20 August, 2006

Jangan Malu Mengatakan Aku Tidak Tahu

Allah subhanahu wata'ala mencela orang-orang yang berkata tentang
sesuatu dengan tanpa ilmu, Dia mencela mereka di dalam Kitab-Nya yang Agung
dan melalui lisan rasul-Nya yang mulia. Ini disebabkan karena ucapan
tanpa ilmu adalah menyesatkan bukan memberi petunjuk, merusak bukannya
mem-bangun. Sedangkan ucapan seseorang "Aku tidak tahu" dalam suatu hal
yang tidak dia ketahui maka ini bukanlah aib, bukan cela dalam ilmunya
maupun dalam kemampuannya, bahkan merupakan cerminan kesem-purnaan
pengetahuannya.


Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para Rasul tentang
ummatnya sepeninggal mereka, yakni tatkala mereka dikumpulkan pada hari
Kiamat maka para rasul menjawab, "tidak tahu." Allah subhanahu wata'ala
berfirman, artinya,
"(Ingatlah), hari diwaktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah
bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)-mu". Para
rasul menjawab, "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya
Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib". (QS. Al-Maaidah:109)

Demikian para rasul ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya tentang
ummatnya, "Apa jawaban ummatmu terhadap seruanmu?" Maka mereka menjawab,
"Kami tidak mempunyai pengetahuan tentang itu," pengetahuan tentang itu
hanya ada pada-Mu wahai Rabb kami, Engkau lebih mengetahui daripada
kami, sebab Engkaulah yang mengetahui perkara ghaib, yaitu Engkau
mengetahui segala sesuatu yang ghaib dan yang tampak." (Taisir Al-Karim
Ar-Rahman, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'di, 2/36)

Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para malaikat tentang
nama-nama benda yang ada di bumi, maka para malaikat menjawab
sebagaimana firman-Nya, artinya,
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah
kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!"
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah:31-32)

Para malaikat tidak malu untuk menyerahkan perkara yang tidak mereka
ketahui kepada yang mengetahuinya yakni Allah subhanahu wata'ala.

Ilmu merupakan lautan yang tidak bertepi, dan tidak ada yang dapat
meliputinya kecuali Dzat yang Maha Meliputi segala sesuatu dengan ilmu,
Allah Yang Maha Agung.

Adapun manusia, maka seluruh manusia hanya mempunyai perbekalan sedikit
dari ilmu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala, artinya, "Dan
tiadalah kalian diberikan ilmu kecuali hanya sedikit." (QS. Al-Israa':
85). Jika demikian, maka bukan hal yang memalukan dan bukan merupakan
aib jika seorang guru, ustadz atau siapa saja mengatakan tidak tahu
terhadap apa yang tidak dia ketahui.

Al-Mawardi rahimahullah dalam Adabu ad-Dunya wa ad-Diin hal 123
mengatakan, "Jika seseorang tidak dapat menguasai sesuatu dengan ilmu maka
bukan merupakan cela jika dia bodoh dalam sebagiannya. Dan jika bodoh
dalam sebagian perkara bukan suatu aib maka bukan merupakan keburukan jika
seseorang mengatakan "Aku tidak tahu" dalam hal yang tidak ia ketahui."

Bahkan merupakan keburukan yang sangat besar jika seseorang melakukan
penipuan terhadap orang lain dengan ucapan yang salah dan ngawur. Para
siswa atau pun masyarakat pada umumnya jika mendapati seorang pengajar
atau ustadz yang memberikan jawaban salah (ngawur) hanya semata-mata
agar bebas dari satu kasus tertentu, maka suatu saat kebohongannya pasti
akan tersingkap baik dalam waktu dekat atau lambat. Dan yang terjadi
setelah itu adalah para siswa atau orang-orang akan kehilangan
keper-cayaan terhadap setiap pengajaran dan informasi yang dia sampaikan.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri ketika beliau ditanyai
sesuatu lalu beliau tidak mengetahui jawabannya, maka beliau
mengatakan, "Aku tidak tahu," sehingga turun wahyu kepada beliau tentang hal
tersebut.

Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu
'alaihi wasallam, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah tempat manakah yang
paling baik? Maka beliau menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu orang tersebut
bertanya lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Rasulullah
menjawab, "Aku tidak tahu." Orang tersebut lalu berkata, "Tanyakanlah kepada
Rabbmu." Maka datanglah Jibril 'alaihissaalam kepada Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau berkata, "Wahai Jibril tempat manakah
yang paling baik? Jibril menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu Nabi bertanya
lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Jibril menjawab, "Aku
tidak tahu."

Demikianlah, hingga akhirnya Jibril 'alaihissaalam bertanya kepada
Allah subhanahu wata'ala, sehingga diberitahukan bahwa tempat yang paling
baik adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling buruk adalah
pasar-pasar.

Abu Bakar radhiyallahu 'anhu juga telah mem-berikan contoh kepada kita
dalam meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dia
mengatakan, "Langit yang manakah tempat aku bernaung, bumi manakah tempat aku
berpijak jika aku mengatakan tentang Kitabullah dengan tanpa ilmu?"

Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu juga mengatakan, "Sesungguhnya termasuk
bagian dari ilmu jika engkau mengatakan tentang sesuatu yang tidak
engkau ketahui, 'Allahu a'lam (Allah yang lebih tahu)."

Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan sebagaimana
diriwayat-kan oleh Asy-Sya'bi, bahwa beliau keluar menemui para tabi'in
lalu berkata, "Sungguh membuat hati menjadi sejuk." Lalu ditanyakan,
"Apakah itu?" Beliau berkata, "Engkau mengatakan, "Allahu a'lam" terhadap
sesuatu yang tidak engkau ketahui."

Nafi' mantan budak Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari
beliau, dia mengatakan, "Bahwa Ibnu Umar apabila ditanya tentang sesuatu
yang tidak dia ketahui dia menjawab, "Tidak tahu, aku tidak memiliki
pengetahuan tentang itu." Dan tentunya masih banyak ucapan-ucapan yang
semakna dengan ini dari para shahabat, para imam dan ulama kaum muslimin.

Seorang penyair berkata,
Jika kau tak tahu tentang sesuatu yang ditanyakan padamu
Sementara tentangnya engkau tidak punya ilmu
Maka jangan katakan dengan tanpa kepahamanmu
Sesungguhnya kesalahan adalah cela bagi ahli ilmu

Jika engkau tidak tahu akan suatu perkara
Maka katakan aku tidak tahu jawabannya
Inilah bagian dari ilmu di sisi para ulama
Demikian selalu dikatakan oleh para hukama.

Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:


a.. Ucapan dengan tanpa ilmu adalah perbuatan yang tercela, baik
menurut Kitabullah maupun sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.


b.. Orang yang berbicara dengan tanpa ilmu maka dia merusak bukan
membawa kebaikan.


c.. Ketidaktahuan tentang sesuatu bukan merupakan aib dan kekurangan
bagi seorang guru (pengajar).


d.. Rasa malu atau keengganan mengucapkan, "saya tidak tahu" jangan
sampai menyebabkan seorang pengajar memberikan informasi yang salah
kepada para pelajar.


e.. Setiap pengajar wajib menanamkan pondasi sikap ini kepada seluruh
siswa dan menekankan hal tersebut.


f.. Ucapan "saya tidak tahu" adalah bagian dari ilmu bahkan Abu
Darda' radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa ia adalah separuh dari ilmu."

Sumber: "Al Mu'allim al Awwal, Fuad bin Abdul Aziz Al Syalhub (Kholif
Abu Ahmad)
Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran
adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah
adalah dengan menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang
belum mengetahuinya.
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin

Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh

2 comments:

QZoners said...

http://qzoners.blogdrive.com

Benar akh ! Kadang memang susah mengatakan tidak tahu, apalagi kalo dalam kenyataannya kita punya ilmunya walau sangat sedikit. Kalo ana biasanya menjawab dengan BELUM TAHU :)

Abu Hasna said...

saya tidak tahu kalo saya tidak tahu tentang hal yang saya tidak tahu. hi hi becanda pak.

kenapa ya orang mesti malu? kalo boleh saya bilang mungkin karena jaga imej. takut malu. lebih enak kalo kita bilang Belum Tahu seraya menyarankan orang yang lebih tahu mengenai hal yang ditanyakan teman kita