24 August, 2006

Hati-hati dengan Egois


Penulis : H. Mulyadi Al Fadhil, S.Sos
Egois adalah sikap mementingkan diri sendiri dan mengorbankan orang lain. Sikap ini muncul karena penyakit hati. Padahal tidak ada seorang pun manusia yang hidup di muka bumi ini kecuali membutuhkan orang lain. Perhatikan saja pakaian yang kita gunakan, makanan yang kita konsumsi, kendaraan yang kita naiki, kursi yang kita duduki, kasur yang kita tiduri, sampai air yang kita minum tidak lepas dari jasa dan kebaikan orang lain. Hanya saja, kita terkadang lupa diri. Sifat egois dapat muncul dan kerap membuat kita lupa dan merasa tidak butuh orang lain.

Allah SWT menciptakan mahluknya dengan beragam kelebihan dan perbedaan. Warna kulit, suku, adat, dan kebiasaan setiap orang masing-masing berbeda. Perbedaan ini seharusnya membuat kita berupaya untuk mengenal satu sama lain. Allah SWT berfirman, "Wahai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari dari laki-laki dan perempuan dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar kalian saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian." (QS. Al-Hujurat [49] : 13).
Penyakit egois sangat berbahaya. Ia bisa menjadi penyebab tidak akurnya hubungan antar warga masyarakat. Karenanya, kita harus berhati-hati terhadap penyakit ini. Alangkah baiknya jika memahami ciri-cirinya.

***

Mengagumi Pendapat Sendiri

Orang yang egois biasanya melihat kesuksesan dari sudut pandangnya sendiri. Saat berpendapat dalam suatu diskusi, ia cenderung mengagumi pendapatnya sendiri. Ia berpikir pendapatnyalah yang paling benar dan harus diterima. Ia sangat kagum dengan keadaan dirinya yang dapat memberikan pendapat, argumen, dan berbicara dengan fasih sehingga mengundang pujian orang lain.

Kekaguman ini biasanya terjadi saat ia berbicara di depan publik, atau dalam suatu forum khusus misalnya diskusi, seminar, dan kajian ilmiah. Bahkan tidak jarang ia kagum ketika memenangkan diskusi dalam suatu obrolan santai dengan teman-temannya.

Orang yang egois akan marah jika pendapatnya ditolak oleh orang lain. Ia cenderung menyalahkan dan menganggap remeh pendapat yang lain. Ia akan memaksakan pendapatnya agar diterima dan diikuti oleh orang lain. Celakanya, kalau orang yang berpenyakit hati seperti ini adalah seorang pimpinan, tentu akan sulit untuk dikoreksi para bawahannya.

Kebalikan dari orang yang kagum terhadap pendapatnya sendiri yaitu tunduk terhadap pendapat umum. Artinya, ia tidak memaksakan apalagi mengagumi pendapatnya sendiri. Meskipun ia merasa pendapatnya benar, ia tetap menghormati pendapat yang lain. Kalimat yang akan meluncur dari mulutnya, "Bukanlah saya benar dan anda salah, akan tetapi saya benar dan anda tidak salah. Atau, saya benar dan anda pun mungkin benar."

***

Memperturutkan Hawa Nafsu

Nafsu manusia memang tiada habisnya. Selama masih hidup, selagi hayat di kandung badan, maka nafsu akan mendorong kita untuk terus mencari kehidupan dunia dengan segala gemerlapnya. Berkaitan dengan hal ini, Rasulullah SAW menyampaikan, betapa manusia sangat serakah dengan nafsunya. Jika ada harta sebesar gunung emas maka ia akan mencarinya. Jika gunung emas ini sudah ia dapatkan tentulah ia akan meminta gunung yang kedua. Ketika gunung emas yang kedua telah ia dapatkan tentulah ia akan meminta gunung emas yang ketiga, dan seterusnya.

Rasulullah melanjutkan, barulah ia akan berhenti setelah mulutnya dicocoki oleh tanah alias dikubur karena datangnya kematian. Orang yang egois selalu memperturutkan hawa nafsunya. Sama halnya dengan seorang pemarah, penipu, pencuri, dan yang sejenisnya. Mereka memperturutkan hawa nafsu dengan tidak memperhatikan aturan syar'i. Firman Allah dalam Al-Qur'an, "Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (QS. Al-Maidah [5] : 47).

***

Kikir

Takdir hidup manusia sudah ditetapkan oleh Allah SWT. Rezekinya sudah dicukupkan dan Allah memberi lebih dari apa yang diminta hambaNya sebagai ujian. Allah memerintahkan hambaNya yang memiliki kelebihan Rizki untuk berbagi dengan yang kekurangan. Akan tetapi, mereka yang egois akan merasa semua itu milknya. Ia lupa bahwa Allah yang telah mengkaruniakan rezeki kepadanya. Ia juga lupa bahwa rezekinya harus dibersihkan dengan berzakat, infaq, maupun sedekah. Ia merasa sangat berat untuk mengeluarkan hak orang lain dari hartanya. Kalau pun ia mengeluarkan, tentu jumlahnya sangat sedikit. Orang yang egois cenderung akan menjadi orang kikir.

Lain halnya dengan seseorang yang menghindari penyakit egois. Ia akan selalu ingat bahwa apa yang ia miliki hakikatnya adalah milik Allah SWT. Semua yang ada pada dirinya hanyalah titipan semata yang akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Maka, setiap ia mendapatkan rezeki ia akan ingat bahwa di sana ada bagian saudaranya yang fakir atau miskin. Ia akan menjadi manusia dermawan. Ia meyakini, dengan kedermawanan hartanya tidak akan berkurang, bahkan akan mengundang rezeki Allah yang lainnya. Sabda Nabi SAW, "Allah akan beserta (menolong) hambaNya selama hambaNya menolong saudaranya yang lain." (Al-Hadits).

***

Pecinta Dunia

Kehidupan dunia begitu menyilaukan manusia hingga membuat ia lupa dengan kewajibannya. Seorang pecinta dunia ia akan menjadikan dunia prioritas hidupnya. Ia akan mengejar mati-matian dunia dengan segala aksesorisnya, hingga membuat ia egois untuk mendapatkannya. Tidak heran jika Rasulullah SAW merasa khawatir tentang hal ini, beliau menyebutnya penyakit wahn. Para sahabat bertanya, "Apa yang dimaksud dengan wahn itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Wahn adalah cinta dunia dan takut mati." (HR. Ahmad).

Orang yang menghindarkan hatinya dari penyakit ini akan lebih banyak mengingat akhirat dan terus beramal untuknya. Ia ingat bahwa kematian akan tiba pada kondisi apapun dan di manapun. Ia selalu berusaha membersihkan hatinya dan menghindarkan dirinya dari perbuatan egois ini. Wallaahu a'lam bishshawab

KotaSantri.com

0 comments: