16 August, 2006

Keutamaan Hidup di Jalan Da`wah

Oleh : Basuki
(Penulis aktif dalam “Usrah” Mingguan)
salamku buat syaiful-islam
http://syaiful-islam.blogspot.com

Pada dasarnya Allah telah menggariskan kepada kita tentang sebuah hakikat yang harus dijalani dalam seluruh aktifitas kehidupan, yaitu beribadah. Tanpa mengenal batas waktu, tempat dan usia. Sebab memang demikian adanya yang telah dinukilkan oleh Allah dalam surat Adz Dzariyat ayat 56. Bahwasanya setiap manusia diciptakan oleh Allah tidak lain kecuali untuk beribadah.
Dalam perkembangan maknanya, harus kita pahami bahwa ibadah tidak hanya sekedar shalat, puasa, zakat dan berhaji saja. Lebih dari itu bagaimana setiap kita bisa menjadikan seluruh tingkah laku, perkataan, pikiran, sikap dan potensi yang ada sebagai upaya untuk meraih ridha-Nya. Itulah mengapa kemudian pada banyak ayatnya Allah selalu mengingatkan manusia untuk selalu ber`amar ma`ruf nahi munkar.
Bila kita mengingat ajakan untuk selalu ber`amar ma`ruf nahi munkar, maka kita akan terbawa pada sebuah kegiatan yang juga seharusnya memberikan nilai pahala tersendiri yaitu berda`wah. Maka, saat mendengar kata-kata berda`wah, jangan pernah dibayangkan dalam benak kita bahwa kegiatan yang satu ini hanya terpaku pada kegiatan ceramah, ta`lim, wirid, tasqif, daurah atau bahkan kultum semata. Sebab, dalam banyak ayat ternyata Allah selalu mengingatkan agar kita bisa memenuhi proses mengajak pada kebaikan dan mencegah pada keburukan. Sehingga, kita akan memahami bahwa sebenarnya berda`wah adalah bagaimana kita bisa mengintegralkan desah nafas kehidupan untuk selalu mengingat hakikat penghambaan yang sebenarnya.
Para ulama sepakat bahwa definisi umum tentang da`wah adalah kegiatan menyeru manusia kepada jalan Allah dengan hikmah dan pelajaran yang baik sehingga mereka yang dida`wahi mengingkari segala bentuk pengabdian kepada selain Allah, lalu mereka mengimani Allah, keluar dari kegelapan sistem hidup jahiliyah menuju terangnya Islam. Ayat-ayat yang menjadi dalilnya banyak sekali. Beberapa diantaranya adalah Surat An Nahl ayat 125, Ali Imran : 104, Ali Imran : 110, Al Maidah : 2, dan sebagainya.
Akan tetapi, semakin semakin hari semakin dibutuhkan tenaga yang luar biasa untuk dapat memberi pemahaman menyeluruh pada setiap orang akan hakikat da`wah yang sebenarnya. Banyak hal yang bisa dijadikan alasan seseorang untuk tidak ikut ambil bagian dalam barisan orang-orang mulia ini. Permasalahan kepahaman, minimnya ilmu, kurangnya pengalaman, keluarga yang tidak mendukung, bisa menjadi salah satu faktornya.
Belum lagi bila pada akhir-akhir ini ternyata ummat Islam sendiri dihadapkan pada kondisi dilematis. Tudingan teroris, tak bisa diajak kompromi sampai sebutan militan garis keras, semakin menekan keinginan seseorang untuk menambatkan hatinya dalam berda`wah.
Padahal, bila kita belajar pada shirah nabawiyah (sejarah nabi), lebih banyak sebutan pedas yang semakin hari semakin meninggi menempel pada diri kaum muslim saat itu. Mulai dari sebutan orang gila sampai tukang sihir. Hal ini wajar, sebab salah satu ciri da`wah adalah sedikit pendukungnya, namun banyak penentangnya.
Ada beberapa keutamaan berda`wah yang harusnya dapat menjadi motivasi bagi kegiatan amal kita.
Pertama da`wah merupakan sebuah kenikmatan terbesar yang Allah berikan kepada kita (a`zhomu ni`amillah). Betapa tidak, dengan menyeru seseorang kepada kebaikan, orang yang tadinya bergelimang dengan dosa dapat diselamatkan melalui perantaraan kita. Artinya, ia telah mendapatkan hidayah Allah dengan usaha maksimal yang kita berikan. Sehingga, bila mengacu pada hadits Rasulullah, orang yang telah berhasil mengantarkan seseorang pada nikmatnya hidayah dia telah mendapatkan nikmat yang lebih baik dari dunia dan seisinya.
Dengan berda`wah kita telah menjadikan Allah ridha akan segala apa yang kita perbuat, Segala langkah kita akan dimudahkan. Walau terkadang di mata manusia kita seakan-akan hidup terlunta-lunta, namun sesungguhnya di sisi Allah telah dijanjikan banyak kenikmatan yang tak terbatas. Belum lagi ketika kita berda`wah, kecintaan kepada Allah (mahabbatullah) akan semakin meningkat, terpeliharanya iman dan juga mendapatkan nikmat iman yang luarbiasa.
Mushab bin `Umair pada zaman rasul adalah seorang sahabat yang bergelimang dengan harta. Parasnya yang menawan ditambah wangi parfumnya yang bisa dideteksi dari jarak puluhan meter, membuat gadis-gadis Quraiys kembang-kempis melihatnya.
Tetapi, apa yang terjadi ketika ia telah tersentuh dengan da`wah Islam. Segala apa yang dimiliki sebelumnya ia tinggalkan semua. Bahkan sampai harus membuat ibu kandungnya rela untuk memutuskan hubungan hanya karena beda prinsip hidup. Yang lebih memiriskan hati adalah ketika ia syahid di medan perang. Kain penutup tubuhnya tidak mencukupi untuk menyelimuti seluruh bagian tubuhnya. Ketika ditarik ke atas kepa, bagian kakinya tersingkap. Dan sebaliknya ketika kaki yang ditutupi, maka bagian kepala akan tersingkap.
Demikianlah adanya kenikmatan dari Allah apabila telah hadir pada jiwa seseorang. Segala bentuk kejayaan duniawi akan ditinggalkan seluruhnya. Kenikmatan yang pernah dirasakan digantikan dengan yang lebih baik oleh Allah SWT. Tidak ada target duniawi yang diharapkan. Apalagi pujian dari manusia.
Keutamaan yang kedua adalah orang-orang yang berda`wah telah melakukan amal yang terbaik (ahsanul `amal). Dengan berda`wah seseorang tidak akan menjadikan keshalehan yang ia miliki hanya terbatas untuk seorang. Melainkan juga miliki orang lain. Sebab konsep berda`wah yang baik adalah bagaimana ia yang telah shaleh mampu memperbaiki orang lain. Sembari memperbaiki diri sendiri, juga mengajak orang lain untuk menerima kebaikan tersebut.
Merujuk pada Al Qur`an Surat Al Fushilat ayat 33. Di sana jelas dikatakan bahwa da`wah adalah amal yang paling utama dari sekian banyak amal yang ada.
Ketiga, da`wah adalah tugas utama dari rasul (mihnatur rasul). Oleh sebab itu bila kita memang mengakui diri sebagai seorang muslim yang sejati, sudah selayaknya mengikuti apa-apa yang telah dicontohkan rasul. Dengan berda`wah kita telah memulainya.
Syaikh Mushthafa Masyhur mengatakan dalam buku Fiqh Da`wahnya bahwa jalan da`wah adalah jalannya para nabi dan orang shaleh setelahnya. Kerja rasul tidak lain dan tidak bukan melainkan hanya berda`wah. Oleh karena itu ketika seseorang telah komitmen (iltizam) terhadap jalan da`wah, maka ia telah mendapatkan keutamaan yang juga telah diberikan kepada nabi, para sahabat, sahabiyah, dan orang-orang beriman sesudahnya.
Yang juga harus kita sadari, dalam da`wah kita tidak mementingkan tampilan fisik. Ada hal yang lebih utama dari itu, yaitu substansi. Sehingga, ketika mulai menda`wahi seseorang kita memang benar-benar memberikan transfer ruhiyah dan keimanan. Bukan sebaliknya, justru mengedepankan tampilan dibandingkan isi. Hasilnya, banyak ditemui dalam masyarakat kita yang katanya berperan sebagai seorang penda`wah (da`i) dianggap sebagai pelawak ketimbang sebagai seorang ulama.
Keutamaan yang terakhir adalah kita akan mendapati kehidupan yang diridhai Allah SWT (al hayatu al mubarak). Hidup ini akan selalu penuh dengan keberkahan. Beberapa indikasi yang didapatkan adalah kehidupan yang dicintai Allah SWT, mendapatkan cinta Allah, rahmatNya, pahala yang tak pernah terputus dan juga pahala yang selalu dilipatgandakan.
Jangan pernah berharap ketika telah meng-azzam-kan diri dalam da`wah kita akan mendapat keuntungan dalam hidup. Yang didapat justru sebaliknya. Tantangan, cobaan, cacian bahkan ancaman nyawa melayang adalah bumbu yang akan menempa seorang da`i. Tantangan seprti itulah yang sebenarnya akan membuat pribadi seorang da`i menjadi dewasa.
Pada akhirnya, marilah kita membenahi masyarakat yang ada saat ini dengan pemahaman da`wah yang komprehensif. Jangan pernah berharap akan mendapati masyarakat yang memilki kesadaran berislam yang kuat bila kita tidak pernah mengubahnya dari sekarang.. Untuk itu, mari kita perbaiki diri sendiri sembari mengajak orang lain agar menuju terangnya cahaya Allah. Tidak ada yang tidak bisa dilakukan dalam berda`wah selagi kesemua itu untuk mengharap ridha Allah SWT. Maka, mulai dari diri sendiri, mulai dari yang paling kecil, dan mulai sekarang juga.
Fastabiqul khairat. Wallahu a`lam bishshawab.

1 comments:

Bejo paijo said...

Dakwah !! Duuh.. jadi pengen nih bisa berdakwah, tapi kemampuan berbicara masih harus diasah terus. Abis kalo udah di depan orang banyak dikit, udah langsung gugup dan lupa semua deh ilmunya...hehehe...

http://qzoners.blogdrive.com