18 May, 2007

Makna Tawakal

"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Dan kamu melihat manusia berbondong-bondong masuk agama Allah. Maka bertasbihlah dengan memuji nama tuhanmu dan mohon ampunlah kepadaNya. Sesungguhnya Dia Maha Penerima Taubat." (QS. An-Nashr [110] : 1-3).

Firman Allah di atas berkaitan dengan adanya peristiwa futuh (penaklukan) Mekah, dimana pada saat itu kaum Muslimin yang dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW, menyerbu kota Mekah untuk dijadikan kota yang bersih dari berhala. Dengan membawa ratusan ribu kaum muslimin, akhirnya Rasulullah dapat dengan mudah menaklukan kota Mekah.

Rasulullah SAW memerintahkan kepada penduduk Mekah agar mereka berlindung di dalam Ka'bah dan di rumah Abu Sufyan. Meski Abu Sufyan belum memeluk Islam, namun Rasulullah tetap menghormatinya. Abu Sufyan adalah salah satu pembesar yang dihormati kota Mekah kala itu.

Allah SWT memerintahkan kepada kita agar kita senantiasa mengingat Allah dikala kita memperoleh kemenangan sehingga kita tidak terlena dan melupakan Allah. Dalam ayat terakhir Allah SWT memerintahkan agar kita senantiasa bertasbih yaitu mensucikan namaNya dengan memuji namaNya dan memohon ampun (beristighfar) . Di dalam ayat itu terkandung makna agar kita selalu menyerahkan segala urusan (bertawakal ) sepenuhnya kepada Allah setelah kita berusaha dengan sekuat tenaga. Tetapi makna tawakal itu jangan sampai disalahartikan, karena banyak sekali umat Islam salah dalam mengartikan kata tawakal.

Seperti kita ketahui bahwa umat Islam terdiri dari berpuluh-puluh kelompok aliran, salah satunya adalah golongan Jabariyah. Mereka mengartikan kata tawakal menurut logika mereka, sehingga golongan ini lebih banyak berdiam diri dalam mencari rezeki Allah. Menurut mereka, rezeki itu sudah diatur oleh Allah dan tidak akan berkurang.

Manurut Aam Amirudin, Lc. dalam bukunya Tafsir Kontemporer, beliau memaparkan makna tawakal sebagai berikut. Pertama, kita dianjurkan untuk bermujahadah atau bersungguh-sungguh dalam mencari rezeki atau dalam hal apapun sehingga kita mempunyai nilai lebih di hadapan Allah SWT. Pernah ada seorang sahabat yang berkata kepada Rasulullah bahwa ia akan membiarkan untanya dilepas, lalu ia akan bertawakal kepada Allah SWT. Rasulullah melarang perbuatan dan sikap sahabat tersebut. Beliau menyuruh sahabatnya itu agar mengikat untanya, lalu bertawakal kepada Allah.

Kedua, selaku muslim kita pun dianjurkan untuk bedo'a kepada Allah, karena dengan berdo'a kita bisa mengetahui siapa diri kita, siapa pencipta kita, sehingga menimbulkan rasa rendah diri di hadapan Allah. Do'a merupakan senjata yang paling ampuh bagi kaum Muslimin. Nabi Ibrahim AS pernah berdo'a agar tempat yang ditempati oleh Siti Hajar dan Isma'il dijadikan sebagai tempat yang subur. Do'a Nabi Ibrahim AS dikabulkan oleh Allah SWT. Nabi Ibrahim juga berdo'a kepada Allah SWT agar anak beserta keturunannya dijadikan hamba-hamba yang senantiasa melaksanakan shalat. Allah mengabulkan do'anya, terbukti dengan banyaknya keturunan dari Nabi Ibrahim yang menjadi Nabi dan Rasul, salah satunya Nabi Muhammad SAW. Begitu dahsyatnya do'a yang kita panjatkan kepada Alah SWT sehingga tidak ada seorang pun yang dapat menghalanginya.

Firman Allah dalam Al-Qur'an Surat Al-Baqarah ayat 152, "Ingatlah kalian kepadaKu, maka Aku akan selalu ingat kepadamu. Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kalian mengingkarinya. " Ayat ini mengandung makna bahwa setiap insan khususnya umat Islam dianjurkan untuk selalu ingat kepada Allah dan niscaya Dia pun akan selalu mengingat hambaNya yang senantiasa berdzikir kepadaNya.

Ketiga, bersyukur. Setiap manusia telah ditetapkan rezekinya semenjak di dalam kandungan ibunya, sehingga apa yang kita peroleh pada saat ini sudah merupakan ketetapan Allah SWT. Walaupun begitu, kita dianjurkan untuk berusaha dengan sekuat tenaga di dalam menjemput rezeki. Dalam menjemput atau berusaha untuk memperoleh rezeki, KH. Abdullah Gymnastiar memberikan rumus tiga As, yaitu bekerja keras, bekerja cerdas, dan bekerja ikhlas.

Rasulullah bersabda, "Inginkah kalian kutunjukkan siapa manusia ajaib itu?" Para Sahabat menjawab, "Benar, kami ingin mengetahuinya. " Rasulullah menuturkan bahwa manusia ajaib itu adalah apabila dia diberi rezeki dia bersyukur dan apabila dia tertimpa musibah dia bersabar.

Keempat, sabar dalam melaksanakan segala aktivitas. Allah SWT berfirman, "Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu dan tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negerimu) dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu beruntung." (QS. Ali Imran [3] : 200).

Di dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kita semua agar senantiasa bersabar terhadap segala yang telah ditetapkanNya. Jika kita bersabar saat ditimpa musibah, maka kita termasuk orang-orang yang bertawakal kepadaNya. Wallahu a'lam bish shawab. [DPU]
penulis : Abu Rifa
sumber : http://kotasantri. com/mimbar. php?aksi= Detail&sid=405

0 comments: