02 August, 2009

BUAH ITU BERNAMA CINTA MUHAMMAD

Oleh:

Abu Syauqi

Pendiri dan Ketua Dewan Pembina Rumah Zakat Indonesia

Sebelumnya kita membahas tentang begitu selarasnya ajaran nabi kita Muhammad SAW dengan ilmu-ilmu modern. Kita juga belajar tentang kekuatan keyakinan. Suatu ketika Rasulullah SAW pernah menyampaikan strategic vision-nya kepada para sahabat, visi itu adalah “Kita akan menaklukkan Parsi dan Romawi”.. Ternyata kabar itu bocor dan tersebar sampai terdengar masyarakat kafir Quraisy…mereka pun mengejek Nabi sampai suatu ketika Rasulullah Muhammad bertemu mereka di depan Ka’bah. Apa yang disampaikan Nabi menjawab ejekan mereka, “Al Yauma awil Ghod”. Tunggu saja kalian akan melihat kemenangan itu, hari ini atau besok hari! Begitu yakinnya Rasul mendeklarasikan keyakinannya padahal kaum muslimin saat itu baru berjumlah empat puluh orang.
Bulan Februari lalu syukur Alhamdulillah Allah memberi kesempatan saya melanjutkan usia, yang keempat puluh satu tepatnya. Saya juga berterima kasih atas doa sobat zakat semua, semoga tidak ada yang bertambah pada diri saya selain keshalehan dan rezeki yang berkah dan melimpah. Sejak kecil saya selalu suka membaca kisah atau profil tokoh-tokoh besar peradaban, dan rasanya setiap kesuksesan mereka yang tergores indah dalam catatan sejarah setiap kemuliaannya selalu ada dalam pribadi Rasulullah Muhammad SAW. Dengan kata lain jika kita mau mempelajari dan mampu berlatih untuk meneladani kepribadian Nabi pada dasarnya telah merangkum seluruh keluarbiasaan sifat, sikap, dan seluruh hal baik dari semua tokoh besar di dunia. Lalu apa hubungannya dengan usia saya?

Sebuah ayat memonumenkan kemuliaan Rasulullah SAW, \\\"Wa innaka la\\\'ala khuluqin \\\'azhim” (QS. Al-Qalam : 4), banyak penerjemah yang mengartikan ayat ini sebagai , \\\"Dan engkau itu wahai Muhammad, benar-benar memiliki budi pekerti yang agung. Padahal sebenarnya kandungannya sungguh lebih dahsyat dari ini, menjadi \\\"Dan engkau itu wahai Muhammad, sungguh berada di atas seluruh akhlak/budi pekerti yang agung”. Maknanya apa? Jadi seluruh dan segala macam akhlak mulia lagi agung semua ‘tunduk’ pada kemuliaan Rasul Muhammad SAW. Semua akhlak mulia tak hanya terkumpul dalam pribadinya namun bahkan jika ‘dipersonifikasi’ menjadi makhluk, akhlak-akhlak tadi hormat karena begitu agungnya beliau. Posisi Nabi berada di atas semua sifat kebaikan.

Lalu apa manfaatnya jika kita meneladani Rasulullah SAW?

Untuk mempelajari dan meneladani Rasul sebenarnya bisa dilakukan oleh siapa saja, kita bisa temukan begitu banyak yang menulis sejarah Muhammad adalah non muslim. Dan tidak dipungkiri mereka yang mempelajari dan meneladani akan juga mendapat buah kemuliaan dari pribadinya. Menjadi sukses dalam berbisnis misalnya, sukses menjadi pemimpin negara, sukses mengelola emosi dan relasi dan buah manfaat lainnya. Dalam konteks ini mereka mendapatkan “Fadhilah” atau buah manfaat dari berilmu pengetahuan. Dan sungguh kita berharap mereka yang sudah begitu mencintai Muhammad tak sekedar berhenti sebagai Mohammedian tapi secara kaaffah menggenapkannya sebagai muslim. Disinilah peran penting iman sebagai penyempurna peneladanan (ittiba’) kita kepada Rasulullah Muhammad SAW. Sebagaimana memang salah satu rukun iman adalah iman kepada para Rasul.

