12 October, 2006

Hati pun Harus Berpuasa

Penulis : Mulyadi Al-Fadhil
"Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya." (QS. At-Taghabun [64] : 11).

Melakukan ibadah puasa (shaum), bukan saja sekadar menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minun dengan sengaja, atau bersetubuh. Tetapi kita pun harus mengindari hal-hal yang akan menghilangkan pahala puasa. Banyak di antara kita yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasa yang dilakukannya, kecuali lapar dan haus.

Rasulullah SAW bersabda, "Banyak orang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali lapar. Dan banyak orang shalat malam, tidak mendapat apa-apa dari shalatnya kecuali begadang." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah).

Dalam hadits yang lain, Rasulullah SAW juga bersabda, "Puasa bukanlah hanya meninggalkan dari makan dan minum, akan tetapi termasuk puasa adalah menghindarkan dari kata-kata yang tidak berguna dan dusta. Maka jika ada orang yang mencelamu atau usil kepadamu, katakanlah, saya sedang puasa." (HR. Ibnu Majah, Ibnu Hiban, al-Hakim).

Menjaga Hati

Salah satu cara agar kita tidak kehilangan pahala puasa adalah dengan menjaga hati. Batalnya pahala puasa bermula dari hati yang kotor. Berghibah, namimah (mengadu domba), berdusta, atau mencela orang lain, akan terjadi karena hati yang tidak bersih. Karenanya, bukan hanya mulut saja yang harus berpuasa, hati kita pun harus berpuasa.

Dalam kitab Tsalatsuuna Dirasan Lishshaaimina, Syaikh Aidh Abdullah Al-Qarni menjelaskan, setiap mahluk mempuyai hati. Tapi hati ada dua, ada hati yang hidup disinari cahaya, dicerahkan iman, sarat dengan keyakinan, dan diramaikan takwa. Ada juga hati yang mati, sengsara dan menderita, di dalamnya terdapat kehancuran dan kerusakan. Petunjuk hati adalah asas semua petunjuk, dasar semua taufik, landasan dan pangkal semua perbuatan. Dalam sebuah hadits Rasululah SAW bersabda, "Ingatlah bahwa dalam tubuh terdapat segumpal darah, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak maka rusak pula seluruh tubuh. Ingatlah, segumpal darah itu ialah hati."

Hati orang-orang beriman, baik pada bulan Ramadhan atau bulan lainnya, selalu berpuasa. Puasa hati adalah dengan mengosongkannya dari materi, bentuk-bentuk syirik yang merusak, keyakinan yang bathil, bisikan-bisikan jahat, niat-niat busuk, dan pikiran-pikiran keji. Hati seorang Mukmin ramai dengan cinta kepada Allah, ia mengenal Tuhannya dengan segala nama dan sifatNya seperti yang dijelaskan Allah sendiri tentangNya.

Baiknya hati adalah kebahagiaan di dunia dan akhirat, rusaknya hati adalah kehancurannya dalam jangka waktu yang tidak diketahui kecuali Allah. Allah SWT berfirman, "Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya." (QS. Qaaf [50] : 37).

Hati seorang Mukmin puasa dari rasa sombong, sebab sombong akan menghancurkan hati. Kesombongan tak akan mendapat tempat di hati seorang Mukmin, sebab ia haram. Kemah, rumah, dan tempat berteduh kesombongan adalah hati. Bila kesombongan menempati hati, maka si empunya hati akan menjadi sakit dan dungu, akalnya tidak sempurna dan gemar bermain.

Menurut Al-Qarni, dalam sebuah hadits Qudsi Allah SWT berfirman, "Kesombongan adalah pakaianKu, keagungan adalah sarungKu. Barangsiapa bersaing denganKu dalam keduanya, Aku menyiksanya." Rasulullah SAW juga bersabda, "Barangsiapa sombong kepada Allah maka Allah akan merendahkannya, dan barangsiapa merendahkan hati kepada Allah maka Allah akan mengangkatnya."

Hati seorang Mukmin berpuasa dari rasa ujub (kagum atas dirinya sendiri), yaitu membayangkan dirinya sempurna, lebih utama dari orang lain. Inilah kehancuran dirinya. Rasulullah SAW bersabda, "Tiga hal yang merusak : Perasaan ujub seseorang kepada dirinya, kebakhilan yang, dituruti dan hawa nafsu yang diikuti." Obat ujub yaitu melihat aib sendiri, banyak kekurangan, ribuan salah dan khilaf yang dilakukan seorang hamba, yang ia lakukan kemudian ia lupakan, sedangkan yang tahu hanya Allah SWT.

Hati seorang Mukmin berpuasa dari dengki, sebab perasaan dengki menghancurkan semua perbuatan amal shaleh, memadamkan cahaya qalbu, memberhentikan jalannya menuju Allah SWT. Allah SWT berfirman, "Ataukah mereka dengki kepada manusia lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya?" (QS. An-Nisa [4] : 54).

Hati kita sebaiknya berpuasa seperti berpuasanya hati Rasulullah SAW, para sahabat, atau salafush shaleh. Selagi Allah SWT masih memberi kesempatan, jagalah hati, agar kita tidak kehilangan pahala berpuasa di bulan yang penuh ampunan, berkah dan rahmatNya. Wallahu a'lam bishshawwab.

URL : http://kotasantri.com/mimbar.php?aksi=Detail&sid=322

0 comments: