30 May, 2007

Pola Konsumsi Menurut Islam

BERBEDA dengan teori ekonomi kapitalis dan sosialis yang relatif tidak melibatkan nilai-nilai keagamaan, sedangkan ekonomi Islam sarat dengan nilai-nilai akidah keagamaan di samping aspek-aspek lainnya.


Di antara persoalan penting dalam kajian ekonomi Islam, adalah masalah konsumsi di samping produksi dan distribusi. Konsumsi umum diformulasikan dengan pemakaian barang-barang hasil industri (bahan pakaian, makanan, dan sebagainya), atau barang-barang yang langsung memenuhi keperluan kita.

Berangkat dari pengertian ini, maka dapat dipahami bahwa konsumsi sebenarnya tidak identik dengan makan dan minum dalam istilah teknis sehari-hari. Akan tetapi, meliputi pemanfaatan atau pendayagunaan segala sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan kita. Namun, yang paling penting dan umum dikenal masyarakat luas tentang aktivitas ekonomi itu pada akhirnya adalah makan dan minum, maka tidaklah mengherankan jika konsumsi sering diidentikkan dengan makan dan minum.

Sejauhmana konsep Islam tetang pola konsumsi, dapat ditelusuri dari sumber utama Islam itu sendiri yakni Alquran dan hadis.

Dalam Alquran dan hadis, kosa kata yang erat kaitannya dengan konsumsi adalah al-ukul yang berarti makan. Al-ukul adalah sesuatu yang dimakan, juga diartikan dengan buah-buahan. Kecuali itu kata al-ukul juga digunakan untuk pengertian bagian dari dunia (Al-Hazhzh min al-dunya) serta akal pikiran (al-qluwa al-rayu).

Makna etimologis dari al-ukul ini mengisyaratkan bahwa persoalan konsumsi, khususnya makan, tidak hanya menelan sesuap nasi atau memasukkan ke dalam tenggorokan dan perut. Tetapi, harus memerhatikan faktor lain yang sesuai dengan akal sehat.

Kata lain yang erat berkaitan dengan konsumsi adalah al-syarab yang berarti minum. Adapun kata lain yang terkait erat dengan konsumsi misalnya kiswah (pakaian) dan maskan (tempat). Beberapa kata tadi, yakni al-ukul, al-syarab, kiswah, dan maskan merupakan empat komponen penting yang tergolong ke dalam komsumsi.

Begitu penting empat komponen ini, sehingga ditemui di berbagai buku hadis dan fiqih yang membahas secara spesifik tentang konsumsi, khususnya bab ath'imah (kitab tentang makanan), kitab bab asyarobuh (kitab tentang minuman), dan kitab tentang pakaian. Dalam hal ini, makanan ada juga bab khusus tentang sembelihan dalam kitab al-dzakat al-dzaba'ih.

Ada beberapa ketentuan umum yang harus dipedomani dan diindahkan oleh para konsumen tentang nilai-nilai konsumsi dalam Islam.

1. benda-benda yang dikonsumsi harus halal dan baik. Sebaliknya Allah SWT mengharamkan setiap barang yang keji dan buruk. Hal itu tercantum dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 168 dan 173, surat Al-Maidah (5) ayat 1, 4, 5, 87, dan 88, surat Al-A'raf (7) 157, surat An-Nahl (16) ayat 14 dan 115, surat Thaha (20) ayat 81, dan surat Al-Hajj (220 ayat 30. Dari deretan ayat-ayat di atas dapat dipahami bahwa Allah SWT pada dasarnya hanya membolehkan mengonsumsi barang yang halal dan baik seperti buah-buahan, binatang ternak, dan lain-lain.

Alquran maupun hadis tidak merinci secara detail tentang kriteria dan kehalalan dan kebaikan makanan dan minuman itu sendiri. Manusia diserahkan untuk mengadakan penilaian lebih jauh tentang kriteria baikya itu sendiri dengan pendekatan ilmu pengetahuan.

2. Dalam mengonsumsi barang, harus sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan tidak pelit. Berbarengan dengan itu Allah SWT mengharamkan sifat boros (tabdzir), memaksakan diri dan bersikap pelit. Lihat surat An-Nisa (4) ayat 6, Surat Al-An'am (6) ayat 141, Surat Al-A'raf (7) ayat 26 dan 31, Surat Yunus (10) ayat 83, Surat Al-Isra (17) ayat 26 dan 27, Surat Al-Furqan (25) ayat 67, dan surat Al-Dukhaan (44) ayat 31. Ayat-ayat di atas secara umum mengomunikasikan kepada kita agar dalam mengonsumsi barang-barang makanan dan minuman termasuk pakaian, tempat tinggal, kendaraan, dan lain-lain sekadar memenuhi kebutuhan yang pantas, tidak berlebih-lebihan atau boros, serta menyia-nyiakan sesuatu.

Misalnya, dalam berpakaian Rasulullah saw. menganjurkan untuk mengenakan pakaian yang bagus/baru. Tetapi, jika tidak mampu, maka cukup dengan mengenakan pakaian yang ada. Tetapi sebaliknya, mengenakan pakaian yang serba berlebihan tidak dibenarkan oleh Islam. Pengharaman pemakaian emas oleh laki-laki, paling tidak menurut kebanyakan ulama, mengisyaratkan perihal larangan berlaku boros dalam mengonsumsi. Wallahua'lam.***

Penulis, dosen dan pengurus Masjid Nurul Iman Taman Cipadung Indah Bandung.

sumber :
http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2007/052007/04/99jumat.htm

25 May, 2007

Membuka Hati UntukNya

Semua manusia pasti ingin bahagia, tenang, dan damai dalam hidup sehari-hari, sehingga banyak sekali usaha yang dilakukan oleh manusia untuk mencapainya. Tapi tak sedikit pula manusia yang sulit mencapainya. Barangkali mereka lupa, bahwa kebahagiaan, ketenangan, dan kedamaian yang sesungguhnya hanyalah ada di tangan Sang Pencipta.
Sadarkah kita bahwa sang Pencipta adalah Tuhan Yang Maha Pengasih (ar-Rahman) yang selalu mengasihi semua mahluk tanpa pilih kasih, tanpa kenal pamrih? Dari sinilah harus kita sadari bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik dan selalu menerangi semua mahluk dengan cahaya kasihNya yang Mahaindah. Karena itulah setiap mahluk mempunyai kesempatan yang sama untuk dapat hidup bahagia. Tidak cukupkah cahaya Ilahi untuk membuat kita bahagia? Apa yang bisa melebihi kebahagiaan sejati dari cahaya Ilahi? Mengapa kita sendiri masih belum bahagia padahal Allah selalu mengasihi kita, menerangi hati kita dengan cahaya kasihNya? Yang menjadi masalah adalah hati kita sendiri. Kita sendirilah yang menutup hati.

Sadarkah kita bahwa setiap kita melakukan emosi negatif ataupun perbuatan jelek lainnya, maka noda hitam akan timbul di hati? Kalau kita tidak mau peduli, semakin lama hati kita akan semakin tertutupi oleh noda hitam yang kita perbuat sendiri, sehingga seterang dan seindah apapun cahaya Ilahi yang dilimpahkan oleh Allah ke dalam hati, tak akan pernah kita sadari. Seperti orang yang sedang menutupkan kelopak matanya, tak akan pernah menyadari indahnya alam semesta. Tinggal buka mata, nikmati indahnya alam semesta. Tinggal buka hati, nikmati keindahan, kebahagiaan, dan kedamaian dari cahaya Ilahi. Bagaimana kita mau membuka hati? Tinggal buka tutupnya. Apa yang menutupi? Emosi negatif kita sendirilah yang menutupi, semisal marah, iri/dengki, sombong, sakit hati, dendam, benci, ingin dipuji, keserakahan, dan masih banyak lagi yang lain-lainnya.

Bagaimana caranya untuk mulai mengurangi semua emosi negatif tersebut? Kita harus punya keinginan kuat untuk sadar, berusaha sebaik mungkin, dan yang terpenting adalah rajin berdo'a untuk memohon agar emosi negatif tersebut dibersihkan, dikeluarkan, dan digantikan dengan cahaya Ilahi. Ingatlah bahwa dalam berdo'a, hati kitalah yang terpenting. Janganlah terburu-buru dalam berdo'a. Biarkan do'a kita tidak hanya keluar dari lisan, tapi muncul dari dalam hati kita dengan sepenuh perasaan.

sumber :
http://kotasantri. com/beranda. php?aksi= Detail&sid=691

18 May, 2007

Makna Tawakal

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji nama tuhanmu dan mohon ampunlah kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat." (QS. An-Nashr [110] : 1-3).

Firman Allah di atas berkaitan dengan adanya peristiwa futuh (penaklukan) Mekah, dimana pada saat itu kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, menyerbu kota Mekah untuk dijadikan kota yang bersih dari berhala. Dengan membawa ratusan ribu kaum muslimin, akhirnya Rasulullah dapat dengan mudah menaklukan kota Mekah.

Rasulullah SAW memerintahkan kepada penduduk Mekah agar mereka berlindung di dalam Ka'bah dan di rumah Abu Sufyan. Meski Abu Sufyan belum memeluk Islam, namun Rasulullah tetap menghormatinya. Abu Sufyan adalah salah satu pembesar yang dihormati kota Mekah kala itu.

Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita senantiasa mengingat Allah dikala kita memperoleh kemenangan sehingga kita tidak terlena dan melupakan Allah. Dalam ayat terakhir Allah SWT memerintahkan agar kita senantiasa bertasbih yaitu mensucikan namaNya dengan memuji namaNya dan memohon ampun (beristighfar) . Di dalam ayat itu terkandung makna agar kita selalu menyerahkan segala urusan (bertawakal ) sepenuhnya kepada Allah setelah kita berusaha dengan sekuat tenaga. Tetapi makna tawakal itu jangan sampai disalahartikan, karena banyak sekali umat Islam salah dalam mengartikan kata tawakal.

Seperti kita ketahui bahwa umat Islam terdiri dari berpuluh-puluh kelompok aliran, salah satunya adalah golongan Jabariyah. Mereka mengartikan kata tawakal menurut logika mereka, sehingga golongan ini lebih banyak berdiam diri dalam mencari rezeki Allah. Menurut mereka, rezeki itu sudah diatur oleh Allah dan tidak akan berkurang.

Manurut Aam Amirudin, Lc. dalam bukunya Tafsir Kontemporer, beliau memaparkan makna tawakal sebagai berikut. Pertama, kita dianjurkan untuk bermujahadah atau bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki atau dalam hal apapun sehingga kita mempunyai nilai lebih di hadapan Allah SWT. Pernah ada seorang sahabat yang berkata kepada Rasulullah bahwa ia akan membiarkan untanya dilepas, lalu ia akan bertawakal kepada Allah SWT. Rasulullah melarang perbuatan dan sikap sahabat tersebut. Beliau menyuruh sahabatnya itu agar mengikat untanya, lalu bertawakal kepada Allah.

Kedua, selaku muslim kita pun dianjurkan untuk bedo'a kepada Allah, karena dengan berdo'a kita bisa mengetahui siapa diri kita, siapa pencipta kita, sehingga menimbulkan rasa rendah diri di hadapan Allah. Do'a merupakan senjata yang paling ampuh bagi kaum Muslimin. Nabi Ibrahim AS pernah berdo'a agar tempat yang ditempati oleh Siti Hajar dan Isma'il dijadikan sebagai tempat yang subur. Do'a Nabi Ibrahim AS dikabulkan oleh Allah SWT. Nabi Ibrahim juga berdo'a kepada Allah SWT agar anak beserta keturunannya dijadikan hamba-hamba yang senantiasa melaksanakan shalat. Allah mengabulkan do'anya, terbukti dengan banyaknya keturunan dari Nabi Ibrahim yang menjadi Nabi dan Rasul, salah satunya Nabi Muhammad SAW. Begitu dahsyatnya do'a yang kita panjatkan kepada Alah SWT sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya.

Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 152, "Ingatlah kalian kepadaKu, maka Aku akan selalu ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kalian mengingkarinya. " Ayat ini mengandung makna bahwa setiap insan khususnya umat Islam dianjurkan untuk selalu ingat kepada Allah dan niscaya Dia pun akan selalu mengingat hambaNya yang senantiasa berdzikir kepadaNya.

Ketiga, bersyukur. Setiap manusia telah ditetapkan rezekinya semenjak di dalam kandungan ibunya, sehingga apa yang kita peroleh pada saat ini sudah merupakan ketetapan Allah SWT. Walaupun begitu, kita dianjurkan untuk berusaha dengan sekuat tenaga di dalam menjemput rezeki. Dalam menjemput atau berusaha untuk memperoleh rezeki, KH. Abdullah Gymnastiar memberikan rumus tiga As, yaitu bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas.

Rasulullah bersabda, "Inginkah kalian kutunjukkan siapa manusia ajaib itu?" Para Sahabat menjawab, "Benar, kami ingin mengetahuinya. " Rasulullah menuturkan bahwa manusia ajaib itu adalah apabila dia diberi rezeki dia bersyukur dan apabila dia tertimpa musibah dia bersabar.

Keempat, sabar dalam melaksanakan segala aktivitas. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS. Ali Imran [3] : 200).

Di dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kita semua agar senantiasa bersabar terhadap segala yang telah ditetapkanNya. Jika kita bersabar saat ditimpa musibah, maka kita termasuk orang-orang yang bertawakal kepadaNya. Wallahu a'lam bish shawab. [DPU]
penulis : Abu Rifa
sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=405

13 May, 2007

BALASAN SESUAI DENGAN PERBUATAN

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguh nya Allah
menyayangi hamba-hamba-Nya yang penyayang". (HR. al-Bukhari). Tidak ada
balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula), barangsiapa menyayangi
makhluq Allah maka Allah akan menyayanginya. Sebagai mana yang disabdakan
oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Orang-orang yang penyayang,
maka Allah akan menyayangi mereka. Sayangilah penduduk bumi maka
penduduk langit akan menyayangi kalian". (HR. At-Tirmidzi).

Balasan itu sesuai dengan jenis amal perbuatan yang dilakukan. Allah
subhanahu wata'ala akan memperlakukan hamba-Nya sebagaimana perlakuan
hamba tersebut terhadap hamba-hamba Allah. Allah subhanahu wata'ala
berfirman yang artinya, "Jikalau kalian memaafkan dan tidak memarahi serta
mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS. At-Taghabun:14). Dan juga firman Allah subhanahu wata'ala
dalam surat An-Nur ayat 22 yang artinya, "Dan hendaklah mereka
memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah
mengampunimu?".

Bersegeralah untuk meringankan kesulitan-kesulitan orang lain agar
Allah meringankan kesulitan dari dirimu. Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Barangsiapa menghilangkan satu kesulitan dari seorang
muslim maka Allah akan membalasnya dengan menghilangkan satu kesulitan
dari kesulitan-keslitan yang ada pada hari Kiamat". (HR. al-Bukhari).

Bantulah manusia memenuhi kebutuhan hidupnya, maka dengan cara itu
engkau akan mendapatkan pertolongan dari Allah. Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda, "Allah selalu menolong hamba-Nya selama hamba
itu menolong saudaranya". Juga sabda beliau, "Barangsiapa berada di dalam
kebutuhan saudaranya maka Allah berada di dalam kebutuhannya". (HR.
Imam Muslim).

Jadilah engkau seorang hamba Allah yang menghilangkan kesukaran
orang-orang yang tertimpa kesulitan niscaya Allah akan memberi kemudahan
kepada kamu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa
yang memudahkan orang yang kesulitan maka Allah akan memudahkannya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim).

Bersikap lemahlembutlah terhadap hamba-hamba Allah, semoga engkau
termasuk golongan yang tersirat dalam do'a yang dipanjatkan Nabi Muhammad
shallallahu 'alaihi wasallam, "Ya Allah, barangsiapa bersikap lembut
terhadap umatku, maka perlakukanlah ia dengan lembut dan barangsiapa yang
membuat kesukaran kepada mereka maka ciptakanlah kesukaran baginya".
(HR. Ahmad). Dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,
"Sesungguhnya Allah Maha lemah lembut dan mencintai kelembutan. Dia
memberikan pada kelemah lembutan apa yang tidak Dia berikan pada kekerasan".
(HR. Muslim). Dan juga sabda beliau, "Barangsiapa terhalang untuk
mendapat sifat lemah lembut maka ia terhalang dari semua kebaikan". (HR.
Muslim).

Tutupilah aib hamba-hamba Allah, maka Allah subhanahu wata'ala akan
menutupi aibmu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa menutupi aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya di
dunia dan akhirat". (HR. Muslim). Dan sabda beliau, "Barangsiapa menutupi
aib seorang muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada hari Kiamat".
(HR. Ibnu Majah).

Berilah makan kaum muslimin niscaya Allah subhanahu wata'ala akan
memberi makanan kepadamu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Mukmin manapun yang memberi makan seorang mukmin ketika lapar maka
Allah akan memberikannya makanan dari buah-buahan Surga." (HR. Imam
At-Tirmidzi).

Berilah minum kaum muslimin maka Allah subhanahu wata'ala akan
memberikan minuman kepadamu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah
besabda, "Mukmin manapun yang memberi minum seorang mukmin yang sedang
kehausan maka Allah akan memberinya minum pada hari Kiamat dari Ar-Rohiq
Al-Makhtum". (HR. At-Tirmidzi)

Berilah kaum muslimin pakaian niscaya Allah akan memberi pakaian
kepadamu. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Mukmin mana pun yang
memberi pakaian kepada seseorang yang telanjang maka Allah akan memberinya
pakaian sutra halus berwarna hijau dari Surga". (HR. at-Tirmidzi).

Sebagaimana perlakuanmu terhadap hamba-hamba Allah, maka seperti itu
pula perlakuan Allah terhadapmu. Oleh karena itu, janganlah sekali-kali
engkau menyiksa manusia karena sesungguhnya Allah akan menyiksamu.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah
menyiksa orang-orang yang menyiksa manusia di dunia". (HR. Imam Muslim).
Allah subhanahu wata'ala juga telah berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat
49 yang artinya, "Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari
(Fir'aun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang
seberat-beratnya". Dalam ayat lain Allah subhanahu wata'ala berfirman
yang artinya, "Dan pada hari terjadinya kiamat, (dikatakan kepada
malaikat), "Masukkanlah Fir'aun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras".
(QS. Al-Mukmin: 46).

Hindarilah dirimu dari mempersulit hamba-hamba Allah karena hal itu
dapat membuatmu tertimpa do'a yang diucapkan Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wasallam, "Ya Allah, barangsiapa yang mengurusi urusan umatku lalu
membuat susah mereka, maka buatlah kesusahan baginya". (HR. Muslim).

Janganlah engkau menyakiti hati kaum muslimin dengan mencari-cari aib
mereka karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda,
"Barangsiapa mencari-cari aib seorang muslim, maka Allah akan
mencari-cari aibnya. Dan barangsiapa yang Allah menelusuri (mencari-cari) aibnya
maka Allah akan membongkarnya meskipun berada di dalam rumahnya". (HR.
At-Tirmidzi).

Janganlah engkau cabut rasa kasih sayangmu kepada manusia karena Nabi
Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, "Barang siapa yang
tidak menyayangi manusia, maka Allah Azza wa Jalla tidak
menyayanginya". (HR. Muslim).

Ingatlah baik-baik wahai hamba-hamba Allah! Di mana engkau
memperlakukan hamba-hamba Allah dengan sebuah perbuatan, maka engkau akan
mendapatkan balasan yang sesuai dengan apa yang telah engkau kerjakan di sisi
Sang Pencipta. Imam Ibnul Qoyyim berkata, "Sesungguhnya Allah Maha Mulia
dan Ia mencintai kemuliaan dari hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui
(berilmu), dan mencintai para ulama. Allah Maha berkuasa, mencintai para
pemberani. Allah Maha Indah, mencintai keindahan. Allah Maha Penyayang,
menyayangi orang-orang yang penyayang. Sesungguhnya Allah menyayangi
hamba-hamba-Nya yang penyayang. Allah Maha Menutupi (aib), mencintai
orang-orang yang menutupi aib hamba-hamba-Nya. Allah Maha Pemaaf, mencintai
hamba-Nya yang senang memberi maaf. Allah Maha Pengampun, mencintai
hamba-Nya yang mengampuni kesalahan orang lain. Allah Maha Lembut, mencintai
kelembutan dari hamba-hamba-Nya dan membenci kekerasan. Allah Maha
Santun, mencintai sopan santun. Allah Maha Baik, mencintai kebaikan dan
pelakunya. Allah Maha Adil, mencintai keadilan. Allah Maha Menerima udzur
(alasan yang dibenarkan), mencintai orang yang menerima udzur
hamba-hamba-Nya.

Allah subhanahu wata'ala akan memberi balasan kepada hamba-Nya sesuai
dengan sifat-sifat ini. Maka barangsiapa memaafkan maka Allah akan
memaafkannya. Barangsiapa siapa yang mengampuni kesalahan manusia maka Allah
akan mengampuninya. Barang siapa bersikap dermawan kepada orang lain
maka Allah subhanahu wata'ala akan bersikap dermawan kepada nya.
Barangsiapa memusuhi hamba-hamba Allah maka Allah akan memusuhinya.

Barangsiapa bersikap lemah lembut kepada hamba-hamba Allah maka Allah
akan bersikap lemah lembut kepadanya. Barangsiapa menyayangi makhluk
Allah maka Allah akan menyayanginya. Barangsiapa berbuat baik kepada
manusia maka Allah akan berbuat baik kepada-Nya. Barangsiapa memberi manfaat
kepada manusia maka Allah akan memberikan manfaat kepadanya.
Barangsiapa menutupi aib saudaranya maka Allah subhanahu wata'ala maka menutupi
kekurangan atau kesalahannya. Barangsiapa berusaha untuk tidak marah
kepada manusia maka Allah tidak akan marah kepadanya.

Barangsiapa mencari-cari aib manusia maka Allah akan menelusuri
aib-aibnya. Barangsiapa membuka kejelekan hamba-hamba Allah maka Allah akan
membuka dan membeberkan kejelekannya. Barangsiapa enggan berbuat baik
kepada manusia maka Allah tidak akan berbuat baik kepadanya. Barangsiapa
membuat sulit seseorang maka Allah akan memberinya kesukaran (masalah).
Barangsiapa berbuat makar, maka Allah akan membalas makar kepadanya.
Barangsiapa menipu Allah maka Allah akan memberikan balasan kepadanya
dengan tipuan pula.

Dan barangsiapa memperlakukan seseorang dengan sebuah sifat maka Allah
akan memperlakukannya dengan sifat itu sendiri di dunia dan akhirat.
Allah akan memperlakukan hamba-Nya sesuai dengan perlakuan hamba terhadap
makhluk-Nya.

Maka tamaklah engkau -semoga Allah memberi taufik kepadamu- untuk
senantiasa memberi manfaat kepada hamba-hamba Allah, untuk merealisasikan
sebuah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, "Barangsiapa
diantara kalian mampu memberi mafaat terhadap saudaranya maka lakukanlah".
(HR. Muslim). Berbuat baiklah kepada mereka sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang berbuat kebaikan.

Jadilah engkau seorang yang lembut yang senang memudahkan urusan
mereka. Karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda,
"Neraka itu haram menyentuh setiap orang yang lunak, lembut, mudah (dalam
bermuamalah) dan dekat (dengan manusia)". (HR. Imam Ahmad).

Maafkanlah mereka, janganlah mudah marah, toleransilah terhadap mereka
dan senantiasalah menjadi seorang pengampun. Semoga Allahsubhanahu
wata'ala mengampuni segala dosa dan kesalahanmu. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala seseorang yang memperbagus amal perbuatannya.
(Zainal Abidin)

Disarikan dari: "Kama Takuunu Li 'Ibadillahi Yakunullahu Lak" karya
Abdul Qayyum As-Suhaibany"

sumber :
http://www.alsofwah.or.id