Kembali ke pertanyaan di atas, apa saja manfaat kita meneladani Rasulullah? Yang jelas kita akan mendapatkan 2 manfaat kebaikan; kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat.

Edisi kali ini mari kita cermati apa saja yang akan kita raih di dunia.

1. Kecintaan Allah SWT

Karena pada dasarnya Allah akan mencintai orang yang mencintai siapa saja yang dicintai-Nya mulai para Rasul, para Anbiyya, para ulama, hamba-hamba Allah yang jujur, para syuhada dan hamba-hamba Allah yang shaleh.

Sama halnya ketika kita berbisnis, saat kita mencintai karyawan kita, memberikan penghargaan terbaik pada mereka tentu keluarganyapun akan juga memberikan kecintaannya dan penghormatannya kepada kita.

2. Rahmat Allah SWT

Anda bisa menerjemahkan dengan banyak makna tapi yang pasti mendapat rahmat pasti sesuatu yang menyenangkan dan membahagiakan. Jika ditanya, apa sih hadiah terbesar yang paling Anda inginkan? Rumah tipe 21 (dua hektar satu rumah)? Mercy S-Class, saham terbesar di Burj Al Dubai….atau Surga? Jika yang terakhir..mungkin inilah definisi rahmat terbesar.. “Seorang masuk surga bukan karena amalnya tetapi karena rahmat Allah Ta\\\\\\\'ala. Karena itu bertindaklah yang lurus (baik dan benar).” (HR. Muslim)

3. Hidayah Allah SWT

Hidayah atau petunjuk datang berjenjang. Ada yang merasa sedih jika sudah azan masih ‘terjebak’ pada rapat atau jadwal pejabat tapi ada yang biasa saja…Ada yang menyesal kecapekan sehingga tak mampu bangun sholat malam, ada yang bisa bangun sholat shubuh tepat waktu saja sudah bahagia. Karenanya mari kita minta hidayah agar terus ditambahkan kepada kita. Tidak hanya hidayah untuk ‘benar’ secara spiritual namun juga hidayah dalam makna petunjuk untuk dapat sukses di dunia, dalam berkarier, berbisnis, membangun keluarga, timwork dan sebagainya. Dengan mencintai Rasulullah SAW sebenarnya kita sedang membaca petunjuk atau kiat sukses menuju target cita-cita yang kita inginkan.

4. Harga Diri (Izzah)

Mari kita pelajari kepribadian Nabi, apakah pernah merasa pesimis, berkompromi pada kepengecutan dan hal-hal lain yang merendahkan harga diri? Tentu tidak! Seperti riwayat di awal tadi dalam jumlah sedikit saja beliau berani lantang menaklukkan Parsi dan Romawi, dua imperium terbesar saat itu. Buah itulah yang akan kita dapatkan dengan meneladani akhlak Rasul. Apa puncak harga diri yang bisa kita contohkan saat ini : Menolak agresi Israel di sidang PBB, istiqomah menolak korupsi, disiplin tepat waktu, bangga dengan produk Indonesia……silakan Anda isi sendiri.

5. Kemenangan

Untuk menang pasti ada pertarungan, ada perlombaan. Saat ini apakah kita sedang ‘bersantai’ untuk perlombaan kelas teri atau sedang berjibaku dalam perjuangan panjang, keras dan saling mengalahkan? Kiasan ini untuk mengingatkan apakah kita sadar bahwa sejatinya kita sedang berperang? Melawan kondisi umat Islam tak kunjung ‘cerdas’, melawan agresi pikiran negatif yang mengajak pada hura-hura atau sebaliknya menikmati kemelaratan? Melawan ideologi yang menjauhkan kita pada Dien Islam kita…Karenanya untuk meraih kemenangan sejati kita harus terus bersemangat melakukan produktivitas..Jika kondisi saat ini kita merasa biasa saja, aman-aman saja..wah sepertinya semangat menjadi pemenang itu tidak ada. Kalau begitu tutup buku saja..dan yang pasti Rasulullah SAW tidak akan tersenyum puas kepada kita!

Mari semakin kita cintai Rasul! Semua teknik, taktik dan strategi kemenangan dan kemuliaan ada semua pada pribadinya. Maka sering-seringlah kita bergaul dengan orang-orang yang selalu mencintainya! : sumber : rumahzakat.org

0 comments: