Allah subhanahu wata'ala mencela orang-orang yang berkata tentang 
sesuatu dengan tanpa ilmu, Dia mencela mereka di dalam Kitab-Nya yang Agung 
dan melalui lisan rasul-Nya yang mulia. Ini disebabkan karena ucapan 
tanpa ilmu adalah menyesatkan bukan memberi petunjuk, merusak bukannya 
mem-bangun. Sedangkan ucapan seseorang "Aku tidak tahu" dalam suatu hal 
yang tidak dia ketahui maka ini bukanlah aib, bukan cela dalam ilmunya 
maupun dalam kemampuannya, bahkan merupakan cerminan kesem-purnaan 
pengetahuannya. 
Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para Rasul tentang 
ummatnya sepeninggal mereka, yakni tatkala mereka dikumpulkan pada hari 
Kiamat maka para rasul menjawab, "tidak tahu." Allah subhanahu wata'ala 
berfirman, artinya, 
"(Ingatlah), hari diwaktu Allah mengumpulkan para rasul, lalu Allah 
bertanya (kepada mereka), "Apa jawaban kaummu terhadap (seruan)-mu". Para 
rasul menjawab, "Tidak ada pengetahuan kami (tentang itu); sesungguhnya 
Engkaulah yang mengetahui perkara yang ghaib". (QS. Al-Maaidah:109) 
Demikian para rasul ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya tentang 
ummatnya, "Apa jawaban ummatmu terhadap seruanmu?" Maka mereka menjawab, 
"Kami tidak mempunyai pengetahuan tentang itu," pengetahuan tentang itu 
hanya ada pada-Mu wahai Rabb kami, Engkau lebih mengetahui daripada 
kami, sebab Engkaulah yang mengetahui perkara ghaib, yaitu Engkau 
mengetahui segala sesuatu yang ghaib dan yang tampak." (Taisir Al-Karim 
Ar-Rahman, Syaikh Abdur Rahman bin Nashir as-Sa'di, 2/36) 
Ketika Allah subhanahu wata'ala bertanya kepada para malaikat tentang 
nama-nama benda yang ada di bumi, maka para malaikat menjawab 
sebagaimana firman-Nya, artinya, 
Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, 
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman, "Sebutkanlah 
kepada-Ku nama benda-benda itu jika memang kamu orang yang benar!" 
Mereka menjawab, "Maha Suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain apa 
yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha 
Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al-Baqarah:31-32) 
Para malaikat tidak malu untuk menyerahkan perkara yang tidak mereka 
ketahui kepada yang mengetahuinya yakni Allah subhanahu wata'ala. 
Ilmu merupakan lautan yang tidak bertepi, dan tidak ada yang dapat 
meliputinya kecuali Dzat yang Maha Meliputi segala sesuatu dengan ilmu, 
Allah Yang Maha Agung. 
Adapun manusia, maka seluruh manusia hanya mempunyai perbekalan sedikit 
dari ilmu, sebagaimana firman Allah subhanahu wata'ala, artinya, "Dan 
tiadalah kalian diberikan ilmu kecuali hanya sedikit." (QS. Al-Israa': 
85). Jika demikian, maka bukan hal yang memalukan dan bukan merupakan 
aib jika seorang guru, ustadz atau siapa saja mengatakan tidak tahu 
terhadap apa yang tidak dia ketahui. 
Al-Mawardi rahimahullah dalam Adabu ad-Dunya wa ad-Diin hal 123 
mengatakan, "Jika seseorang tidak dapat menguasai sesuatu dengan ilmu maka 
bukan merupakan cela jika dia bodoh dalam sebagiannya. Dan jika bodoh 
dalam sebagian perkara bukan suatu aib maka bukan merupakan keburukan jika 
seseorang mengatakan "Aku tidak tahu" dalam hal yang tidak ia ketahui." 
Bahkan merupakan keburukan yang sangat besar jika seseorang melakukan 
penipuan terhadap orang lain dengan ucapan yang salah dan ngawur. Para 
siswa atau pun masyarakat pada umumnya jika mendapati seorang pengajar 
atau ustadz yang memberikan jawaban salah (ngawur) hanya semata-mata 
agar bebas dari satu kasus tertentu, maka suatu saat kebohongannya pasti 
akan tersingkap baik dalam waktu dekat atau lambat. Dan yang terjadi 
setelah itu adalah para siswa atau orang-orang akan kehilangan 
keper-cayaan terhadap setiap pengajaran dan informasi yang dia sampaikan. 
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sendiri ketika beliau ditanyai 
sesuatu lalu beliau tidak mengetahui jawabannya, maka beliau 
mengatakan, "Aku tidak tahu," sehingga turun wahyu kepada beliau tentang hal 
tersebut. 
Suatu ketika ada seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 
'alaihi wasallam, lalu bertanya, "Wahai Rasulullah tempat manakah yang 
paling baik? Maka beliau menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu orang tersebut 
bertanya lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Rasulullah 
menjawab, "Aku tidak tahu." Orang tersebut lalu berkata, "Tanyakanlah kepada 
Rabbmu." Maka datanglah Jibril 'alaihissaalam kepada Rasulullah 
shallallahu 'alaihi wasallam, lalu beliau berkata, "Wahai Jibril tempat manakah 
yang paling baik? Jibril menjawab, "Aku tidak tahu." Lalu Nabi bertanya 
lagi, "Tempat manakah yang paling buruk?" Maka Jibril menjawab, "Aku 
tidak tahu." 
Demikianlah, hingga akhirnya Jibril 'alaihissaalam bertanya kepada 
Allah subhanahu wata'ala, sehingga diberitahukan bahwa tempat yang paling 
baik adalah masjid-masjid, dan tempat yang paling buruk adalah 
pasar-pasar. 
Abu Bakar radhiyallahu 'anhu juga telah mem-berikan contoh kepada kita 
dalam meneladani Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dia 
mengatakan, "Langit yang manakah tempat aku bernaung, bumi manakah tempat aku 
berpijak jika aku mengatakan tentang Kitabullah dengan tanpa ilmu?" 
Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu juga mengatakan, "Sesungguhnya termasuk 
bagian dari ilmu jika engkau mengatakan tentang sesuatu yang tidak 
engkau ketahui, 'Allahu a'lam (Allah yang lebih tahu)." 
Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu pernah mengatakan sebagaimana 
diriwayat-kan oleh Asy-Sya'bi, bahwa beliau keluar menemui para tabi'in 
lalu berkata, "Sungguh membuat hati menjadi sejuk." Lalu ditanyakan, 
"Apakah itu?" Beliau berkata, "Engkau mengatakan, "Allahu a'lam" terhadap 
sesuatu yang tidak engkau ketahui." 
Nafi' mantan budak Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu meriwayatkan dari 
beliau, dia mengatakan, "Bahwa Ibnu Umar apabila ditanya tentang sesuatu 
yang tidak dia ketahui dia menjawab, "Tidak tahu, aku tidak memiliki 
pengetahuan tentang itu." Dan tentunya masih banyak ucapan-ucapan yang 
semakna dengan ini dari para shahabat, para imam dan ulama kaum muslimin. 
Seorang penyair berkata, 
Jika kau tak tahu tentang sesuatu yang ditanyakan padamu 
Sementara tentangnya engkau tidak punya ilmu 
Maka jangan katakan dengan tanpa kepahamanmu 
Sesungguhnya kesalahan adalah cela bagi ahli ilmu 
Jika engkau tidak tahu akan suatu perkara 
Maka katakan aku tidak tahu jawabannya 
Inilah bagian dari ilmu di sisi para ulama 
Demikian selalu dikatakan oleh para hukama. 
Dari pembahasan di atas dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu: 
  a.. Ucapan dengan tanpa ilmu adalah perbuatan yang tercela, baik 
menurut Kitabullah maupun sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. 
  b.. Orang yang berbicara dengan tanpa ilmu maka dia merusak bukan 
membawa kebaikan. 
  c.. Ketidaktahuan tentang sesuatu bukan merupakan aib dan kekurangan 
bagi seorang guru (pengajar). 
  d.. Rasa malu atau keengganan mengucapkan, "saya tidak tahu" jangan 
sampai menyebabkan seorang pengajar memberikan informasi yang salah 
kepada para pelajar. 
  e.. Setiap pengajar wajib menanamkan pondasi sikap ini kepada seluruh 
siswa dan menekankan hal tersebut. 
  f.. Ucapan "saya tidak tahu" adalah bagian dari ilmu bahkan Abu 
Darda' radhiyallahu 'anhu mengatakan bahwa ia adalah separuh dari ilmu." 
  Sumber: "Al Mu'allim al Awwal, Fuad bin Abdul Aziz Al Syalhub (Kholif 
Abu Ahmad) 
Netter Al-Sofwa yang dimuliakan Allah Ta'ala, Menyampaikan Kebenaran 
adalah kewajiban setiap Muslim. Kesempatan kita saat ini untuk berdakwah 
adalah dengan menyampaikan Artikel ini kepada saudara-saudara kita yang 
belum mengetahuinya. 
Semoga Allah Ta'ala Membalas 'Amal Ibadah Kita. Aamiin
Waassalamu'alaikum warahmatullaahi wabarakatuh
 
2 comments:
http://qzoners.blogdrive.com
Benar akh ! Kadang memang susah mengatakan tidak tahu, apalagi kalo dalam kenyataannya kita punya ilmunya walau sangat sedikit. Kalo ana biasanya menjawab dengan BELUM TAHU :)
saya tidak tahu kalo saya tidak tahu tentang hal yang saya tidak tahu. hi hi becanda pak.
kenapa ya orang mesti malu? kalo boleh saya bilang mungkin karena jaga imej. takut malu. lebih enak kalo kita bilang Belum Tahu seraya menyarankan orang yang lebih tahu mengenai hal yang ditanyakan teman kita
Post a Comment