pekerjaan, panca indera, harta, ilmu pengetahuan, keahlian, dan lain sebagainya, semua kita sebut sebagai milik kita. Tapi benarkah itu semua milik kita? Sejak kapan semua itu menjadi milik kita?

Memang, berbagai perangkat keduniaan semisal surat-surat resmi bisa menjadi bukti bahwa keluarga, pekerjaan, tanah, dan sebagainya itu adalah milik kita, namun status kepemilikan kita adalah pemilik nisbi. Pemilik mutlak dari segala sesuatu hanyalah Allah SWT. Bahkan, diri kita yang lemah ini pun adalah milikNya.
Hal ini sering dilupakan oleh kita. Kita sering lupa bahwa kita bukanlah pemilik mutlak, sampai-sampai kita bersikap seolah-olah kitalah pemilik sepenuhnya segala hal yang kita anggap milik kita. Sehingga, kita memperlakukannya sesuai dengan selera dan nafsu duniawi kita, bukan disesuaikan dengan keinginan sang pemilik mutlak, yaitu Allah SWT.

Hal itu juga terjadi pada harta. Kita sering lupa bahwa ia hanyalah titipan dari Allah SWT. Di balik itu sebenarnya ada tanggung jawab, ada amanah, bahkan ada sebagian darinya milik orang lain yang harus kita salurkan kembali.

Kala pertama kali menyebarkan Islam di Makkah, salah satu misi Nabi Muhammad SAW adalah memberantas sikap ketergantungan kepada materi yang menjangkiti masyarakat Arab pada waktu itu. Mereka begitu terlena dalam pusaran materialisme hingga sikap dan pandangan hidup mereka senantiasa diwarnai cara pandang materialistis.

Itu menjadi salah satu sebab mengapa dakwah Rasulullah SAW tidak mendapatkan perhatian sebagaimana mestinya. Mereka tidak peduli kepada dakwah Rasulullah SAW bukan karena apa yang beliau sampaikan tidak masuk akal atau karena Rasulullah SAW adalah orang yang tidak bisa dipercaya, tetapi karena Rasulullah SAW bukan dari golongan kaya, dimana kala itu Klan Hasyim, keluarga Rasulullah, sedang menurun pamornya. Kaum kafir Makkah hanya ingin mendengarkan kata-kata dari mereka yang berharta. Jadi, begitu kuat pesona harta benda hingga ia mampu menutup cahaya Ilahi (hidayah).

Oleh karenanya, ada beberapa hal yang mesti dicamkan oleh umat Islam dalam menyikapi harta benda, yaitu :

Pertama, harta adalah anugerah dari Allah yang harus disyukuri. Tidak semua orang mendapatkan kepercayaan dari Allah SWT untuk memikul tanggung jawab amanah harta benda. Karenanya, ia harus disyukuri, sebab jika mampu memikulnya, pahala yang amat besar menanti.

Kedua, harta adalah amanah dari Allah yang harus dipertanggungjawabk an. Setiap kondisi, entah baik atau pun buruk, yang kita alami sudah menjadi ketentuan dari Allah SWT, dan mesti kita hadapi secara baik sesuai dengan keinginan yang memberi amanah. Harta benda yang dititipkan kepada kita juga demikian. Di balik harta melimpah, ada tanggung jawab dan amanah yang mesti ditunaikan. Harta yang tidak dinafkahkan di jalan Allah akan menjadi kotor, karena telah bercampur bagian halal yang merupakan hak pemiliknya dengan bagian haram yang merupakan hak kaum fakir, miskin, dan orang-orang yang kekurangan lainnya. Firman Allah SWT dalam surah at-Taubah (9) ayat 103, "ÙAmbillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Ketiga, harta adalah ujian. Yang jadi ujian bukan hanya kemiskinan, tetapi kekayaan juga merupakan ujian. Persoalannya bukan pada kaya atau miskin, tetapi persoalannya adalah bagaimana menghadapinya. Kedua kondisi itu ada pada manusia, yang tujuannya dibalik itu cuma satu, yaitu Allah ingin mengetahui siapa yang terbaik amalannya. Bagi yang berharta, tentunya, ada kewajiban-kewajiban yang mesti dilakukan terhadap harta itu.

Keempat, harta adalah hiasan hidup yang harus diwaspadai. Allah SWT menciptakan bagi manusia banyak hiasan hidup. Keluarga, anak, dan harta benda adalah hiasan hidup. Dengannya, hidup menjadi indah. Namun, patut disadari bahwa pesona keindahan hidup itu sering menyilaukan hingga membutakan mata hati dan membuat manusia lupa kepadaNya, serta lupa kepada tujuan awal penciptaan hiasan itu. Semua itu sebenarnya merupakan titipan dan ujian. Allah SWT berfirman di dalam surah At-Taghabun (64) ayat 15, "Sesungguhnya harta dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu). Di sisi Allah-lah pahala yang besar."

Kelima, harta adalah bekal beribadah. Tujuan penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Karenanya, segenap perangkat duniawi, baik yang materil maupun yang non materil, tercipta sebagai sarana yang bisa digunakan manusia untuk beribadah. Kekayaan adalah salah satu sarana ibadah. Ia bukan hanya menjadi ibadah kala dinafkahkan di jalan Allah, ia bahkan sudah bernilai ibadah kala manusia dengan ikhlas mencari nafkah untuk keluarganya dan selebihnya untuk kemaslahatan umat. Jika harta dipergunakan sebaik-baiknya, pahala yang amat besar menanti. Namun jika tidak, siksa Allah amatlah pedih.

Di atas terlihat bahwa Islam begitu menekankan harta benda sebagai kepemilikan yang tidak terpusat pada satu atau segolongan orang. Namun, itu tidak bisa dipahami bahwa Islam mengabaikan sama sekali hak individu untuk menikmati harta yang telah diusahakannya dengan susah payah. Allah SWT berfirman di dalam Al-Quran, surah Al-Isra (17) ayat 29, "Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya sehingga kamu menjadi tercela dan menyesal."

Demikianlah, semoga kita tergolong orang-orang yang pandai menyikapi harta benda sesuai dengan ketentuanNya. Aamiin. [Swadaya-032008]

URL : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=508

23 March, 2008

Hati Mulia

Isteri Umar bin Abdul Aziz, Fatimah binti Abdul Malik, sangat terkejut menyaksikan perubahan suaminya yang serta-merta. Sebelum menjadi Khalifah, beliau hidup biasa saja dengan jabatan-jabatan penting yang disandangnya. Setelah menjadi Khalifah, bukan saja tidak mau tinggal di istana kerajaan, bahkan beliau tidak mengambil gaji dari jabatannya itu. Beliau menyambung hidup hanya dari hasil sepetak tanah yang dibelinya dengan uang sendiri.

Sebagai anak bekas kepala Negara, Fatimah banyak mempunyai barang-barang emas dan perhiasan yang mahal-mahal. Oleh Umar, semua barang-barang itu disuruhnya agar dikembalikan ke Baitul Mal.

"Engkaukan tahu, wahai Fatimah," kata Umar, "Emas permata yang engkau miliki ini diambil oleh bapakmu dari harta kaum muslimin dan diberikannya kepada engkau. Aku tidak suka permata-permata itu berada di rumahku, bersamaku. Maka engkau boleh memilih, apakah engkau akan mengembalikannya ke Baitul Mal atau izinkan aku menceraikan engkau."

"Demi Allah, aku memilih engkau daripada barang-barang ini walaupun harganya berganda-ganda, " jawab Fatimah. Lalu dikembalikannya semua barang-barang emas dan perhiasannya ke Baitul Mal dengan tenang.

"Apakah yang menyebabkan engkau berbuat seperti ini?" tanya Fatimah suatu hari.

"Aku mempunyai nafsu yang senantiasa ingin kelebihan. Sebelum aku menjadi gubernur, aku ingin menjadi gubernur, lalu tercapai. Setelah menjadi gubernur, aku diangkat menjadi wazir. Setelah menjadi wazir, aku diangkat menjadi Khalifah. Setelah diangkat menjadi khalifah, aku ingin yang lebih tinggi lagi," kata Umar bin Abdul Aziz.

"Apalagi yang engkau inginkan?" tanya Fatimah keheranan, karena tidak ada jabatan yang lebih tinggi lagi selain menjadi pemimpin Negara.

"Aku ingin syurga," jawab Umar. Fatimah menangis tatkala mendengar cita-cita suaminya yang mulia itu.

Ketika Umar bin Abdul Aziz wafat, saudara lelaki Fatimah, Yazid, diangkat menjadi Khalifah. Lalu Yazid ingin memulangkan barang emas Fatimah yang diserahkan ke Baitul Mal dulu. Akan tetapi dengan tegas Fatimah berkata, "Tidak, demi Allah, selama ini aku selalu mentaatinya ketika beliau masih hidup dan tidak akan mendurhakainya setelah beliau wafat. Aku tidak memerlukan perhiasan itu."

Sungguh mulia sikap Fatimah dan suaminya itu. Tapi di negeri kita, saat ini, adakah para pejabat dan keluarganya yang memiliki sikap seperti Umar bin Abdul Aziz dan Fatimah binti Abdul Malik? Wallahu a'lam

penulis :R. Khathir

20 March, 2008

Dakwah Via SMS Gratis

Untuk 6000 Pengguna HP (Handphone)
Diantara sarana Dakwah yang strategis, praktis dan efisien sejalan
dengan perkembangan iptek dan sarana informasi adalah program Layanan SMS
(Short Message Service).

Untuk itu, kami insya Allah berniat meluncurkan program Dakwah Via SMS
Gratis, yang berisi pesan-pesan dakwah, taushiyah dan mutiara hikmah
dan akan kami kirimkan secara periodik kepada 6000 pengguna HP
(Handphone).



Bagi Saudara/Saudari yang mempunyai rekanan, saudara, colega dan kawan
yang memehuhi kriteria di bawah, mohon kiranya agar berkenan
mengirimkan no hp dan nama mereka kepada kami ke email : dakwah@alsofwah.or.id
atau info@alsofwah.or.id



Ketentuan peserta :

Program ini terbuka untuk kaum Muslimin dengan kriteria :

1.. Memiliki semangat untuk memahami ilmu Syar'i.
2.. Mempunyai kepedulian dan perhatian pada perkembangan dan kemajuan
dakwah.
3.. Belum mengetahui www.alsofwah.or.id (diutamakan).
Semoga program ini berjalan sesuai dengan rencana dan bermanfaat bagi
kaum muslimin.


Contact Person:

Husnul Yaqin Arba'in

E-mail: dakwah@alsofwah.or.id

Telp. (021)78836327 Hp. 085218964670/ 08886167615

07 March, 2008

BERSEGERA DALAM BERAMAL

Segala puji bagi Allah subhanahu wata'ala yang kepunyaan-Nya apa-apa
yang ada di langit dan di bumi dan bagi-Nya segala puji di Akhirat. Dia
Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui.

Sesungguhnya manusia diciptakan untuk beramal, kemudian ia akan
dibangkitkan pada hari Kiamat nanti untuk mendapatkan balasan atas amal-nya
itu. Ia tidak diciptakan untuk bermain-main lantas ditinggalkan begitu
saja tanpa ada pertanggungjawaban. Orang bahagia ialah orang yang bisa
memberikan simpanan kebaikan untuk pribadinya yang didapat di sisi Allah
subhanahu wata'ala. Dan orang celaka adalah orang yang memberikan
kejelekan untuk pribadinya, akibatnya adalah kerugian dan kesengsaran.

Perhatikanlah amal perbuatan kalian dan beritrospeksilah pada diri
kalian sebelum datangnya ajal. Sesungguhnya ajal adalah ujung dari amal
kalian dan merupakan awal pembalasan atas amal-amal kalian. Maut itu
sangat dekat dan kalian tidak mengetahui kapan ia datang. Uban merupakan
salah satu tanda yang mengingatkan kematian, maka bersiap-siaplah
untuknya. Dan kematian teman dan rekan merupakan tanda akan dekatnya kematian
seseorang.

Oleh karena itu berusahalah untuk mengingat kematian dan beramallah
untuk kehidupan sesudah kematian, yakni kehidupan yang akan kalian datangi
dan akan kalian tempati, Janganlah kalian menyibukkan diri dan lupa
darinya dengan melakukan hal-hal yang bisa menjadikan kalian pergi
meninggalkannya. Jangan sampai anda tertipu dengan banyaknya angan-angan,
akhirnya kalian lupa akan datangnya kematian. Berapa banyak orang
berangan-angan kemudian tidak kesampaian. Berapa banyak orang yang mendapati
waktu pagi, lantas ia tidak mendapati tenggelamnya matahari di sore
harinya. Dan berapa banyak orang yang memasuki waktu malam, namun ia tidak
mendapati pagi harinya. Dan berapa banyak orang yang berharap (ketika
menjelang wafat) agar ditangguhkan sebentar supaya bisa memperbaiki apa
yang telah ia rusak dan ia sia-siakan, maka dikatakanlah padanya,"tidak
bisa", "tidak mungkin", sesungguhnya harapanmu telah hilang, dan
kamipun telah mengingatkanmu sebelum hal ini terjadi, dan kami juga telah
memberitahukan kepadamu bahwa pada sa'at ini tidak ada waktu dan tempat
lagi bagimu untuk kembali". Allahsubhanahu wata'ala berfirman, artinya,
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari meng-ingat Allah. Barangsiapa yang berbuat
demikian, maka mereka itulah orang-o-rang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian
dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian
kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata,"Ya Rabbku, mengapa
Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang
menyebabkan aku dapat bersede-kah dan aku termasuk orang-orang yang
shalih". Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang
apabila datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan." (QS. al-Munafiqun: 9-11)


Sesungguhnya amal setiap manusia akan berakhir ketika ajalnya tiba,
akan tetapi di sana ada amalan-amalan yang manfa'at dan pahalanya akan
terus mengalir, meskipun pelakunya telah meninggal dunia, seperti
wakaf-wakaf kebaikan, wakaf pohon-pohonan yang bermanfaat atau yang berbuah,
membangun masjid, madrasah-madrasah, dan anak cucu yang shalih, dan juga
mengajarkan ilmu yang manfa'at dan menulis buku-buku yang berfaidah. Di
dalam hadits shahih dari Abu Hurairah [rodhiyallahu 'anhu] bahwa
Rosululloh subhanahu wata'ala bersabda, "Jika seorang anak adam meninggal,
maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara, yaitu: Shadaqah jariyah,
Ilmu yang manfa'at, Anak yang shalih, yang berdo'a bagi orang tuanya".
(HR. Muslim).


Hadits ini menunjukkan terputusnya amal seseorang karena kematian, dan
kehidupan di dunia ini hanya sementara dan merupakan tempat untuk
beramal.

Maka sebagai orang Islam sudah seharusnya takut, jangan sampai lupa
mati dan menyia-nyiakan waktu. Dan bersegera melakukan ketaatan-ketaatan
sebelum datang kematian, tidak mengakhirkannya sampai waktu yang
terkadang tidak ia dapati. Banyak sekali nash-nash dari ayat atau hadits yang
menganjurkan untuk bersegera dan berlomba-lomba dalam mengerjakan
ketaatan dan kebaikan.

Hadits di atas juga menunjukkan pengecualian tiga perkara yang akan
bermanfaat bagi pemiliknya, meskipun telah meningal dunia, tiga perkara
itu adalah:

- Shadaqah jariyah


Para ulama telah menjelaskan bahwa shadaqah jariyah adalah wakaf
kebaik-an, seperti wakaf tanah, wakaf masjid, madrasah,tempat tinggal, sawah,
mus-haf, buku -buku yang berfaidah dan lain sebagainya. Ini adalah
amalan yang utama yang bisa ia lakukan bagi dirinya untuk kehidupan
akhirat. Dan hal ini bisa dikerjakan oleh orang yang berilmu dan juga orang
awam.

- Ilmu yang bermanfa'at


Hal ini bisa dilakukan oleh orang yang berilmu, yakni dengan
menyampai-kan ilmu-ilmu agama kepada masyara-kat, baik secara lisan maupun
tulisan, seperti menulis buku-buku keagamaan. Orang awam juga bisa ikut
andil, yakni dengan mencetak buku-buku tersebut atau membelinya, kemudian
membagi-nya atau mewakafkannya. Maka di dalam hadits ini terdapat anjuran
yang sangat untuk belajar agama, mengajarkannya, serta menyebarkan
buku-buku agama, sehingga masyakat bisa mengambil manfa'at darinya, baik
ketika ia masih hidup atau sudah wafat.

- Anak yang shalih


Do'a anak atau cucu, baik laki-laki atau perempuan akan bermanfa'at
bagi orang tuanya. Begitu juga shadaqah atau haji yang diniatkan untuk
orang tua mereka. Bahkan do'anya teman baik anak-anak mereka juga akan
bermanfaat bagi orang tua mereka. Tidak jarang seseorang mendo'akan orang
yang telah berbuat baik kepadanya dengan mengatakan, "Semoga Allah
subhanahu wata'ala merahmati orang tua kalian dan mengampuni dosa-dosanya".


Di dalam hadits di atas juga terdapat anjuran untuk menikah agar
mendapatkan anak yang shalih dan juga terdapat larangan untuk membatasi
keturunan. Dalam hadits ini juga terdapat anjuran untuk mendidik anak agar
menjadi anak yang shalih, generasi yang shalih bagi bapaknya, mendoakan
mereka setelah kematian mereka.

Namun sungguh sangat disayangkan banyak sekali masyarakat yang
menye-pelekan masalah pendidikan anak ini. Mereka tidak perduli dengan
pendidikan agama, membiarkan anak-anaknya meninggalkan kewajiban dan melakukan
yang diharamkan agama, seperti meninggalkan shalat, mengumbar aurat,
dan syahwat atau yang lainnya yang menyebabkan rusaknya agama ini. Akan
tetapi jika anaknya merusak sedikit saja dari hartanya, maka dengan
serta merta mereka melakukan tindakan, dan memarahi anaknya.

Bertakwalah kalian wahai para orang tua kepada Allah subhanahu wata'ala
dalam mendidik anak, agar mereka menjadi simpanan berharga bagi
kalian, dan tidak menjadi penyebab kerugian dan penghalang yang bisa
membahayakan kalian. Ketahuilah sesungguhnya mendidik anak agar baik itu tidak
datang begitu saja, kita harus memberikan sebab-sebab dan sarana
pendukungnya dan bersabar, serta mengarahkan pada kebaikan dan menjauhkan
mereka dari kemungkaran.

Hadits ini juga menunjukkan atas disyari'atkannya seorang anak berdo'a
untuk orang tuanya, di samping do'a pribadi mereka, baik di dalam
shalat atau di luar shalat. Dan ini termasuk perbuatan baik kepada orang tua
yang akan tetap berlaku, meskipun orang tua mereka telah wafat. Semua
yang disebutkan ini merupakan kandungan dari ayat al-Qur'an, artinya,
"Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa
yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan".
(QS. Yasin :12)


Karena sesuatu yang mereka kerjakan itu artinya perbuatan yang mereka
lakukan langsung ketika mereka hidup di dunia, amal baik atau amal
buruk. Sedangkan bekas-bekas yang mereka tinggalkan artinya sesuatu yang
timbul sesudah kematian mereka akibat amal perbuatan mereka semasa hidup,
yang baik atau yang buruk. Ada tiga perkara (amalan) yang bekasnya akan
sampai kepada pelakunya, meskipun ia telah meningal dunia, yaitu:


1. Hal-hal yang dilakukan orang lain disebabkan ajakan dia atau arahan
dia sebelum kematiannya.
2. Hal-hal yang memberi manfa'at bagi orang lain, yang ia lakukan
sebelum kematiannya, seperti wakaf bangunan atau tanah.
3. Hal-hal yang dikerjakan oleh orang yang masih hidup dan dihadiahkan
kepada mayit, seperti do'a, shadaqah atau amal baik yang lainnya.


Ibnu Majah telah meriwayatkan sebuah hadits, yang artinya, "Orang
mu'min akan menemukan balasan beberapa amal baiknya setelah kema-tiannya, di
antaranya: Ilmu yang ia sebarkan, Anak shalih yang ia tinggal-kan,
Mushaf yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah yang ia bangun untuk
ibnu sabiil, Saluran irigasi yang ia buat, Shadaqah yang ia keluarkan
semasa hidupnya".


Bersungguh-sungguhlah kalian -semoga Allah subhanahu wata'alamerahmati
kalian - untuk melakukan sebab-sebab yang bermanfa'at, dan mendahulukan
amal-an-amalan yang bermanfa'at, yang pahalanya tetap mengalir setelah
kalian wafat. Allahsubhanahu wata'ala berfirman, artinya, "Harta dan
anak-anak adalah perhiasaan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang
kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih
baik untuk menjadi harapan". (QS. 18:46)

(Oleh : Ibnu Thayyib Maksudi)
Sumber: Dialihbahasakan dari buletin berbahasa arab, Dr. Solih bin
Fauzan al-Fauzan, Riyadh, Saudi Arabia).

sumber :http://www.alsofwah.or.id/?pilih=lihatannur&id=470


03 March, 2008

Etika Pergaulan Menurut Islam

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

Pergaulan adalah salah satu cara seseorang untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bergaul dengan orang lain menjadi satu kebutuhan yang sangat mendasar, bahkan bisa dikatakan wajib bagi setiap manusia yang 'masih hidup' di dunia ini. Sungguh menjadi sesuatu yang aneh atau bahkan sangat langka, jika ada orang yang mampu hidup sendiri. Karena memang begitulah fitrah manusia. Manusia membutuhkan kehadiran orang lain dalam kehidupannnya.

Tidak ada makhluk yang sama seratus persen di dunia ini. Semuanya diciptakan Allah berbeda-beda. Meski, ada persamaan, tapi tetap semuanya berbeda. Begitu pula halnya dengan manusia. Lima milyar lebih manusia di dunia ini memiliki ciri, sifat, karakter, dan bentuk khas. Karena perbedaan itulah, maka sangat wajar ketika nantinya dalam bergaul sesama manusia akan terjadi banyak perbedaan sifat, karakter, maupun tingkah laku. Allah menciptakan kita dengan segala perbedaannya sebagai wujud keagungan dan kekuasaanNya.

Maka dari itu, janganlah perbedaan menjadi penghalang kita untuk bergaul atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar kita. Anggaplah itu merupakan hal yang wajar, sehingga kita dapat menyikapi perbedaan tersebut dengan sikap yang wajar dan adil. Karena bisa jadi, sesuatu yang tadinya kecil, tetapi karena salah menyikapi, akan menjadi hal yang besar. Itulah perbedaan. Tak ada yang dapat membedakan kita dengan orang lain, kecuali karena ketakwaannya kepada Allah SWT (QS. Al-Hujurat [49] : 13).

Perbedaan bangsa, suku, bahasa, adat, dan kebiasaan menjadi satu paket ketika Allah menciptakan manusia, sehingga manusia dapat saling mengenal satu sama lainnya. Sekali lagi, tak ada yang dapat membedakan kecuali ketakwaannya.

Untuk itu, ada beberapa hal yang perlu kita tumbuhkembangkan agar pergaulan kita dengan sesama muslim menjadi sesuatu yang indah sehingga mewujudkan ukhuwah Islamiyah. Tiga kunci untuk mewujudkannya yaitu ta'aruf, tafahum, dan ta'awun. Inilah tiga kunci utama yang harus kita lakukan dalam pergaulan.



***


Ta'aruf

Apa jadinya ketika seseorang tidak mengenal orang lain? Mungkinkah mereka akan saling menyapa? Mungkinkah mereka akan saling menolong, membantu, atau memperhatikan? Atau, mungkinkah ukhuwah Islamiyah akan dapat terwujud?

Begitulah, ternyata ta'aruf atau saling mengenal menjadi sesuatu yang wajib ketika kita akan melangkah keluar untuk bersosialisasi dengan orang lain. Denga ta'aruf, kita dapat membedakan sifat, kesukuan, agama, kegemaran, karakter, dan semua ciri khas pada diri seseorang.

Tak berlebihan, jika kemudian ada yang mengatakan, "Tak kenal maka tak sayang." Bagaimana kita akan menyayangi orang lain, jika kita tidak mengetahui orang itu. Oleh Karena itu, jika tak kenal maka ta'aruf. Jika kita belum mengenal, maka berkenalanlah.


***


Tafahum

Memahami, merupakan langkah kedua yang harus kita lakukan ketika kita bergaul dengan orang lingkungan. Setelah kita mengenal seseorang, pastikan kita tahu juga semua yang ia sukai dan yang ia benci. Inilah bagian terpenting dalam pergaulan. Dengan memahami, kita dapat memilah dan memilih siapa yang yang harus menjadi teman bergaul kita dan siapa yang harus kita jauhi, karena mungkin sifatnya yang jahat. Sebab, agama kita akan sangat ditentukan oleh agama teman dekat kita. Masih ingat, "Bergaul dengan orang shalih itu ibarat bergaul dengan penjual minyak wangi, yang selalu memberi aroma yang harum setiap kita bersama dengannya. Sedangkan bergaul dengan yang jahat ibarat bergaul dengan tukang pandai besi yang akan memberikan bau asap besi ketika kita bersamanya."

