28 December, 2006

SEBAB-SEBAB HATI TERHIJAB

JASAD batin atau ruh yang selalu kita artikan sebagai hati, mempunyai kemampuan memandang dan mengenal sesuatu, merasakan kesenangan dan kesusahan, mengetahui yang lahir maupun yang batin khususnya mengetahui keberadaan Allah SWT.
Itulah kelebihan manusia daripada makhluk lain yaitu mempunyai hati yang dapat mengenal Allah dengan sebenar-benarnya sehingga menjadi hamba Allah yang benar-benar takut pada Allah. Sebagaimana difirmankan oleh Allah :
Terjemahannya : Apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati-hati mereka.(Al Anfaal : 2)


Hati yang terang-benderang seperti itu dimiliki oleh para Ć¢€˜ariffin, muqarrobin dan solehin. Hati mereka dapat melihat dan betul-betul mengenal sifat-sifat keagungan Allah. Karena itu mereka benar-benar dapat menghambakan diri kepada Allah SWT. Sebaliknya ada juga manusia yang hatinya gelap (buta) tidak dapat melihat dan mengenal Allah. Hal itu juga difirmankan oleh Allah SWT : Terjemahannya : Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama seperti orang yang buta (mengetahui)? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran.(Ar RaĆ¢€™d : 19)

Firman Allah lagi :Terjemahannya : Mereka itulah orang-orang yang hatinya, pendengarannya dan penglihatannya telah dikunci oleh Allah dan mereka itulah orang-orang yang lalai.(An Nahl : 108)

Dari Umar Al Khattab, Rasulullah SAW bersabda yang bermaksud :"Cap penutup hati tergantung di kaki arasy. Bila seseorang melanggar larangan Allah (menghalalkan yang diharamkan oleh Allah) maka Allah akan menutup hati mereka dengan cap penutup hati tersebut."

Bila hati sudah buta, atau sudah dikunci mati oleh Allah SWT, maka hati tidak dapat lagi mengenal Allah. Begitulah hati orang-orang kafir dan munafik yang menyebabkan mereka menolak kebenaran.

Namun bukan hanya hati orang kafir dan munafik saja yang sudah buta, kita sebagai umat Islam pun masih banyak yang hatinya buta. Buktinya adalah kita masih sering membuat dosa (kecil atau besar). Orang yang masih membuat dosa adalah orang yang tidak takut pada Allah. Orang yang tidak takut pada Allah adalah orang yang tidak kenal siapa Allah. Jika tidak kenal Allah menandakan bahwa hati telah buta.

Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Sesungguhnya seorang mukmin apabila ia melakukan dosa maka terjadilah satu bintik hitam di hatinya. Jika dia bertaubat dan berusaha membuangnya (bintik hitam tersebut) maka akan selamatlah hatinya. Kalau dosanya bertambah maka hatinya akan semakin terkunci.

Sabda baginda lagi yang maksudnya :Orang yang membuat satu dosa hilanglah sebagian akalnya untuk tidak kembali lagi selama-lamanya.

Kalau mata kita buta, maka kita tidak dapat melihat, tidak dapat mengenal bahkan tidak dapat berjalan lagi. Begitulah kalau hati kita buta, kita tidak dapat mengenal Allah dan tidak dapat menempuh jalan syariat lagi. Kita tidak takut, tidak redha, tidak tawakal, tidak yakin, tidak berharap kepada Allah, tidak cinta, tidak yakin dengan janji-Nya yaitu Syurga, Neraka, Hari Hisab, siksa kubur, dan lain-lain lagi. Bila perasaan tersebut sudah tidak ada di hati kita maka datanglah penyakit hati.

Firman Allah :Terjemahannya : Dalam hati mereka ada penyakit lalu ditambah Allah penyakitnya dan bagi mereka siksa yang pedih disebabkan mereka berdusta. (Al Baqarah : 10)

Mereka akan tersiksa di dunia dan di Akhirat. Di dunia mereka akan merasa kecewa, putus asa, berkeluh kesah, dan tidak tenang. Di akhirat tentulah lebih tersiksa lagi.

Penyakit hati yang Allah maksudkan itu diantaranya ialah iri dengki, dendam, buruk sangka, serakah, cinta dunia, bakhil, pemarah, penakut, riya', ujub dan sombong.

Langkah pertama yang wajib ditempuh untuk mengobati penyakit hati kita ialah dengan mengobati hati yang buta itu. Bila hati sudah tidak buta maka penyakit-penyakit hati lainnya akan hilang dengan sendirinya.

Kalau mata kita sakit atau buta, maka kita akan pergi ke dokter mata. Mungkin mata kita akan dibersihkan, dibedah dan sebagainya. Begitupun kalau hati kita yang buta, maka kita mesti memberi pengobatan yang sesuai.

Untuk itu mari kita lihat dulu apakah yang menyebabkan hati terhijab? Di antaranya adalah:

a. Memakan makanan haram dan makanan syubhat, baik sadar atau tidak.

Bersabda Rasulullah SAW yang maksudnya:

"Hati itu dibina dengan apa yang dimakan."

Hati kita adalah segumpal darah yang mengandung sel-sel darah merah dan zat-zat besi. Sel dan zat-zat itu berasal dari makanan yang kita makan. Kalau makanan kita bersih (halal mengikut syariat Islam) maka sel dan zat itu juga bersih sehingga hati kita juga akan bersih. Sebaliknya kalau makanan yang kita makan itu kotor (haram dan syubhat) baik benda itu haram atau uang yang digunakan untuk membelinya haram, maka sel dan zat-zat besi, atau zat-zat yang membina hati kita itu kotor, busuk dan gelap.

Hati seperti wadah yang terbuka. Hati yang kotor tidak akan menerima taufik dari Allah sebab Allah tidak akan memberi taufik dan hidayah kepada hati yang kotor. Sama halnya kita tidak akan memasukkan makanan ke dalam piring yang kotor. Apalagi taufik dan hidayah dari Allah itu sangat tinggi harganya.

Bila hati tidak bisa melihat kebenaran maka tidak akan terasa kebesaran, kehebatan, kasih sayang dan didikan dari Allah, tidak terasa anugerah, penjagaan, pengawasan dan pembelaan Allah. Kalau hati tidak mendapat hidayah dan taufik lagi maka kita akan menjadi orang yang sesat dan selalu terlibat melakukan maksiat dan mungkar.

Bersabda Rasulullah SAW :

Terjemahannya : Dalam diri anak Adam itu ada segumpal daging. Bila baik daging itu baiklah seluruh anggota dan seluruh jasad. Bila jahat dan busuk daging itu jahatlah seluruh jasad. Ketahuilah, itulah hati.(Riwayat Al Bukhari & Muslim)

Firman Allah : Terjemahannya : Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah telah rezekikan kepadamu dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman dengan-Nya. (Al Maidah : 88)

Perintah memakan makanan yang halal adalah wajib. Kalau kita makan makanan yang haram dalam keadaan sadar bahwa benda yang kita makan itu haram maka kita akan berdosa dan hati kita akan gelap. Tetapi kalau makanan yang haram dan syubhat itu kita makan, tanpa diketahui bahwa benda itu haram dan syubhat maka kita tidak berdosa tetapi hati kita yang dibina dari makanan itu tetap akan gelap.

Atas dasar itulah Sayidina Abu Bakar As Siddiq mengorek kembali makanan yang telah ditelannya hingga muntah-muntah, setelah dia mengetahui bahwa makanan itu sumbernya adalah syubhat. Amirul Mukminin itu merasa cukup takut bila makanan itu akan membutakan hatinya. Setelah mengorek makanan itu, dengan rasa bimbang bila saja ada sisa-sisa makanan tersebut yang masih ada dalam perutnya, maka beliau pun berdoa, "Ya Allah, jangan Engkau bertindak kepadaku akan apa yang telah jadi darah dagingku"

Begitulah Sayidina Abu Bakar menjaga hatinya. Sebab itu hatinya menjadi terang-benderang. Jadi, tidak mengherankan kalau keyakinan beliau cukup kuat dengan Allah.

Rasulullah SAW pun memuji beliau dengan sabda baginda : Terjemahannya : Kalau dibandingkan iman Abu Bakar dengan iman seluruh manusia kecuali Nabi dan Rasul niscaya imannya masih lebih baik.

Hal yang serupa terjadi pada Imam Nawawi. Semasa hidupnya ia tidak makan buah-buahan di Damsyik karena merasa buah-buahan itu syubhat. Beliau sangat menjaga hatinya.

Hati yang terang-benderang akan mempunyai basirah (pandangan batin) yang tajam yang dapat menembus alam gaib dan alam kerohanian. Bila alam gaib yang hebat itu bisa terlihat oleh kita maka alam yang lahir itu sudah tidak berarti apa-apa.

Perbandingannya seperti ini : Misalnya suatu hari kita diundang menjadi tetamu raja. Maka masuklah kita ke istana. Di sana kita akan diberi dengan pelayanan yang istimewa, dengan pakaian dan makanan, peralatan dan perhiasan yang tidak pernah kita jumpai. Kita merasa sangat gembira dan kita merasa tidak mau kembali lagi ke rumah kita, sebab rumah kita sudah tidak berharga apa-apa lagi dibandingkan dengan kehidupan yang indah di istana.

Begitulah keadaan mereka yang bisa melihat kehebatan alam gaib. Alam yang lahir menjadi tidak berharga lagi. Karena itulah Sayidina Abu Bakar r.a bisa mengorbankan semua harta bendanya kepada jihad fisabilillah hingga tidak ada apa-apa lagi yang ditinggalkan untuk anak isterinya. Beliau mau menebus kehidupan di alam gaib yang maha hebat dengan menggadaikan seluruh harta benda dunia yang murah itu. Begitu juga sahabat-sahabat yang lain dan mujahid-mujahid Islam, mereka telah mengorbankan dunia yang sedikit itu untuk membeli kehidupan akhirat yang agung di alam baqaĆ¢€™ nanti.

Firman Allah : Terjemahannya : Sesungguhnya Allah SWT telah membeli dari orang mukmin, diri dan harta mereka dengan (harga) Syurga untuk mereka. (At Taubah : 111)

Mari kita mengobati hati kita dengan menghindar dari makanan yang haram. Langkah-langkah yang perlu diambil untuk mengelak dari makanan yang haram diantaranya ialah :

1. Jangan memakan makanan yang zatnya jelas haram seperti arak atau makanan yang dicampur arak atau daging yang tidak disembelih.

2. Jangan memakan makanan yang bernajis baik sifatnya najis (karena dibuat dari bahan yang tidak halal) atau karena cara mencucinya tidak betul atau tidak menurut syariat, sehingga tetap najis (tetap tidak halal).

3. Jangan memakan daging yang disembelih secara tidak halal dan membersihkannya tidak menurut syariat.

4. Jangan memakan makanan yang dibeli dengan uang yang haram (sekalipun makanan itu halal). Uang yang haram contohnya uang suap, uang riba, uang curian dan tipuan.

5. Jangan kita memakan makanan dari usaha yang haram seperti riba, pelacuran, judi, dan lain-lain.

Makanan syubhat ialah makanan yang kita ragukan halal atau haram dan uang syubhat ialah uang yang sumbernya kita ragukan halal atau haram. Makanan dan uang yang syubhat itu wajib dielakkan supaya kita berpeluang memperoleh kejernihan batin untuk mengenal Allah dengan pengenalan yang sebenarnya.

Sekarang ini banyak makanan di restoran yang menyalahgunakan perkataan 'HALAL' dan 'ISLAM' sebagai tanda perniagaan mereka. Kita harus berhati-hati juga sebab musuh Islam telah menyalahgunakan kata-kata 'HALAL' dan 'ISLAM' itu untuk keuntungan perut dan kantong mereka saja. Mereka sama sekali tidak takut pada Allah dan tidak ingin untuk mencari keredhaan-Nya.

Makan makanan yang halal tetapi berlebihan juga menjadi satu faktor penentu kepada corak hati kita.

Sabda Rasulullah SAW : Terjemahannya : Wadah yang paling dibenci oleh Allah adalah perut yang penuh dengan makanan yang halal.

Allah benci kepada perut yang penuh dengan makanan sebab perut yang penuh itu akan melemahkan kegiatan hati sehingga tidak kuat untuk memandang pada alam gaib.

Bila hati lemah maka manusia menjadi lalai dan malas. Malas beribadah dan mudah terjebak dalam maksiat. Atas dasar itulah para salafussoleh mengurangi porsi makan mereka.

Rasulullah SAW selalu melatih perutnya untuk berada dalam keadaan lapar. Beliau pernah meletakkan batu di perut dan kemudian mengikat perutnya dengan kain agar tidak terasa kekosongan perut yang memang kosong. Beliau jarang berada dalam keadaan kenyang. Jika satu hari kenyang, maka tiga hari lapar. Beliau selalu berpuasa satu hari, kemudian satu hari lagi berbuka.

Begitu pula cara hidup yang ditempuh oleh Nabi Sulaiman a.s yang dikenal sebagai orang kaya-raya. Beliau selalu berpuasa dan hanya memakan roti kering dan air putih. Nabi Yusuf a.s pun ketika menjadi menteri di Mesir melakukan sehari berpuasa dan sehari berbuka. Bila ditanya mengapa Beliau berbuat begitu, jawabnya, "Di hari aku lapar, aku dapat merasa bahwa aku adalah hamba yang memerlukan pertolongan Allah. Di hari aku kenyang maka aku dapat bersyukur pada Allah SWT yang memberikan rezeki."

Begitulah cara hidup Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul, orang-orang muqarrobin dan orang-orang soleh. Mereka berjuang melawan nafsu untuk membersihkan hati supaya merasa diri sebagai hamba Allah yang lemah dan hina dina. Cara hidup mereka itulah yang wajib kita contoh. Kita mesti senantiasa berperang dengan nafsu yang selalu mengajak kita lalai dari Allah.

Mari kita obati hati kita dengan cara mengurangi makan. Langkah-langkah praktis yang mesti diambil untuk mengurangi makan di antaranya ialah :

1. Hidangan makanan kita janganlah lebih dari dua jenis lauk. Itulah amalan Sayidina Umar. Beliau tidak makan dengan lebih dari dua jenis lauk. Sebab bila jenis lauk sudah bermacam-macam nafsu kita bertambah besar untuk merasakan semua jenis lauk.

2. Makanan itu sebaiknya sederhana, jangan terlalu enak. Sebab kalau terlalu enak, kita tidak mampu mengawal nafsu untuk makan berlebihan.

3. Jangan menyimpan berbagai kelebihan makanan dalam rumah, sebab bila makanan tersedia maka kita senantiasa berfikir untuk makan. Sebaliknya kalau tidak ada simpanan makanan, nafsu tidak akan mengajak kita berfikir untuk makan.

4. Cuba memperbanyak puasa sunat seperti di hari Senin dan Kamis atau paling kurang tiga hari dalam sebulan.

Harus kita fahami bahwa langkah-langkah di atas adalah untuk membersihkan hati dan membuat hati kita merasa menjadi hamba Allah yang lemah dalam segala masalah kita.

b. Pandangan dan Pendengaran yang Haram

Kita telah sepakat bahwa : "Dari mata turun ke hati." Artinya hasil dari pandangan (termasuk pendengaran) bukan sekedar terasa di mata dan telinga tetapi akan bersambung dan berkesan di hati. Kalau apa yang kita pandang dan dengar itu baik, maka hati kita akan menerima kebaikannya. Sebaliknya kalau yang kita pandang dan dengar itu maksiat dan mungkar (haram), maka hati kita akan berisi kejahatan dan kemungkaran itu.

Hati yang senantiasa menerima pandangan dan pendengaran yang mungkar akan menjadi hati yang gelap dan pekat, buta dari melihat keagungan Allah. Hati itu tidak lagi merasa takut pada Allah, bahkan cinta dan rindu pada Allah SWT akan hilang.

Saya rasa kita semua tentunya memiliki pengalaman pribadi terhadap hal itu. Kalau setiap hari hati kita terisi dengan zikrullah, bacaan Al Quran, puasa, shalat sunat, membaca kitab dan mendengar pengajian agama, hati kita akan lembut, terasa indah dalam beribadah kepada Allah, rindu kepada kebaikan, benci dan takut kepada dosa.

Tetapi kalau setiap hari hati kita isi dengan program TV, berkata-kata kosong, mengumpat dan mencaci, membaca majalah hiburan yang penuh maksiat, mendengar lagu-lagu pop, maka kita akan menjadi malas beribadah, memandang kecil tentang cara hidup sunnah, tidak ada rasa takut dengan Allah, tidak membesarkan Allah apalagi untuk rindu pada-Nya, tidak suka pada pemuka agama dan lupa pada Akhirat. Hati kita menjadi cinta kepada dunia dengan segala hiburannya. Hati selalu ingin lepas, bebas tanpa disekat oleh hukum Islam, malas berjuang dan berangan-angan, serta ingin hidup lebih lama lagi.

Itulah bukti-bukti yang menunjukkan bahwa tindakan lahir, pendengaran dan penglihatan yang haram akan membuat hati kita buta kepada kebenaran.

Allah berfirman : Terjemahannya : Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercantum (benih) yang akan Kami mengujinya (dengan perintah dan larangan) karena itu Kami menjadikan dia mendengar dan melihat. (Al Insaan : 2)

Tujuan Allah memberi kita mata dan telinga adalah untuk mencari dan mengenal pencipta kita yaitu Allah SWT. Selain itu supaya kita sadar untuk berbakti dan menurut perintah-Nya. Firman-Nya : Terjemahannya : Tidak Aku jadikan jin dan manusia melainkan untuk menyembah Aku. (Adz Dzaariyat : 56)

Kita mesti merasa bahwa diri kita adalah sebagai hamba dalam melaksanakan perintah suruhan dan larangan dari Allah. Yang penting adalah rasa kehambaan. Ibadah yang sebenarnya adalah yang berasal dari rasa kehambaan. Kalau waktu beribadah itu kita tidak merasa hina dan tidak merasa hamba, tetapi merasa besar diri, sombong, marah, dengki, maka amalan lahir itu bukan lagi dinilai ibadah. Sama halnya dengan seorang kuli yang menghadap tuannya dengan rasa besar diri, dengan bertolak pinggang. Bukankah lebih baik bila ia tidak menghadap, sebab tentu akan menimbulkan kemarahan tuannya.

Hidup bukan untuk dunia tetapi hidup untuk Allah dan untuk mencari bekal kembali ke Akhirat. Untuk tujuan itulah kita dikaruniakan Allah pendengaran dan penglihatan. Gunakanlah keduanya sebaik mungkin sebagai alat untuk sampai kepada tujuan yang diredhai-Nya.

Mari kita obati hati kita dengan menjaga pandangan dan pendengaran hanya kepada yang dapat mengingatkan kita kepada Allah, merasa takut pada-Nya dan untuk berbakti pada-Nya.

Langkah-langkah yang sebaiknya diambil di antaranya ialah :

1. Banyakkan membaca Al Quran dan terjemahannya, hadist dan kitab-kitab serta buku-buku agama termasuk majalah dan risalah yang berunsur dakwah. Dalam waktu yang sama, elakkan dari membaca buku-buku khayalan, majalah hiburan dan berita-berita yang jauh dari kebenaran.

2. Selalu mengunjungi mesjid, tempat pengajian agama, majelis dakwah, tahlil dan zikrullah serta mengelak dari tempat-tempat maksiat, acara-acara yang liar (pergaulan bebas) dan keluar rumah tanpa tujuan, sebab di luar banyak pandangan dan pendengaran yang membawa kepada maksiat. Juga kita mengelak dari bergaul dengan kawan yang mengajak kita kepada maksiat.

3. Mendatangi orang-orang soleh, sebab dengan melihat mereka, dapat memberi kekuatan.

4. Ingat mati, karena selalu mengingat mati akan melembutkan hati.

5. Elakkan dari menonton program TV yang tidak berfaedah. Sekali kita biarkan mata dan telinga kita memandang dan mendengar perkara yang dibenci oleh Allah, maka selama itu kita biarkan nafsu menjadi raja di hati kita sehingga kita lalai dan tidak takut kepada penglihatan dan pengawasan Allah. Lebih baik kita tidur daripada menonton TV sampai larut malam. Hasilnya kita bisa bangun dengan segar untuk menyembah Allah dan mendekatkan hati pada-Nya. Kalau hati kita merasa sama saja antara melihat maksiat atau tidak, itu tandanya hati kita sudah rusak dan jauh dari Allah.

Itulah di antaranya langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjernihkan batin kita. Perlu diingat bahwa langkah-langkah itu mesti diperjuangkan sungguh-sungguh dan terus menerus.

Kita jangan cepat jemu atau mudah terpengaruh dengan bujukan nafsu liar kita. Dan janganlah kita mengharap untuk memperoleh hasilnya dalam jangka waktu yang singkat. Sebab menurut pengalaman orang-orang yang telah menempuh jalan itu, waktu paling singkat untuk memperoleh hati yang bersih (taraf kerohanian yang tinggi) melalui mujahadah melawan hawa nafsu (mujahadatunnafsi) adalah 20 sampai 30 tahun lebih.

Waktu yang akan kita tempuh, sesuai dengan waktu yang kita gunakan untuk maksiat. Sejak dalam perut ibu, kita sudah menerima makanan yang tidak jelas halalnya. Setelah lahir pun kita berada di tengah-tengah maksiat dan macam-macam kemungkaran. Hati kita sudah gelap pekat dengan karat-karat dosa yang kita lakukan secara sadar atau tidak. Jadi memang sudah selayaknya kalau kita korbankan 20-30 tahun umur kita yang akan datang untuk membersihkan hati nurani kita. Mudah-mudahan di akhir umur kita, dapat kita rasakan kebersihan hati dan keselamatan dari mazmumah. Mudah-mudahan kita dapat menghadap Allah membawa hati yang selamat.

Firman Allah :

Terjemahannya : Di hari itu (hari kita meninggal dunia) tidak berguna lagi harta dan anak kecuali mereka yang menghadap Allah membawa hati yang selamat. (Asy SyuaraĆ¢€™: 88-89)

Apabila ruh kita sudah bersih dan sudah kembali pada fitrahnya semula (sewaktu di alam ruh), maka kita akan merasakan bermacam-macam pengalaman batin yang luar biasa. Tapi hal itu juga tergantung kepada taraf kebersihan ruh yang dapat kita capai. Ada dua peringkat ruh yang bersih yaitu :

1. Ruh yang terlalu bersih (orang yang Mukasyafah)

Biasanya dicapai oleh muqarrobin. Ruh itu dapat menembus hijab antara alam dunia dan malakut dan dapat melihat segala rahasia-rahasia batin manusia.

Hal-hal yang biasanya oleh orang biasa dilihat di alam mimpi maka mereka dapat melihatnya di waktu sadar. Contohnya : kalau ada seseorang yang sifat batinnya seperti anjing maka orang itu akan terlihat oleh mereka seperti anjing. Kalau orang biasa mendapat ilmu dengan belajar maka mereka memperoleh ilmu melalui ilham.

2. Ruh yang bersih

Tingkatan itu dapat dicapai oleh orang-orang soleh. Ruh mereka dapat mengesan rahasia-rahasia batin hanya melalui mimpi-mimpi yang benar dan rasa hati yang benar dan tepat dengan kehendak Allah. Mereka tidak dapat melihatnya secara nyata, sebab hijab pada diri mereka tidak terangkat semua. Allah menceritakan hal itu dalam hadist Qudsi, firman-Nya yang bermaksud : Barang siapa yang memusuhi wali-Ku (orang yang setia pada-Ku) maka Aku mengisytiharkan perang terhadapnya. Dan tiada amal seorang hamba-Ku yang bertakwa (yang beramal) pada-Ku yang lebih Kucintai daripada dia menunaikan semua yang Kufardhukan ke atasnya. Dan hambaKu yang senantiasa bertaqarrub kepadaKu dengan nawafil (ibadah sukarela) sehingga Aku mencintainya, maka jadilah Aku seolah-olah sebagai pendengarannya yang ia mendengar dengannya dan sebagai penglihatannya yang ia melihat dengannya dan sebagai tangannya yang ia bertindak dengannya dan sebagai kakinya yang ia berjalan dengannya. Dan andaikata ia memohon pasti akan Kuberi padanya. Dan andaikata ia berlindung kepada-Ku pasti akan Kulindungi.

Rasulullah SAW bersabda : Terjemahannya : Takutilah olehmu firasat (pandangan tembus) orang-orang Mukmin karena ia memandang dengan cahaya Allah. (Riwayat At Tarmizi)

----------------------------------------------------------------------------
sumber http://www.tawakal.or.id/index.php?idn=199 dicopy dari: http://www.qatrunnada.com.my

23 December, 2006

Berqurban Sesuai Tuntunan

Penulis : Ahmad Kosasih

Apapun ibadahnya, kaifiyatnya (tata cara) harus sesuai petunjuk Rasulullah SAW. Ibadah yang dilakukan tanpa sesuai petunjuk Rasulullah SAW, akan sia-sia. Tentu Allah SWT tidak akan menerimanya meski dilakukan dengan penuh keikhlasan. Pengorbanan yang kita lakukan dalam melaksanakan suatu ibadah menjadi percuma, hanya gara-gara tidak sesuai syari'at.

Untuk ibadah qurban, nampaknya cerita Habil dan Qabil dapat dijadikan pelajaran berharga. Habil berqurban sesuai petunjuk ayahnya Adam AS, yaitu memilih domba terbaik yang dimilikinya. Sedangkan Qabil, memilih hasil pertaniannya yang busuk. Tentu saja persembahan Qabil ditolak Allah SWT. Apa yang dilakukan Qabil sama saja seperti sebuah penghinaan. Siapapun kita, tentu akan marah jika ada anak buah (hamba sahaya) kita, yang mempersembahkan buah-buahan busuk.

Sejarah Singkat Ibadah Qurban

Syari'at ibadah qurban yang kita dilakukan, meniru apa yang dilakukan Nabi Ibrahim AS. Rasulullah SAW memerintahkan kita untuk berqurban, sesuai dengan ibadah qurban yang dilakukan keluarga Ibrahim AS kepada Allah SWT.

Ibrahim AS beserta keluarganya, selalu diuji oleh Allah SWT. Hal itu, tentu sebagai jalan untuk menguji kesabaran dan ketaatan kepadaNya. Ujian itu berupa lamanya dikarunia anak, keluarganya (Siti Hajar dan Ismail) harus dipindahkan ke lembah Beka yang gersang dan tandus, tanpa persediaan makanan dan minuman di sana. Selain itu, setelah Ismail meningkat remaja, Allah menyuruh menyembelihnya untuk diqurbankan kepadaNya. Allah SWT memerintahkan Ibrahim AS untuk menyembelih anaknya melalui mimpi selama beberapa kali.

Kisah ini diceritakan dalam Al-Qur'an. Allah SWT berfirman, "Maka tatkala anak itu sampai berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu?" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu." Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.

Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya di atas pelipis. Dan Kami panggillah dia, "Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu di kalangan orang-orang yang datang kemudian." (QS. Ash-Shaaffaat [37] : 102-108).

Nabi Ibrahim AS sangat taat kepada Allah SWT. Setelah berdiskusi dengan Ismail, akhirnya prosesi penyembelihan Ismail jadi dilakukan. Berkat keikhlasan dan ketaatan keduanya itu, akhirnya Allah mengirimkan seekor domba qibas sebagai pengganti Nabi Ismail. Nabi Ibrahim menyembelih domba disaksikan Nabi Ismail dan malaikat. Mereka bertakbir mengagungkan Allah.

***

Definisi Qurban

Qurban berasal dari kata qaraba, artinya mendekatkan diri. Jadi, melaksanakan ibadah qurban adalah untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Istilah lain dari ibadah qurban yaitu udhiyyah, yaitu mempersembahkan atau memberikan sesuatu kepada Allah dengan sesuatu yang dikorbankan. Dalam hal ini, sesuatu yang diqurbankan itu adalah hewan ternak seperti sapi, unta, kambing, atau domba.

Ritual ibadah qurban sudah dilakukan sebelum kedatangan Islam. Orang-orang Quraisy pada masa jahiliyah selalu melakukan ritual qurban yang dipersembahkan bagi berhala-berhala yang mereka sembah. Ritual qurban yang mereka lakukan berasal dari sejarah qurban Nabi Ibrahim, yang tentu saja berasal dari perintah Allah. Hanya saja, mereka menyelewengkannya menjadi ibadah qurban yang di persembahkan bagi berhala-berhala mereka.

Mengutip pendapat KH. Miftah Faridl, dalam Islam ada tiga macam ibadah yang dilakukan dengan penyembelihan hewan. Pertama, al-hadyu. Yaitu ibadah yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan, dikhususkan bagi mereka yang melakukan ibadah Haji Tamattu atau Qiran. Tidak terkecuali bagi para jama'ah yang tidak menunda umrahnya hingga selesai melaksanakan haji, harus membayar hadyu, dengan cara menyembelih hewan.

Kedua, aqiqah. Yaitu ibadah yang dilakukan dengan cara menyembelih hewan bagi mereka yang dianugerahi kelahiran seorang anak. Aqiqah dilaksanakan dengan ketentuan satu ekor kambing untuk kelahiran anak perempuan, dan dua ekor kambing untuk kelahiran anak laki-laki. Aqiqah dilaksanakan oleh seseorang sebagai "tebusan" atau rasa syukur atas anugerah pemberian anak. Ia merupakan perwujudan ikrar serah terima amanah antara Allah dan makhlukNya, karena anak pada dasarnya adalah amanah yang kelak akan dipertanggungjawabk annya.

Ketiga, udhiyyah, yaitu menyembelih binatang tertentu pada Hari Raya Idul Adha atau hari-hari tasyriq (tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah) sebagai wujud kepatuhan seorang hamba kepada Allah SWT.

***

Landasan Hukum

Landasan hukum ibadah qurban terdapat dalam surat Al-Kautsar ayat 1-2. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah. "

Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum penyembelihan hewan qurban. Setidaknya ada dua pendapat mengenai hukum penyembelihan hewan qurban, yaitu sunnah muakkadah dan wajib. Mayoritas ulama berpendapat bahwa hukum penyembelihan hewan qurban adalah sunnah muakkadah.

Berdasarkan hukum ini, walaupun seseorang tidak menyembelih hewan qurban, ia tidak berdosa. Apalagi mereka yang tergolong tidak mampu dan miskin. Tetapi, bagi mereka yang mampu dan berkecukupan, makruh hukumnya bila tidak menyembelih hewan qurban.

Pendapat jumhur ulama yang menyatakan bahwa hukum penyembelihan hewan qurban adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim. Rasulullah SAW bersabda, "Bila telah memasuki 10 (hari bulan Dzulhijjah) dan seseorang ingin berqurban, maka janganlah ia ganggu rambut qurban dan kuku-kukunya. "

Dari hadits ini, para ulama menyimpulkan bahwa kalimat "seseorang ingin berqurban" menunjukan hukum berqurban diserahkan kepada kemauan seseorang, artinya tidak wajib, tetapi sunnah. Seandainya hukumnya wajib, maka tidak akan ada kalimat "ingin berqurban".

Selain itu, dalam sebuah atsar (hadits dari sahabat) yang diriwayatkan Baihaqi, Abu Bakar dan Umar tidak melaksanakan penyembelihan hewan qurban dalam satu atau dua tahun, karena takut dianggap menjadi kewajiban. Hal itu tidak mendapatkan penentangan dari para sahabat yang lainnya.

Sebaliknya, ulama yang menyatakan menyembelih hewan qurban hukumnya wajib adalah ulama dari madzhab Hanafi. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan Abu Hurairah. Rasulullah SAW bersabda, "Siapa yang memiliki kelapangan tapi tidak menyembelih qurban, janganlah mendekati tempat shalat kami." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Al-Hakim).

***

Tata Cara Berqurban

Berqurban, harus sesuai dengan tata cara yang dicontohkan Rasulullah SAW. Hal-hal yang harus menjadi perhatian kita, yaitu jenis hewan yang diqurbankan, waktu pelaksanaan, aturan menyembelih, dan distribusi atau penyaluran.

1. Jenis Hewan
Tidak semua jenis hewan ternak bisa untuk berqurban. Hewan ternak yang bisa diqurbankan yaitu kambing dan yang sejenis, sapi dan yang sejenis, dan unta.

2. Waktu Penyembelihan
Waktu pelaksanaan qurban adalah setelah dilaksanakannya shalat 'Id berdasarkan sabda Rasulullah SAW, "Barangsiapa menyembelih sebelum shalat, hendaklah menyembelih sekali lagi sebagai gantinya. Dan siapa yang belum menyembelih hingga kami selesai shalat, maka menyembelihlah dengan bismillah." (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah SAW juga bersabda, "Sesungguhnya pekerjaan pertama yang harus kita awali pada hari kita ini adalah shalat, kemudian kita pulang lalu menyembelih qurban. Barangsiapa yang berbuat demikian, maka ia telah melaksanakan contoh kami dengan tepat. Dan barangsiapa yang menyembelih qurban sebelum shalat, maka ia hanya memberikan daging biasa kepada keluarga; sedikitpun tidak bersangkut paut dengan ibadah penyembelihan qurban." (HR. Muslim).

Selain itu, pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah, merupakan waktu diperbolehkan untuk melaksanakan qurban. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah dari Jubair bin Mut'im. Rasulullah SAW bersabda, "Pada setiap hari-hari tasyriq ada sembelihan." (HR. Imam Ahmad, Ibnu Hibban, dalam shahihnya Al-Baihaqi).

3. Jumlah Orang yang Berqurban
Rasulullah SAW menetapkan, untuk kambing atau domba hanya satu orang mudhahi (pequrban). Sedangkan untuk satu ekor sapi dan sejenisnya serta unta, diperbolehkan berpatungan dengan jumlah maksimal tujuh orang. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah SAW, "Kami menyembelih hewan pada saat Hudaibiyah bersama Rasulullah SAW. Satu ekor badanah (unta) untuk tujuh orang dan satu ekor sapi untuk tujuh orang." (HR. Muslim, Abu Daud, dan Tirmidzi).
Di negara kita, kekeliruan pandangan sering terjadi untuk jenis hewan sapi. Banyak yang beranggapan bahwa satu ekor sapi untuk tujuh orang. Padahal, itu jumlah maksimal. Jadi, jika satu ekor sapi sanggup dibeli oleh kurang dari tujuh orang, itu sangat diperbolehkan. Malah akan lebih baik bila oleh satu atau dua orang saja.

4. Tata Cara Penyembelihan
Ada beberapa ketentuan dalam penyembelihan hewan qurban. Pertama, niat. Niat berqurban karena Allah semata. Hal yang terpenting dalam proses ibadah qurban adalah niat. Niat adalah sesuatu yang asasi dalam ibadah qurban dan ibadah-ibadah lainnya. Bila niat kita berqurban dalam rangka taat kepada Allah dan menjalankan perintahnya, maka insya Allah ibadah qurban kita diterimaNya. Sebaliknya, jika niat berqurban dalam rangka yang lainnya, misalnya karena ingin dipuji, atau malu kalau tidak melaksanakan ibadah qurban, atau qurban yang dipersembahkan untuk selain Allah, maka ibadah qurban seperti itu tidak akan diterimaNya.
Kedua, mengucapkan asma Allah saat menyembelih. Dari Anas bin Malik, ia berkata, "Bahwasannya Nabi SAW menyembelih dua ekor qibasnya yang bagus dan bertanduk. Beliau mengucapkan basmallah dan takbir dan meletakkan kakinya di samping lehernya." (HR. Bukhari, Muslim, dan lainnya).
Ketiga, menyembelih dengan pisau yang tajam. Ibnu Umar berkata, Rasulullah SAW memerintahkan supaya pisau itu ditajamkan dan supaya tidak ditampakkan kepada binatang-binatang dan beliau bersabda, "Apabila seorang dari kalian menyembelih, maka hendaklah ia percepat kematiannya. " (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).
Keempat, disembelih tepat di kerongkongan/ leher. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah mengutus Budail bin Warqa Al-Khuza'i dengan naik unta yang kehijau-hijauan supaya berteriak di jalan-jalan Muna (dengan berkata), "Ketahuilah bahwa sembelihan itu tepatnya di kerongkongan/ lehernya. " (HR. Daruquthni).
Kelima, disembelih oleh seorang muslim. Penyembelihan hewan qurban harus dilaksanakan oleh orang Islam, karena ibadah qurban adalah ibadahnya kaum muslimin. Dan semua proses ibadah dari awal sampai akhir harus dilakukan oleh kaum muslimin.
Keenam, menunggu ternak hingga mati sempurna. Jika hewan qurban telah disembelih, maka biarkanlah hewan tersebut sampai mati dan jangan dikuliti atau dipotong anggota tubuhnya sebelum benar-benar mati. Mengkuliti hewan yang belum mati, sama saja dengan menyiksanya.
Ketujuh, terputus urat leher, yaitu hulqum (jalan napas), Mari' (jalan makanan), Wadajain (dua urat nadi dan syaraf). Berkata Ibnu Abbas dan Abu Hurairah bahwa, "Rasulullah SAW melarang syarithatusy- syaitan yaitu (sembelihan) yang disembelih hanya putus kulitnya dan tidak putus urat lehernya." (HR. Abu Dawud).

5. Penyaluran Daging Qurban
Mudhahi disunnahkan mengkonsumsi daging qurbannya. Selain itu, disunnahkan pula menghadiahkan kepada kerabatnya dan bersedekah kepada fakir miskin. Dianjurkan pula menyimpannya untuk persediaan.
AllahSWT berfirman, "Supaya mereka mempersaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama AllahSWT pada hari yang ditentukan (Hari Adha dan Tasyriq) atas rizki yang Allah SWT telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak. Maka makanlah sebagian daripadanya dan (sebagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara lagi fakir." (QS. Al-Hajj [22] : 28). [Swadaya-52/ V/1206]

URL : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=357

16 December, 2006

Jadilah Orang yang Ikhlas

Penulis : H. Mulyadi Al-Fadhil, S.Sos.I.

Ikhlas adalah salah satu syarat diterimanya ibadah. Ikhlas menjadi pilar kekuatan beramal kaum mukminin. Tanpa kekuatan ikhlas, mustahil kaum muslimin dapat bertahan dalam perjuangannya menegakkan kalimat tauhid.

Tokoh mujahid Islam yang terkenal, Asy-Syahid Imam Hasan Al-Banna, mengatakan, "Ikhlas itu kunci keberhasilan. " Menurutnya, para salafushaleh yang mulia tidak memperoleh kemenangan kecuali dengan tiga hal, yaitu kekuatan iman, kebersihan hati, dan keikhlasan.

"Jika engkau telah memiliki tiga hal itu, maka Allah akan memberi petunjuk dan pertolongan, dan Allah akan memberimu keberhasilan. " Tapi, masih menurut Imam Hasan Al Banna, "Jika hatinya sakit, cita-citanya lumpuh, dan diselimuti cinta dunia (tidak ikhlas), maka keluarlah dari barisanmu! Karena orang seperti itulah yang akan menghalangimu dari rahmat dan taufiq Allah SWT." (al-Waqa'iq, Muhamnad Ahmad Rasyid).

Uraian tokoh pembaharu di atas mengingatkan kita betapa pentingnya menjaga keikhlasan dalam setiap amal. Mari kita perhatikan ungkapan sahabat Ali bin Thalib RA, ada empat kebaikan yang sulit untuk dilakukan. Yaitu, memaafkan ketika marah, berderma ketika sulit, menjaga diri (iffah) dari dosa ketika sendirian, dan menyampaikan kebenaran kepada orang yang ditakuti.

Lebih jauh, mari kita renungkan ungkapan di atas, ketika kita berbuat salah dan kita meminta maaf atas kesalahan kita, itu sudah semestinya. Atau, orang berbuat salah dan minta maaf lalu kita maafkan, itu pun hal yang wajar. Tetapi, apabila orang lain yang berbuat salah dan kita yang meminta maaf dan memaafkannya, walaupun ia tidak meminta maaf, ini luar biasa. Tidak mudah bagi kita melakukannya. Ada pergulatan dan perasaan yang begitu berat.

Demikian pula ketika kita bersedekah (berderma). Saat kita memiliki uang atau sedang dalam keadaan lapang bahkan berlimpah, sangat wajar kalau kita melakukannya. Tetapi, bagaimana ketika kita sedang pailit, uang pas-pasan, harta terbatas, bahkan kita pun sangat butuh dengan uang yang ada? Mungkin hanya sebagian kecil saja yang masih sanggup berderma. Tetapi, jika kita mampu untuk berbagi dalam keadaan sempit, tentu menunjukkan keikhlasan yang tinggi.

Keikhlasan tidak nampak secara fisik. Ikhlas atau tidaknya seseorang dalam suatu amal shaleh, hanya dapat diketahui oleh dirinya sendiri. Hanya Allah SWT sajalah yang dapat mengetahui seseorang itu ikhlas atau tidak dalam amal shalehnya itu. Meskipun orang tersebut mengaku melakukannya secara ikhlas, itu bukan jaminan ia benar-benar ikhlas. Secara lahir, mungkin seseorang terlihat ikhlas, tapi itu belum tentu.

Ikhlas adalah mengosongkan hati dari semua motivasi dunia dalam amal akhirat. Ia merupakan buah dari kesempurnaan tauhid, yaitu meninggalkan Allah SWT. Dengan keikhlasan yang murni, seorang Muslim dapat melepaskan dirinya dari segala bentuk perbudakan, melepaskan diri dari segala penyembahan kepada selain Allah, seperti kepada tahta, wanita, jabatan, harta, atau nafsu.

Seorang Muslim yang ikhlas, tunduk dan taat terhadap seruan Allah SWT dan Rasulullah SAW. Allah SWT berfirman, "Katakanlah : Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri." (QS. Al-An'am [6] : 162-163).

Menjadi Muslim yang ikhlas adalah sebuah keniscayaan. Tidak ada jalan lain bagi kita agar semua amal shaleh berbuah pahala, selain ikhlas. Wallahu a'lam bishshawwab. [Swadaya-1106]

kotasantri.com

MEMELIHARA DIRI

Akhirat itu ialah hari yang terakhir,hari kemudian,hari pembalasan, hari dikumpulkannya manusia untuk menerima balasan yang sempurna. Percaya terhadap hari akhirat itu termasuk rukun iman yang enam. Dan hampir semua agama ada mempunyai kepercayaan kepada hari akhirat itu. Buat membayangkan bagaimana hebat dan dahsyatnya hari akhirat, baiklah kita perhatikan keadaan sebelumnya dan sekitarnya.

Setiap manusia yang hidup didunia ini ada mepercayai ajal yang tertentu,sangat terbatas. Apabila tiba ajalnya maka putuslah segala kesempatan baginya untuk bekerja dan beramal. Ketika itu berpisahlah ia dengan alam dunia ini untuk pindah kenegeri yang kekal yaitu negeri akhirat, tempat kesudahan segala makhluk. Berpisahlah ia dengan isteri dan anak2nya, berpisahlah ia dengan kedua ibu bapanya, berpisahlah ia dengan saudara2 dan keluarganya, berpisahlah ia dengan kawan dan sahabat2nya, berpisahlah ia dengan barang2 simpanan dan harta bendanya,perpisahlah ia dengan perniagaannya yang dikhawatirkan surutnya sewaktu hidupnya ,berpisahlah ia dengan sawah ladangnya yang dikhawatirkan tidak panen semasa hidupnya,berpisahlah ia dengan pangkat dan jabatan yang sangat dikejar2nya pada waktu hidupnya ,dan berpisahlah ia dengan rumah tangga yang sangat dicintai dan sangat disayanginya.

Dimanakah pertama kali kita diletakkan waktu berpisah dengan dunia dan segala isinya itu? Kita akan diletakkan didalam tanah yang sangat gelap,luasnya hanya sekedar meletakkan tubuh kasar kita,tiada dapat bergerak dan berkutik, tak ada teman yang menemani,tak ada sahabat yang menghibur ,bahkan memang dengan sengaja kita ditinggalkan sendiri,diwaktu dalam keadaan gelap gulita, datanglah binatang menghampiri kita, kutu dan ulat memakan kulit,daging dan tulang2 kita.

Demikianlah keadaan yang akan kita alami sebagai manusia,besar-kecil,tua-muda,laki2-perempuan, pejabat yang berpangkat-atau rakyat biasa, kaya-miskin, raja yang paling besar atau rakyat yang paling papa, semua sama keadaannya ditanah yang gelap itu,gelap dan sunyi senyap, kita disana sendiri dan terus sendiri sampai menghadap Allah tuhan yang Esa diakhirat untuk mempertanggung jawabkan apa yang telah kita perbuat didunia ini.

Siapakah yang menolong kita pada waktu itu?.Siapakah yang dapat menghibur kita ditempat yang terasing itu? .Dan siapakah yang dapat meringankan kesusahan yang maha berat dan berbahaya itu?. Tiada lain dan tiada bukan melainkan hanyalah amal kita sendiri yaitu amal ketika kita masih hidup didunia ini. Dan ingat wahai hadirin,bahwa amal itu ada dua.Ada amal yang baik dan ada amal yang buruk.Amal yang buruk akan menjadi musuh kita yang selalu memburu, mengejar dan membahayakan kita ,dan amal yang baiklah yang akan menjadi kawan kita didalam kubur sampai keakhirat kelak.


Dunia ini adalah tempat bertanam,dan akhirat tempat memetik buahnya. Kalau didunia kita menanam kejahatan, kemungkaran, syirik, dan lain2 yang dilarang Allah, diakhirat akan memetik buahnya dineraka dan akan tinggal disana. Perhatikanlah firman Allah swt, yang menerangkan tentang kehidupan ahli neraka,yang berbunyi sbb ;

Artinya; Sesungguhnya pohon zaqum (buah neraka) itu makanan orang yang berdosa seperti kotoran minyak yang mendidih didalam perut,seperti mendidihnya air yang panas. ( Ad-Dukhoon 43-46 )

Artinya; Jika mereka haus meminta minum diberikanlah kepada mereka air yang seperti
Kotoran minyak yang membuat hangus muka2 alangkah buruknya minuman itu dan seburuk buruk tempat.( Al-Kahfi 29 )

Kalau kita ketika didunia menanam amal yang baik, perbuatan yang suci ,yang sesuai dengan perintah Allah, niscaya kita akan memetik buahnya didalam syorga,tempat kesenangan yang kekal dan abadi dinegeri akhirat buat selama lamanya.

Firman Allah swt ;

Artinya;Allah akan membalas mereka karena shabarnya dengan syurga,dan memberi pa kaian sutera, mereka berbaring didalamnya diatas pelaminan,tiada mereka lihat
matahari (yang membuat kepanasan ) dan tiada pula kedinginan.(Al,Insaan 12.13)

Untuk itu mari kita memperbanyak amal2 yang baik,dan memimpin keluarga kita untuk beramal sholih, agar terhindar kita dan keluarga kita dari siksa api neraka .Mudah2an kiranya Allah menjadikan kita ummat yang baik di dunia ini sampai keakhirat kelak , Aamiin ya Robbal `Aalaamiin.

Artinya;Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang2 yang tidak sombong dimuka bumi dan tidak berbuat bencana,dan kesudahan yang baik itu bagi orang2 yg berbakti.
( Al.Qashash.83)

(Oleh :Setia Budi P3NTR KAB.ASAHAN KEC.BUNTU PANE)

09 December, 2006

Masalah malu


Salah satu hikmah yang terkandung didalam kitab2 agama dari dahulu sampai sekarang ialah tentang rasa malu yang harus ada pada diri kita. Sebagaimana juga telah diterangkan oleh Rasulullah saw,

Artinya: Apabila engkau tidak mempunyai malu,maka perbuatlah apa yang engkau kehendaki..
( H.R.Bukhori )

Saudaraku, didalam memahami hadist ini, manusia terbagi pada dua pendapat.
Pendapat pertama mengatakan, bahwa perintah didalam perkataan Nabi ini adalah; untuk teguran keras.Serupa dengan teguran Allah swt yang berbunyi :


Artinya : Kerjakanlah apa yang kamu kehendaki, sesungguhnya Allah melihat apa yang kamu kerjakan. (Fushilat40 ).
Maksudnya apabila manusia tidak mau menuruti perintah Allah,maka perbuatlah apa yang disukainya,karena Allah mengetahui dan akan membalas seluruh perbuatan manusia itu.

Dengan memakai arti ini dapat dipahami bahwa,Haya` atau Malu yang tersebut dalam perkataan Nabi itu, adalah suatu sipat yang menghalangi seseorang dari berbuat dosa dan kejahatan. Maka orang yang tidak punya malu dia akan cenderung berbuat dosa dan kejahatan.

Dosa dan kejahatan baginya seperti satu tubuh yang tidak terpisah. Kalau seseorang sudah tidak terpisah dengan dosa dan kejahatan,maka ia akan berbuatlah sesuka sukanya,dan semau maunya,seolah olah dia diperintah untuk berbuat dosa dan kejahatan itu. Hal itu terjadi dikarenakan dia sudah tidak mempunyai rasa malu lagi.

Pendapat yang kedua mengatakan, bahwa perintah tadi sifatnya hanya keharusan saja. Maksudnya apabila didalam sesuatu perbuatan,kita merasa aman daripada mendapat malu karena
kita merasa bahwa yang kita perbuat itu benar,maka perbuatan itu boleh dilakukan.Pendapat yang kedua ini tidaklah tepat dan terlalu jauh dari tujuan kata2 yang terdapat didalam Al-Qur an dan Hadist tadi.

Marilah kita simak besarnya pengaruh kata kata yang disampaikan oleh Nabi tentang rasa
malu itu. Kita melihat didunia sekarang bermacam macam kejahatan dan kemungkaran yang dilakukan manusia. Seperti; pembunuhan, perkosaan, perampasan hak manusia, korupsi, judi minuman yang memabukkan,narkoba dan sebagainya.Kalau kita periksa dengan teliti,perbuatan –
perbuatan maksiat tersebut dilakukan karena disebabkan sudah hilangnya rasa malu pada diri sipelaku.
malu

Kalau rasa malu sudah tidak ada pada diri seseorang ,atau pada suatu masyarakat ,atau pada suatu ummat dan bangsa, niscaya akan menjalarlah segala macam kemaksiatan dan kejahatan Jangan kita merasa hanya orang2 yang bodoh dan kecil saja yang mudah dihinggapi hilang rasa malu itu. Tetapi juga orang2 yang pintar dan pandai, orang2 besar, orang yang berkedudukan tinggi,dari rakyat biasa sampai pejabat,pedagang,karyawan,petani.bahkan semua golongan ,dapat dihinggapi penyakit hilangnya rasa malu itu. Bahkan apabila penyakit hilangnya rasa malu itu sudah berada pada diri orang2 atas,maka bahayanya akan lebih besar lagi. Karena hilangnya rasa malu itu,akan merobah nama2 kejahatan dan perbuatan dosa menjadi nama nama yang baik dan sopan kedengarannya. Seperti kemungkaran diganti namanya dengan pelanggaran, perzinahan diganti namanya dengan pelesiran ,pencurian diganti namanya dengan penjarahan, perjudian diganti namanya dengan ketangkasan, kekejaman diganti namanya dengan keadilan,kemusyrikan diganti namanya dengan kebudayaan ,kepornoan diganti namanya dengan kesenian, dan lain lain sebagainya. Semua kejahatan2 tersebut sudah berobah namanya,dan dianggap baik,sudah dianggap enteng dan biasa , Orang2 seperti inilah yang tersesat jalan,namun mereka menganggap perbuatannya benar.



Artinya : Yaitu orang2 yang siasia perbuatannya dalam penghidupan dunia,dan mereka
mengira bahwasanya mereka berbuat baik dalam usahanya.( Al-Kahfi 104 ).

Saudaraku Marilah kita berdoa dan berusaha,agar kiranya Allah menjauhkan kita dari penyakit tidak punya malu itu sehingga kita selamat dari perbuatan2 dosa dan mendapatkan kebahagiaan sejak didunia ini sampai keakhirat kelak.Aamiin Yaa Robbal `Aalaamiiin.


Sebagai penutup kita simak surat ( AN-Nisaa` 108 )


Artinya;Mereka menyembunyikan (kesalahannya) dari manusia ,tetapi mereka tidak
dapat bersembunyi dari Allah.(karena) Dia bersama mereka,sewaktu mereka
suatu malam memutuskan suatu perkataan (perbuatan) yang tidak disukai Allah.Dan Allah Maha Mencakup ilmu Nya tentang apa saja yang mereka kerjakan.
( AN-Nisaa` 108 )

penulis/disusun oleh : Setia Budi ( P3N Prapat Janji kab Asahan Prop SUMUT )

05 December, 2006

BERSIKAP ADIL DAN BIJAKSANA DALAM BERGAUL

Oleh
Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa'dy


Rasulullah Shallallahu ' alaihi wa sallam bersabda.

Artinya : Janganlah seorang mu'min lelaki membenci seorang wanita mu'minah. Karena, kalaupun ia tidak menyenangi suatu karakter yang ada padanya, tentu ia menyenangi karakter lain yang ada padanyaĆ¢€? [1]

Hadits ini mengandung dua hikmah yang agung.

Pertama.
Arahan untuk bergaul dengan isteri, kerabat dekat, teman, orang yang bekerja sama dengan anda, dan semua yang ada keterkaitan dan hubungan antara anda dan dia. Yaitu, seyogianya anda tata batin anda dalam bergaul dengannya, bahwa pasti ia mempunyai cela atau kekurangan atau hal lain yang tidak anda sukai. Jika anda dapati hal yang demikian, bandingkanlah itu dengan kuatnya pertalian dan kesinambungan cinta antara anda dan dia yang wajib atau seyogianya anda bina, dengan mengingat sisi-sisi kebaikan, maksud-maksud baik yang bersifat umum atau khusus yang ada pada dirinya. Dengan menutup mata dari sisi-sisi keburukkan dan memandang sisi kebaikan, persahabatan dan tali hubungan akan langgeng dan ketenteraman batin akan terwujud bagi anda.

Kedua.
Yaitu hilangnya kegelisahan maupun keguncangan,langgengnya ketulusan cinta, keberlanjutan menunaikan tuntunan bergaul yang bersifat wajib maupun sunnah, dan terwujudnya ketentraman batin antara kedua belah pihak.
Baransiapa yang tidak mengambil pelajaran dari hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ini, tetapi bahkan ia melakukan sebaliknya, yaitu dengan memperhatikan sisi-sisi keburukan dan membutakan mata dari melihat sisi-sisi kebaikan, maka pasti ia akan guncang dan gelisah, dan pasti tidaklah mulus cinta yang ada antara dia dan orang yang sudah terjalin hubungan dengannya. Disamping itu, sejumlah hak maupun kewajiban yang harus dipelihara oleh masing-masing dari keduanyapun akan putus.

Banyak tokoh atau pahlawan yang mampu menguatkan hatinya untuk sabar dan tenang saat terjadinya bencana atau malapetaka besar. Namun, di saat menghadapi perkara-perkara remeh dan sederhana, maka justeru guncang, dan kepolosan hatinya tidak jernih lagi. Sebabnya adalah karena mereka dapat menguatkan hati dalam menghadapi perkara-perkara besar,namun saat menghadapi perkara-perkara kecil, justeru mereka biarkan diri mereka tanpa kontrol, sehingga membahayakan mereka dan berefek buruk pada ketenangan mereka.

Orang yang berkepribadian kokoh mampu menguatkan hatinya untuk menghadapi perkara kecil maupun besar. Ia memohon pertolongan Allah untuk menghadapinya dan memohon agar Allah tidak menitipkan dirinya kepada dirinya walau sekejap mata. Maka, di saat itulah perkara kecil menjadi mudah baginya, sebagaimana perkara besar pun menjadi mudah. Dan, ia tetap berjiwa tenteram dan berhati tenang dan nyaman.


[Disalin dari buku Al-Wasailu Al-Mufidah Lil Hayatis Sa'idah, edisi Indonesia Dua Puluh Tiga Kiat Hidup Bahagia, Penerjemah Rahmat Al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf, Penerbit Kantor Atase Agama Kedutaan Besar Saudi Arabia Jakarta]
_________
Foote Note
[1]. Hadits Riwayat Muslim, Muslim bin Al-Hajjaj An-Naisaburi, Shahih Muslim, Kitab Ar-Radha bab Al-Washiyyah bin Nisa'

sumber : dudung.net ( artikel pilihan )
post by : dray