Tak dapat dipungkiri, ketika kita bergaul bersama dengan orang-orang shalih, akan banyak sedikit membawa kita menuju kepada keshalihan. Dan begitu juga sebaliknya, ketika kita bergaul dengan orang yang akhlaknya buruk, pasti akan membawa kepada keburukan perilaku (akhlakul majmumah).


***


Ta'awun

Setelah mengenal dan memahami, rasanya ada yang kurang jika belum tumbuh sikap ta'awun (saling menolong). Karena inilah sesungguhnya yang akan menumbuhkan rasa cinta pada diri seseorang kepada kita. Bahkan Islam sangat menganjurkan kepada umatnya untuk saling menolong dalam kebaikan dan takwa. Rasulullah SAW telah mengatakan bahwa bukan termasuk umatnya orang yang tidak peduli dengan urusan umat Islam yang lain.


***


Ta'aruf, tafahum, dan ta'awun telah menjadi bagian penting yang harus kita lakukan. Tapi, semua itu tidak akan ada artinya jika dasarnya bukan ikhlas karena Allah. Ikhlas harus menjadi sesuatu yang utama, termasuk ketika kita mengenal, memahami, dan saling menolong. Selain itu, tumbuhkan rasa cinta dan benci karena Allah. Karena cinta dan benci karena Allah akan mendatangkan keridhaan Allah dan seluruh makhlukNya. Wallahu a'lam bishshawab. [Swadaya-022008]

penulis : Taufik Ismail, Lc.

sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=498

20 January, 2008

Mencermati Kepemimpinan Rasulullah SAW

"Sesungguhnya terdapat dalam diri Rasul teladan yang baik bagi yang mengharapkan (ridha) Allah dan ganjaran di hari kemudian." (QS. Al-Ahzab : 21).

Keteladanan Rasulullah dalam memimpin tak diragukan lagi. Tindak-tanduk dan sepak terjang beliau dalam memimpin merupakan cermin pribadi mulia. Sebagai sosok pemimpin, beliau selalu mengedepankan nilai akhlak. Tataran ini kerap menjadi panutan generasi di masa dan sesudahnya.

Tataran akhlak yang ditampilkan Rasulullah bukan saja menjadi perisai kepribadian, melainkan juga mampu meluluhkan kekerasan hati siapa pun yang memusuhinya. Itulah sebabnya, Rasulullah dapat dikategorikan sebagai manusia istimewa. Keistimewaaan ini merupakan muara penyebarluasan rahmat bagi alam semesta.

Keistimewaan yang ada dalam diri Rasulullah dapat kita selusuri dari rangkaian ayat-ayat Al-Qur'an. Pada Al-Qur'an, kita temukan para nabi sebelum nabi Muhamad SAW selalu diseru oleh Allah SWT dengan nama-nama mereka, "Ya Adam..., Ya Musa..., Ya Isa..., dan sebagainya.

Tetapi terhadap nabi Muhamad SAW, Allah sering memanggilnya dengan panggilan kemuliaan, seperti "Ya ayyuhan Nabi..., Ya ayyuhar Rasul..., atau memanggilnya dengan panggilan-pangilan mesra, seperti "Ya ayyuhal muddatstsir, atau ya ayyuhal muzzammil (wahai orang yang berselimut). "

Kalau pun ada ayat yang menyebut namanya, nama tersebut dibarengi dengan gelar kehormatan. Perhatikan firman Allah dalam Al-Qur'an surat Ali Imran : 144, Al-Ahzab : 40, Al-Fath : 29, dan Al-Shaff : 6.

Dalam kaitan ini dapat dipahami mengapa Al-Qur'an berpesan kepada kita pada saat memanggil nama Rasul jangan seenaknya. "Janganlah kamu menjadikan panggilan kepada Rasul di antara kamu, seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian yang lain..." (QS. An-Nur : 63).

Keistimewaan lain yang dapat dipaparkan berkaitan dengan pola kepemimpinan Rasululluh. Pertama, pemimpin yang zuhud. Gambaran ini dapat kita simak dari salah satu riwayat, Rasulullah bersabda, "Tuhanku telah menawarkan kepadaku dengan menukar bukit-bukit di Mekkah menjadi emas. Tetapi aku mengatakan kepadaNya : Ya Allah, aku lebih suka makan sehari dan lapar pada hari berikutnya, jika aku dalam keadaan lapar, maka aku akan mengingatMu. Dan jika aku dalam keadaan kenyang, maka aku pun dapat memujiMu serta bersyukur atas nikmat-nikmatMu. "

Kedua, pemimpin yang amanah dan profesional. Rasulullah pernah bersabda bahwa pemimpin adalah pelayan umat. Sikap amanah dan profesional Rasulullah ini diikuti oleh khalifah Abu Bakar. Sebelum menjadi khalifah, Abu Bakar RA adalah seorang pedagang kain, beliau selalu sibuk dengan dagangannya itu. Setelah beliau baru dilantik menjadi khalifah, pada esok harinya dengan membawa beberapa helai kain di tangannya, beliau berjalan menuju pasar untuk berjualan seperti biasa.

Ketika itu beliau berjumpa dengan sahabat Umar RA. Umar bertanya kepadanya, "Mau pergi ke mana engkau?" Abu Bakar RA menjawab, "Saya akan pergi ke pasar." Lalu Umar berkata lagi, "Jika kamu menyibukan diri dalam perdagangan di pasar, maka siapakah yang akan menjalankan tugas-tugas khalifah?"

Kemudian Abu Bakar menjawab, "Lalu bagaimana saya harus membiayai keluarga saya?" Umar berkata, "Marilah kita menjumpai Abu Ubaidah RA (Julukan Rasululllah sebagai penjaga amanah Baitul Mal) agar ia menentukan uang gajimu." Keduanya pun menjumpai Abu Ubaidah RA lalu ditetapkan tunjangan gaji bagi Abu Bakar sama dengan yang biasa diberikan kepada seorang Muhajirin, tidak kurang dan tidak lebih.

Pada suatu hari, istrinya berkata kepada Abu Bakar RA, "Saya ingin membeli sedikit manisan." Abu Bakar menjawab, "Saya tidak memiliki uang yang cukup untuk membelinya." Istrinya berkata, "Jika engkau ijinkan, saya akan mencoba untuk menghemat uang belanja kita sehari-hari, sehingga saya dapat membeli manisan itu." Akhirnya Abu Bakar pun menyetujuinya.

Maka mulai saat itu, istri Abu Bakar menabung sedikit demi sedikit uang belanja mereka setiap hari. Beberapa hari kemudian, uang itu pun terkumpul untuk membeli makanan yang diinginkan oleh istrinya. Setelah uang itu terkumpul, istrinya menyerahkan uang itu kepada suaminya untuk dibelikan bahan makanan tersebut.

Namun Abu Bakar berkata, "Nampaknya dari pengalaman ini, ternyata uang tunjangan yang kita peroleh dari Baitul Mal itu melebihi keperluan kita." Lalu Abu bakar RA mengembalikan lagi uang yang sudah dikumpulkan oleh istrinya itu ke Baitul Mal. Dan sejak hari itu, uang tunjangan beliau telah dikurangi sejumlah uang yang dapat dihemat oleh istrinya.

Ketiga, Nabi SAW pemimpin yang dicintai Allah. Ada perbedaan yang signifikan antara sikap Allah terhadap kepemimpinan Nabi SAW dengan kepemimpinan Nabi-nabi sebelumnya. Perbedaan sikap itu dapat kita temukan dari beberapa ayat Al-Qur'an. Salah satu contoh. Nabi Musa AS Bermohon kepada Allah menganugerahkan kepadanya kelapangan dada, serta memohon agar Allah memudahkan segala persoalannya. "Wahai Tuhanku, lapangkanlah dadaku dan mudahkanlah untukku urusanku." (QS. Thaha : 25-26).

Sedangkan Nabi Muhamad SAW memperoleh anugerah kelapangan dada tanpa mengajukan permohonan. Perhatikan firman Allah dalam surat Alam Nasyrah, "Bukankah kami telah melapangkan dadamu?" (QS. Alam Nasyrah : 1).

Akhirnya, mencermati keistimewaan Rasulullah sebagai pemimpin, seharusnya kita dapat memetik hikmah dari beliau dan diterapkan dalam kehidupan keseharian. [Swadaya-122007]

sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=484